Apa yang dimaksud dengan Expressive Arts Therapy?

Terapi seni ekspresif

Expressive Arts Therapy atau Terapi seni ekspresif merupakan sebuah terapi psikologi yang menggabungkan psikologi dan proses kreatif untuk mendorong pertumbuhan dan penyembuhan emosional.

Apa yang dimaksud dengan Expressive Arts Therapy ?

Rogers (1993) mendefinisikan expressive arts therapy sebagai pengunaan berbagai seni seperti Gerakan, Menggambar, Mewarnai, Memahat, Musik, Menulis, Suara, dan Improvisasi dalam kondisi yang mendukung untuk mengalami dan mengekspresikan Perasaan. Sebagai art therapy, keindahan art tidaklah diutamakan, dan art digunakan untuk mengekspresikan diri dan untuk memperoleh insight.

Expressive arts therapy berhubungan dengan tradisi dan budaya pengobatan dunia karena mereka sering melibatkan integrasi dari semua jenis seni (McNiff, 1981). Upacara yang merupakan penyembuhan asli pribumi berupa bernyanyi, menari, membuat gambar, atau storytelling. Contoh, di Yunani kuno, memainkan drama termasuk tari-tarian, musik dan storytelling membuat orang mengalami pelepasan perasaan yang disimpan.

Expressive therapy didefinisikan sebagai penggunaan seni dan produk seni lainnya untuk membantu menumbuhkan awareness, mendorong pertumbuhan emosional, dan meningkatkan relationships dengan orang lain menggunakan media imajinasi; termasuk seni sebagai terapi, arts psychotherapy, dan menggunakan seni untuk penyembuhan tradisional dan menekankan interaksi seni sebagai suatu bentuk terapi (Lesley College, 1995).

Natalie Rogers, putri dari Carl Rogers, mengusulkan lebih dari satu teori dari expressive arts therapy dan intermodal dan integrasi pendekatan “person-centered” dalam pekerjaannya. pendekatan “person-centered” atau “client-centered” yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan menekankan peran terapis sebagai individu yang sensitif, reflektif, dan empati. Person-centered expressive arts therapy memiliki ajaran yang sama, termasuk dasar pikiran bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri sendiri dan memiliki dorongan untuk mengarahkan diri kearah personal growth dan memaksimalkan potensi.

Expressive Therapy adalah penggunaan terapeutik dari pembuatan seni, dalam hubungan yang profesional, bagi orang-orang sakit, mengalami trauma, atau tantangan dalam hidup, serta orang-orang yang mencari perkembangan pribadi (American Art Therapy Association, 2003).

Menurut Pearson dan Wilson (2009) mengungkapkan bahwa Expressive therapy adalah sebuah metode yang berdasar pada ekspresi artisitik seperti, menggambar, tarian, lagu, tanah liat, sebagai objek media dalam hubungan terapeutik.

Liebmann (2005) mendefinisikan Expressive Therapy yaitu penggunaan seni sebagai sarana pengekspresian pribadi untuk mengkomunikasikan perasaan.

Komponen Expressive Therapy

Expressive Therapy menambahkan komponen yang unik untuk psikoterapi dan konseling karena memiliki beberapa karakteristik khusus tidak selalu ditemukan dalam terapi secara verbal. (1) Self expression, (2) Active Participation, (3) Imagination, dan (4) Mind body connection.

1. Self Expression

Semua terapi, sifatnya dan tujuan mendorong individu untuk terlibat dalam eksplorasi diri. Expressive therapy mendorong tidak hanya self exploration, tetapi juga menggunakan self expression melalui satu atau lebih modalitas sebagai bagian sentral dari proses terapi.

Gladding (1992) mencatat bahwa menggunakan seni dalam konseling sebenarnya dapat mempercepat proses self exploration dan bahwa modalitas secara ekspresif memungkinkan orang untuk mengalami sendiri dengan cara yang berbeda.

Self Expression melalui lukisan, gerakan, atau puisi dapat memunculkan pengalaman masa lalu dan bahkan menjadi katarsis bagi sebagian orang, tapi ini hanya dua aspek peran self expression dalam terapi. Bahkan, sebagian besar terapis menggunakan expressive therapy dalam pekerjaan mereka dengan memanfaatkan kemampuan seni, musik, bermain, dan bentuk-bentuk lain yang mengandung self expression daripada untuk mendorong komunikasi katarsis emosi atau sekedar pengulangan kenangan mengganggu.

