Apa yang dimaksud dengan Family Sense of coherence?

Family  Sense of coherence

Apa yang dimaksud dengan Family Sense of coherence ?

Family Sense of coherence


Konsep sense of coherence dikembangkan oleh Antonovsky pada tahun 1979. Ia mengembangkan model salutogenic sebagai antonim dari model pathogenic yang melihat konsep “sehat” sebagai ketiadaan penyakit (Antonovsky dan Sourani, 1988). Ia mengemukakan bahwa konsep sehat merupakan sebuah kontinum dimana mungkin saja seseorang berada dalam kondisi sehat semantara pada saat lainnya ia berada pada kondisi kurang sehat. Sehat merupakan keadaan fisik, mental dan sosial yang positif yang bervariasi dari waktu ke waktu dalam sebuah kontinum. Teorinya mencoba menjelaskan sumber dari kesehatan dan keberhasilan dalam menghadapi tekanan ( stressors ). Konsep sense of coherence diajukan Antonovsky sebagai sumber dari individu yang “sehat” (Antonovsky dan Sourani, 1988)

Selanjutnya, Antonovsky (dalam Rice, 2000) menjelaskan bahwa sense of coherence merupakan cara seseorang mempersepsikan dan memandang dunia. Sense of coherence merupakan keyakinan seseorang bahwa kejadian di dunia ini dapat dipahami ( comprehensibility ), bermakna ( meaningfulness ), dan dapat diatasi dengan sumber yang ada ( manageability ). Pada awalnya, konsep SOC dikembangkan sebagai konsep pada level individual, namun Antonovsky menyatakan bahwa SOC juga dapat diterapkan pada level kelompok atau keluarga. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa tekanan atau tantang seringkali didefinisikan secara kelompok (Antonovsky dan Sourani, 1988). Pengangguran, masalah ekonomi keluarga, diskriminasi atau penyakit kronis merupakan contoh tekanan yang dihadapi keluarga sebagai suatu kesatuan.

Definisi Family Sense of coherence


McCubbin, Thompson, Thompson, Elver, dan McCubbin (dalam Vanbreda, 2001) menerjemahkan konsep sense of coherence individu ke dalam level keluarga sebagai:

Dispositional world view that expresses the family ’s dynamic feeling of confidence that the world is comprehensible (internal and external environments are structured, predictable and explicable), manageable (resources are available to meet demands), and meaningful (life demands are challenges worthy of investment ).” (McCubbin, dkk., 1998)

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa family sense of coherence merupakan kecenderungan keluarga yang diekspresikan melalui keyakinan bahwa:

  • Kejadian yang terjadi pada kehidupan terstruktur, dapat diprediksi dan dijelaskan
  • Sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan tersedia
  • Tuntutan dari lingkungan merupakan hal yang berharga dan menantang

Komponen Family Sense of coherence


Antonovsky da Sourani (1988) mengungkapkan tiga komponen family sense of coherence yaitu:

1. Comprehensibility
Merupakan keyakinan keluarga bahwa kejadian yang terjadi pada keluarga merupakan sesuatu yang terstruktur, dapat diprediksi, dan dapat dijelaskan. Kecenderungan ini membuat keluarga mampu memahami hakikat dari masalah yang sedang dihadapi.

2. Manageability
Merupakan keyakinan keluarga bahwa mereka memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Kecenderungan ini membuat keluarga mencari sumber yang tepat yang dibutuhkan untuk menghadapi masalah yang terjadi.

3. Meaningfulness
Merupakan keyakinan keluarga bahwa tuntutan lingkungan merupakan hal yang berharga sekaligus menantang. Kecenderungan ini memberi dorongan bagi keluarga untuk secara aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Antonovsky (dalam Eriksson dan Lindstorm, 2005) menyatakan bahwa ketiga komponen ini dapat dipandang sebagai komponen kognitif ( comprehensibility ), komponen instrumental (manageability) dan komponen motivasional ( meaningfulness ). Di samping itu, Antonovsky (dalam Rice, 2000) menyatakan bahwa meaningfulness merupakan komponen utama dan paling penting dalam sense of coherence karena komponen ini mendorong untuk memahami ( comprehend ) dan mengatasi ( manage ) kejadian-kejadian yang terjadi dalam keluarga. Ia juga mengatakan bahwa comprehensibility merupakan komponen terpenting kedua, karena dengan memahami kejadian yang terjadi, barulah keluarga dapat mengatur dan mengatasi tuntutan dalam keluarga. Namun demikian, Antonovsky juga menekankan bahwa bukan berarti komponen manageability tidak penting. Ketika keluarga tidak yakin mereka bisa mengatasi tuntutan dalam keluarga, maka akan membuat mereka tidak terlalu berusaha untuk menemukan makna dan memahami situasi yang terjadi

