Fabel adalah sebuah cerita binatang (Tiergechichte), yang tidak hanya ditujukan kepada
anak-anak saja, tetapi juga ditujukan kepada manusia dewasa. Setelah membaca dan melakukan kegiatan apresiasi terhadap fabel, mahasiswa dapat belajar dari karakter-karakter binatang yang muncul di dalam Fabel, yang dapat dianalogkan dengan karakter manusia yang sesungguhnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fabel yang berasal dari bahasa Inggris fable adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang.
Dongeng binatang (fabel) adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptillia), ikan, dan serangga. Binatang- binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia (Danandjaja, 2002).
Dengan demikian dongeng binatang menyimbolkan binatang dalam setiap ceritanya, dimana binatang-binatang itu memiliki watak seperti manusia, berbicara, dan berakal budi. Seolah-olah binatang itu hidup dan memiliki kebudayaan masyarakat.
Nilai Dongeng Binatang (Fabel)
Atmaja (2010) menjelaskan sebuah karya sastra tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu :
1. Nilai Moral, sebuah karya sastra secara umum membawa pesan dan amanat, pesan moral dapat disampaikan langsung atau tidak langsung oleh seorang pengarang, dan pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh-tokohnya.
2. Nilai Estetis, nilai estetis merupakan nilai keindahan yang melekat pada dongeng tersebut, seperti rima, diksi, atau gaya.
3. Nilai Budaya, nilai budaya dan sosial tidak terlepas dari karya sastra tersebut bercerita tentang daerah tertentu. Aspek budaya tersebut dapat diketahui dari latar atau setting, tokoh, corak masyarakat, kesenian ataupun kebudayaan.
Aliran Dongeng Binatang (Fabel) dalam Karya Sastra
Ilmu filsafat sebagai suatu paham, pandangan, atau falsafah hidup yang akhirnya dikalangan ilmu sastra merupakan aliran yang dianut seseorang dalam menghasilkan karyanya. Aliran dalam karya sastra biasanya terlihat pada periode tertentu, bahkan menjadi ciri khas pada masa tersebut. Masalah aliran sebagai pokok pandangan hidup, berangkat dari paham yang dikemukakan para filosof dalam menghadapi kehidupan alam semesta (Elyusra, 2009).
Ada dua aliran yang terdapat dalam dongeng binatang (fabel) yaitu:
1. Aliran Simbolisme
Simbolisme adalah aliran kesustraan yang penyajian tokoh- tokohnya bukan manusia melainkan binatang, atau benda-benda lainnya seperti tumbuh-tumbuhan yang disimbolkan sebagai perilaku manusia. Perilaku tersebut dapat bertindak, berbicara, berkomunikasi, berpikir, berpendapat sebagaimana halnya manusia. Kehadiran sastra yang beraliran simbolisme ini biasanya ditentukan oleh situasi yang tidak mendukung pencerita atau pengarang berbicara. Pada masyarakat lama, dimana kebebasan berbicara dibatasi oleh aturan etika moral yang mengikat kebersamaan dalam kelompok masyarakat, pandangan dan
pendapat disalurkan melalui bentuk-bentuk peribahasa dan dongeng binatang (fabel) (Elyusra, 2009).
Dalam aliran ini, seorang pengarang membuat karakter dengan sifat-sifat dan perilaku hewan, sama dengan sifat dan perilaku manusia yang dijadikan objek mengarang. Seperti perilaku raja yang kejam dan serakah, maka karakter hewan yang dibat bersifat kejam dan serakah. Contohnya raja yang disimbolkan menggunakan hewan buaya, karena buaya sendiri merupakan hewan yang terlihat kejam.
2. Aliran Realisme
Realisme adalah aliran dalam karya sastra yang berusaha melukiskan suatu objek seperti apa adanya, pengarang berperan secara objektif. Gustaf Flaubert (seperti dikutip Elyusra, 2009), seorang pengarang realisme Prancis mengemukakan bahwa objektivitas pengarang sangat diperlukan dalam menghasilkan karyanya. Objek yang dibidik pengarang sebagai ceritanya tidak hanya manusia dengan beragam karakternya, ia juga dapat berupa binatang, alam, tumbuh-tumbuhan, dan objek lainnya yang berkesan bagi pengarang sebagai inspirasinya (Elyusra, 2009).
Aliran realisme seperti seorang pengarang menggambar binatang untuk dijadikan karakter, dan hewan dalam gambar tersebut baik bentuk dan fisiknya sesuai dengan hewan yang aslinya. Jadi, penggambaran hewan yang terdapat dicerita sesuai dengan hewan yang aslinya yang dijadikan objek cerita.
Manfaat Dongeng Binatang (Fabel) Pada Anak
Membacakan cerita atau dongeng pada anak adalah salah satu cara berkomunikasi dengan anak kecil, melalui cerita orang tua dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik yang secara umum maupun yang diselipkan.
Manfaat dongeng binatang (fabel) dapat diketahui sebagai berikut:
-
Mengasah daya pikir dan imajinasi
-
Menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras.
-
Menumbuhkan minat baca anak
-
Mengembangkan intelektual
-
Kemampuan bahasa meningkat
-
Mengenal budaya, seorang anak akan menjumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan suatu kelompok masyarakat dengan budayanya.
Mendongeng tidak harus menjelang tidur, mendongeng dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, dapat sambil belajar atau bermain atau bahkan sambil memasak bersama ibu di dapur dan hal itu akan semakin memperkuat ikatan antara orang tua dan anak. Dengan rasa kasih sayang, seorang ibu atau ayah pasti akan mengajari anaknya sebaik mungkin disela-sela waktunya, walaupun sedang sibuk bekerja.
Berdasarkan sumber data yang didapat dari Amindjaja manfaat dongeng fabel yaitu:
-
Anak-anak pada dasarnya suka hewan, dongeng dengan tokoh hewan membuat anak lebih menikmati membaca. Jika kesan pertama akan buku itu menyenangkan, lebih besar kemungkinan anak akan tumbuh jadi orang yang suka membaca.
-
Anak bisa belajar dari moral yang terkandung dalam dongeng binatang (fabel).
-
Jika ceritanya fantasi, anak bisa melatih imajinasi. Dalam hal ini sebah cerita lebih banyak menggambarkan kehidupan yang mengedepankan imajinasi anak.
-
Jika ceritanya berdasarkan realita, anak bisa menerapkan dalam hidup sehari-hari. Cerita-cerita yang didasari kehidupan realita, dimana dalam cerita tersebut memiliki pola kehidupan hampir sama dengan kehidupan manusia khususnya anak. Seperti menceritakan berbuat baik atau saling menolong.