Self Expression digunakan sebagai wadah bagi perasaan dan persepsi untuk memperdalam pemahaman diri yang lebih besar, mengakibatkan reparasi emosional, resolusi konflik, dan rasa well being.
Expressive therapy umumnya tidak berusaha untuk menafsirkan gambar, gerakan, puisi, atau bermain yang dilakukan oleh seorang individu. Melainkan mencoba untuk memfasilitasi mereka dalam menemukan makna pribadi dan pemahaman diri.

Untuk alasan itu, self expression dalam sesi expressive therapy juga umumnya melibatkan refleksi lisan untuk membantu individu untuk memahami pengalaman mereka, perasaan, dan persepsi. Sementara kata-kata umumnya digunakan untuk menceritakan kisah-kisah pribadi, expressive therapy digunakan untuk membuka jalan pada perasaan sebagai sumber cerita dan kenangan. Karena pikiran dan perasaan tidak semata-mata verbal dan tidak terbatas sebagai bahasa lisan di otak, modalitas ekspresif sangat berguna dalam membantu orang berkomunikasi tentang aspek kenangan dan cerita yang mungkin tidak tersedia melalui percakapan.

Kenangan yang dimiliki khususnya muncul melalui sentuhan, citra, atau secara hati-hati dipandu gerakan tubuh (Rothschild, 2000). Untuk beberapa individu, menceritakan cerita melalui satu atau lebih modalitas ekspresif lebih mudah ditoleransi dari verbalisasi. Individu dapat “merasakan” kisah mereka, yang memungkinkan praktisi untuk memanfaatkan penemuan klien dan menggunakan aktivitas untuk membantu mereka memperluas pemahaman mereka.

Beberapa terapis percaya bahwa proses expressive therapy (yang menceritakan sebuah cerita melalui modalitas ekspresif seperti seni, musik, gerakan, dll) menawarkan nilai terapi sebanyak refleksi lisan tentang pengalaman. Landreth (1991), mencatat bahwa ini berlaku terutama untuk anak-anak yang tidak memiliki kemampuan verbal yang diperlukan untuk refleksi melalui bahasa.

Ekspresi melalui lukisan, aktivitas bermain, imajinatif role play, atau gerakan dapat menjadi pengalaman untuk memperbaiki dari dalam dirinya sendiri. Dalam kasus di mana self expression berulang-ulang, kaku, atau noncorrective, seorang terapis yang menggunakan teknik ekspresif akan secara aktif terlibat dengan klien untuk membantu kemajuan terapi.

Terapis Seni dan bermain, Eliana Gil (1998), mencatat bahwa ketika seorang anak yang telah mengalami trauma parah mengulangi bermain atau kegiatan seni tanpa resolusi atau koreksi, terapis memiliki keharusan memperkenalkan kegiatan atau arahan untuk membantu anak mengubah alur cerita menjadi pengalaman yang lebih produktif dan memuaskan. Terapis lainnya mendorong dialog klien yang melibatkan “berbicara dengan lukisan” (McNiff, 1992) menggunakan modalitas ekspresif sebagai refleksi dan eksplorasi.

2. Active Participation

Expressive Therapy didefinisikan dalam psikologi sebagai “action therapy” (Weiner, 1999) karena metode mereka berorientasi melalui aksi dimana klien mengeksplorasi masalah dan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan mereka. Seni dan pembuatan musik, tari dan drama, menulis kreatif, dan segala bentuk bermain yang partisipatif dan memerlukan individu untuk berinvestasi energi di dalamnya. Misalnya, pembuatan seni, bahkan dalam arti yang paling sederhana, dapat melibatkan mengatur, menyentuh, mengelem, lukisan, membentuk, dan banyak lainnya.