Pembentukan sense of coherence


Antonovsky (dalam Rice, 2000) mengemukakan bahwa kehidupan seseorang tidak terlepas dari tantangan, respon, stres, ketegangan dan resolusi. Pengalamanpengalaman hidup yang dipersepsikan memiliki karakteristik konsisten, hasilnya dapat dikendalikan, dan seimbang antara tekanan dan kesenangan membuat seseorang memandang dunia sebagai sesuatu yang koheren dan dapat diprediksi. Antonovsky juga menjelaskan beberapa faktor yang membentuk sense of coherence yang disebut sebagai Generalized Resistance Resources (GRR). Faktor-faktor tersebut diantaranya ialah sumber materi, pengetahuan dan intelegensi, identitas ego, strategi coping, dukungan sosial, komitmen dan kelekatan terhadap budaya asal, serta nilai-nilai budaya dan agama. Jika dilihat dalam konteks keluarga, faktor-faktor tersebut diantaranya seperti adanya komitmen, rasa percaya diri dan tantangan dalam keluarga, serta komunikasi yang mengarah pada pemecahan masalah (McCubbin, dkk. dalam Vanbreda, 2001). Di sisi lain, sense of coherence yang kuat membuat individu memanfaatkan GRR untuk menghadapi stres (Antonovsky dalam Rice, 2000). Individu dengan SOC yang kuat cenderung mendefinisikan stimulus sebagai suatu yang tidak menimbulkan tekanan atau walaupun pada awalnya dipandang sebagai suatu yang menimbulkan tekanan, tapi kemudian dipersepsikan sebagai hal yang dapat dikendalikan.

Antonovky & Sourani (1988) menyatakan bahwa sense of coherence ialah sumber dari individu yang sehat. Konsep sehat yang dikembangkan oleh Antonovsky (Maulidia & Kinanthi, 2016) disebut sebagai salutogenesis. Antonovsky (Maulidia & Kinanthi, 2016) mengungkapkan bahwa salutogenesis berfokus pada kemampuan individu untuk menghadapi stres melalui kekuatan adaptasi maupun penyelesaian masalah, sehingga dapat menuntun invidu pada kesehatan. Salah satu konsep dari salutogenesis adalah sense of coherence. Sense of coherence sangat penting dalam konsep sehat salutogenesis.

Sense of coherence merupakan cara seseorang memandang dan mempresepsikan dunia. Awalnya, sense of coherence sebagai suatu konsep pada level individual, namun kemudian Antonovky & Sourani (1988) mengembangkan sense of coherence yang diterapkan pada level kelompok atau keluarga. Sense of coherence yang diterapkan pada level keluarga disebut dengan family sense of coherence. Family sense of coherence adalah bagian dari sense of coherence yang dilihat dari sudut pandang keluarga (Maulidia & Kinanthi, 2016).

Antonovsky & Sourani (1988) menyatakan bahwa family sense of coherence adalah pandangan keluarga terhadap tinggi rendahnya sense of coherence di dalam anggota keluarganya. McCubbin, et al. (Cecen, 2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sense of coherence dengan family sense of coherence, karena ketahanan keluarga, saling mendukung dalam keluarga dan coping dalam menghadapi situasi krisis dan stres merupakan perngaruh yang dibawa dari generasi ke generasi berikutnya dalam sebuah keluarga.

Antonovsky & Sourani (1988) menyatakan bahwa family sense of coherence adalah pandangan keluarga terhadap tinggi rendahnya sense of coherence di dalam anggota keluarganya. Antonovsky & Sourani (1988) menambahkan bahwa family sense of coherence mencakup kemampuan keluarga untuk memahami situasi secara terstruktur, memaknainya secara positif, sehingga dapat memanfaatkan sumber daya yang tepat untuk menghadapi situasi tersebut.

McCubbin (Maulidia & Kinanthi, 2016) mengungkapkan bahwa fokus utama family sense of coherence ialah penerimaan keluarga, loyalitas, kebanggaan, kepercayaan, saling menghormati, perhatian dan saling berbagi dalam mengatasi tekanan. Sehingga family sense of coherence ialah kecenderungan keluarga yang dapat dilihat melalui keyakinan bahwa :

  1. semua kejadian yang terjadi dalam hidup terstruktur, dapat diprediksi dan dijelaskan,

  2. fasilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi suatu peristiwa tersedia serta

  3. seluruh peristiwa merupakan hal yang berharga dan menantang.

Jadi, family sense of coherence merupakan bagian dari sense of coherence yang diterapkan pada tingkat keluarga dan dilihat dari sudut pandang keluarga, sehingga family sense of coherence adalah pandangan keluarga terhadap tinggi rendahnya sense of coherence dalam anggota keluarga. Family sense of coherence merupakan kemampuan dalam menghadapi suatu situasi, memandang situasi tersebut secara positif, memaknainya sebagai hal yang menantang sehingga dapat mencari solusi untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Family sense of coherence terlihat dari kualitas hidup suatu keluarga dan bagaimana keluarga tersebut dapat bertahan dari situasi krisis yang dapat menimbulkan stres dan cemas.

Komponen dalam Family Sense of Coherence


Family sense of coherence terdiri dari 3 komponen, yaitu comprehensibility, manageable dan meaningfulness (Moen & Hall-Lord, 2016).

  • Antonovsky & Sourani (1988) menjelaskan bahwa comprehensibility merupakan komponen kognitif dimana ketika anggota keluarga mendapatkan suatu rangsangan atau ditempatkan pada suatu situasi, keluarga tersebut dapat memahaminya sebagai sesuatu yang positif, dapat dimengerti serta terstruktur dengan baik.

    Eriksson & Mittlemark (2017) mengungkapkan bahwa comprehensibility merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu struktur yang membuat keluarga lebih mudah memahami suatu kekacauan.

    Comprehensibility mengacu pada perasaan percaya bahwa seluruhnya terstruktur dan dapat diprediksi (Moen & Hall-Lord, 2016).

    Maulidia & Kinanthi (2016) menyatakan bahwa comprehensibility ialah komponen kognitif yang berperan dalam kemampuan untuk memahami diri dan lingkungan sosialnya, dan dapat membuat keluarga mampu memahami hakikat dari masalah yang sedang dihadapi.

  • Manageability mengacu penyediaan sumber daya untuk menghadapi suatu tantangan hidup (Moen & Hall-Lord, 2016). Antonovsky & Sourani (1988) mengatakan bahwa manageability ialah komponen perilaku yang didefinisikan sebagai sejauh mana keluarga merasa bahwa pasti ada sumber daya untuk menghadapi setiap peristiwa hidup.

    Maulidia & Kinanthi (2016) mengungkapkan bahwa manageability merupakan keyakinan bahwa keluarga memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk menghadapi suatu tantangan, sehingga membuat keluarga lebih menyadari sumber daya yang dimiliki. Komponen ini berperan dalam penilain terhadap kemampuan penyelesaian masalah serta dalam pemilihan sumber daya yang paling tepat untuk menghadapi permasalahan di dalam keluarga. Adanya manageability membuat keluarga mencari sumber daya yang tepat yang dibutuhkan untuk menghadapi peristiwa yang terjadi (Maulidia & Kinanthi, 2016).

  • Antonovsky & Sourani (Eriksson & Mittlemark, 2017) menjelaskan bahwa meaningfulness merupakan dimensi motivasional di dalam family sense of coherence yang mempengaruhi motivasi keluarga dalam menghadapi permasalahan, sehingga mampu memaknai setiap peristiwa secara positif. Meaningfulness mengacu pada sejauh mana keluarga merasa bahwa seluruh peristiwa hidup memiliki makna.

    Meaningfulness mengandung komponen motivasi sehingga keluarga akan menganggap bahwa setiap peristiwa bermakna dan dapat diatasi (Moen & Hall-Lord, 2016).

    Meaningfulness ialah keyakinan keluarga bahwa peristiwa yang terjadi merupakan hal yang berharga dan menantang yang memberi dorongan bagi keluarga untuk secara aktif terlibat dalam situasi tersebut (Maulidia & Kinanthi, 2016).

Jadi, comprehensibility adalah komponen kognitif yang membuat keluarga dapat memaknai setiap situasi secara positif. Comprehensibility membuat keluarga mampu memahami dengan baik situasi yang sedang terjadi. Manageability ialah komponen perilaku yang membuat keluarga merasa bahwa pasti ada solusi dalam setiap situasi. Manageability mencakup keyakinan bahwa keluarga pasti memiliki sumber daya yang dibutuhkan. Sehingga manageability membuat keluarga mencari dan menyediakan solusi dan sumber daya untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi.