Semua expressive therapy fokus pada mendorong klien untuk menjadi peserta aktif dalam proses terapi. Pengalaman melakukan, membuat, dan menciptakan benar-benar dapat memberikan energi individu, mengarahkan perhatian dan fokus, dan mengurangi stres emosional, yang memungkinkan klien untuk berkonsentrasi penuh pada isu-isu, tujuan, dan perilaku. Banyak atau semua indera yang digunakan dalam satu cara atau yang lain ketika orang terlibat dalam pembuatan seni, bermain musik atau mendengarkan, menari atau bergerak, memberlakukan, atau bermain. Jenis kegiatan dan pengalaman mengarahkan kesadaran untuk visual, taktil, dan saluran pendengaran.

3. Imagination

Levine (1999) mengamati bahwa "imajinasi adalah konsep sentral yang menginformasikan pemahaman penggunaan seni dan bermain dalam terapi ". McNiff (1981, 1992) percaya bahwa imajinasi adalah agen penyembuhan yang melekat pada semua bentuk self expression. Sementara beberapa mendukung penggunaan bahwa kata “kreativitas” dalam menggambarkan expressive therapy, sebenarnya penggunaan imajinasi yang menginformasikan teori dan praktek. Berbeda dengan imajinasi, kreativitas terjadi ketika self expression sepenuhnya terbentuk dan mencapai sebuah nilai estetika. Dalam sesi expressive therapy klien mungkin tidak selalu membuat gambar, musik, gerakan, atau puisi yang akan dianggap kreatif atau sepenuhnya terbentuk, tetapi dalam banyak kasus berpikir imajinatif digunakan untuk menghasilkan self expression, eksperimen, dan refleksi lisan berikutnya.

Berpikir imajinatif diperlukan untuk membuat gambar, membuat gerakan, atau memanipulasi angka dalam sandtray juga menawarkan kemungkinan untuk mencoba inventif solusi dan transformasi. Klien yang dapat menyatakan terbatas dalam kemampuan mereka untuk menggunakan imajinasi bagi pemecahan masalah sering menemukan expressive therapy sangat bermanfaat. Misalnya, seseorang yang telah sangat trauma mungkin merasa emosional atau mungkin memiliki pikiran obsesif. Penggunaan terapi seni, bermain, atau sandtray dapat meningkatkan penggunaan produktif imajinasi, membantu individu menemukan dan mengembangkan solusi korektif yang mengarah ke perubahan, resolusi, dan reparasi.

4. Mind Body Connection

The National Center for Complementary and Alternative Medicine (2004; selanjutnya disingkat sebagai NCCAM) telah mendefinisikan intervensi pikiran-tubuh adalah orang-orang yang dirancang untuk memfasilitasi kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh. Banyak expresive therapy dianggap oleh NCCAM menjadi intervensi pikiran-tubuh karena mereka berdua adalah bentuk psikoterapi dan terapi yang memanfaatkan penggunaan indera untuk perubahan.

Kemajuan yang dibuat dalam bidang neuroscience dan perkembangan saraf juga telah menarik perhatian pada potensi expressive therapy dalam hal intervensi pikiran-tubuh, khususnya di bidang mood disorder, stres disorder, dan penyakit fisik. Misalnya, seni, drama, dan terapi bermain menunjukkan dalam ameliorasi stres pasca trauma dan ekspresi kenangan traumatis. Musik, seni, dan tari atau gerakan dapat membantu dalam meningkatkan respon relaksasi tubuh, keadaan tenang dan yakin dikaitkan dengan persepsi kesehatan, kesehatan, dan kebahagiaan (Benson, 1996).

Menulis telah terbukti efektif dalam perbaikan emosional dan mengurangi gejala pada beberapa penyakit kronis (Pennebaker, 1997), Kegiatan ekspresif dapat merangsang placebo effect melalui meniru perasaan menenangkan diri pada pengalaman masa kanak-kanak dan mendorong diri untuk berelaksasi (Malchiodi, 2003; Tinnin, 1994). Penelitian tentang kasih sayang masa awal dan perkembangan otak mulai untuk menginformasikan psikoterapi dari nilai expressive therapy.

Expressive therapy terutama tari, menggambar, dan terapi bermain, mungkin berguna dalam membangun kembali dan mendorong kesehatan melalui pengalaman sensorik, interaksi, dan gerakan. Modalitas ini dapat membantu dalam memperbaiki dan membentuk kembali kasih sayang melalui pengalaman dan sarana sensorik dan memungkinkan otak untuk membangun pola baru yang lebih produktif (Malchiodi, 2003; Riley, 2002).