Meaningfulness merupakan komponen motivasional yang dapat mempengaruhi motivasi keluarga dalam menghadapi situasi. Meaningfulness ialah keyakinan keluarga bahwa semua situasi merupakan suatu hal berharga dan menantang sehingga menimbulkan dorongan untuk terlibat secara aktif dalam situasi tersebut.

Family sense of coherence adalah keyakinan keluarga bahwa stimulus yang didapat dari lingkungan internal maupun eksternal dapat diprediksi, terstruktur dan terorganisir; ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk menghadapi stimulus; dan stimulus yang didapatkan layak untuk dihadapi (Antonovsky & Sourani, 1988). Hal ini mencakup tiga komponen yaitu comprehensibility, manageability, dan meaningfulness.

Family sense of coherence berasal dari sense of coherence yang juga diusulkan oleh Antonovsky dan Sourani (1988). Family sense of coherence memiliki pengertian dan komponen yang sama dengan sense of coherence . Bedanya adalah sense of coherence menggunakan sudut pandang diri individu sendiri sedangkan family sense of coherence menggunakan sudut pandang keluarga yang dimiliki individu untuk memandang suatu masalah.

Family sense of coherence sendiri memiliki dampak yang positif terhadap keluarga. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ngai dan Ngu (2012), didapatkan hasil bahwa family sense of coherence dapat mendorong kualitas hidup dan menurunkan simtom depresi selama masa transisi motherhood . Family sense of coherence dapat menentukan sejauh mana ketegangan yang dialami keluarga ketika menghadapi suatu stressor (Ngai & Ngu, 2012). Keluarga merupakan sumber dukungan untuk ibu dalam menghadapi stress motherhood . Penelitian yang dilakukan oleh Wickens dan Greeff (2005) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu family sense of coherence memiliki korelasi positif yang kuat dengan kualitas hidup keluarga.

Dari survei yang dilakukan Lustig dan Akey (dalam Ngai & Ngu, 2012) pada 116 keluarga Amerika yang memiliki anak disabilitas intelektual didapatkan hasil bahwa family sense of coherence dapat memprediksi adaptasi yang positif pada keluarga secara signifikan. Family sense of coherence merupakan sumber dari resiliensi keluarga yang dapat mempengaruhi kualitas hidup individu dan menghilangkan efek negatif dari peristiwa stressful dan krisis dalam hidup (Kulik, 2009). Family sense of coherence juga menjadi faktor mediator antara stressor dan adaptasi. Family sense of coherence dipandang sebagai sumber dari daya tahan keluarga yang dapat mempengaruhi stres dan krisis dalam keluarga dan juga kualitas hidup keluarga (Anderson, dalam Wickens & Greeff, 2005). Dari penelitian yang dilakukan oleh Antonovsky dan Sourani (1988) yang merupakan penggagas teori family sense of coherence juga menyimpulkan bahwa family sense of coherence mendorong terjadinya resiliensi dalam keluarga. Keluarga dengan family sense of coherence yang kuat dapat beradaptasi dengan baik karena sudah mampu mengorganisasi ulang keluarganya setelah menghadapi masa krisis (Antonovsky & Sourani, 1988).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa family sense of coherence dapat mendorong resiliensi keluarga yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidia (2016) terhadap keluarga yang memiliki anak dengan spectrum autism juga menunjukkan hal serupa. Hanya saja, penelitian serupa belum banyak dilakukan di Indonesia. Walaupun terdapat penelitian yang melihat peranan family sense of coherence terhadap resiliensi keluarga, penelitian tersebut dilakukan pada keluarga dengan karakteristik lain, yaitu keluarga yang memiliki anak dengan spectrum autism (Maulidia, 2016) dan anak yang berasal dari keluarga miskin (Wandasari, 2012). Sementara itu, anak dengan spectrum autism memiliki karakteristik tantangan yang berbeda dengan anak yang mengalami disabilitas netra. Demikian pula dengan kemiskinan, dimana tantangan yang dialami lebih berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ekonomi, dan bukan pada masalah fisik. Terlebih lagi, penelitian dengan tema resiliensi keluarga maupun family sense of coherence hampir tidak pernah menyentuh populasi keluarga penyandang tunanetra. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat peranan family sense of coherence terhadap resiliensi keluarga yang memiliki anak tunanetra ditinjau dari perspektif ibu. Kemudian, penelitian ini juga melihat peranan ketiga dimensi family sense of coherence (comprehensibility, manageability, meaningfulness) terhadap resiliensi keluarga.

Referensi

http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/Jurnal-Online-Psikogenesis/article/view/1132/pdf