Apa yang dimaksud dengan Etnografi Komunikasi?

etnografi komunikasi

Apa itu etnografi komunikasi?

Definisi etnografi komunikasi secara sederhananya adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayannya (Koentjaraningrat, dalam Kuswarno, 2008).

Etnografi komunikasi (ethnography of communication) juga bisa dikatakan salah satu cabang dari Antropologi, lebih khusus lagi adalah turunan dari Etnografi Berbahasa (ethnography of speaking). Dalam artikel pertamanya, Hymes (1962) memperkenalkan ethnography of speaking ini sebagai pendekatan baru yang memfokuskan dirinya pada pola perilaku komunikasi sebagai salah satu komponen penting dalam sistem kebudayaan dan pola ini berfungsi di antara konteks kebudayaan yang holistik dan berhubungan dengan pola komponen sistem yang lain (Muriel, 1986).

Dalam perkembangannya, rupanya Hymes lebih condong pada istilah etnografi komunikasi, karenanya menurutnya, yang jadi kerangka acuan dan ‘ditempati’ bahasa dalam suatu kebudayaan adalah pada ‘komunikasi’nya dan bukan pada ‘bahasanya’. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan.

Menurut sejarah lahirnya, maka etnografi komunikasi tentu saja tidak bisa berdiri sendiri. Ia membutuhkan dukungan ilmu-ilmu lain di antaranya adalah sosiologi karena nantinya akan berkenaan dengan analisis interaksional dan persoalan identitas peran; ia juga memerlukan kehadiran antropologi karena dalam tataran tertentu bersentuhan dengan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan bahasa dan filosofi yang melatarbelakanginya; dan tentu saja tidak bisa melupakan disiplin sosiolinguistik karena melalui ilmu ini kita bisa mengetahui bagaimana penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Kini etnografi komunikasi telah menjelma menjadi disiplin ilmu baru yang mencoba untuk merestrukturisasi perilaku komunikasi dan kaidah-kaidah di dalamnya, dalam kehidupan sosial yang sebenarnya.

Ruang Lingkup Kajian Etnografi Komunikasi


Menurut Hymes (Syukur dalam Kuswarno,2008), ada enam lingkup kajian etnografi komunikasi yaitu :

  • Pola dan fungsi komunikasi (patterns and functions of communication)

  • Hakikat dan definisi masyarakat tutur (nature and definition of speech community).

  • Cara-cara berkomunikasi (means of communicating).

  • Komponen-komponen kompetensi komunikasi (component of communicative competence)

  • Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial (relationship of language to world view and sosial organization)

  • Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial (linguistic and sosial universals and inqualities)

Etnografi komunikasi juga memiliki dua tujuan yang berbeda arah secara sekaligus. Etnografi komunikasi bisa bersifat spesifik karena mencoba menjelaskan dan memahami perilaku komunikasi dalam kebudayaan tertentu sehingga sifat penjelasannya terbatas pada suatu konteks tempat dan waktu tertentu; etnografi komunikasi juga bisa bersifat global karena mencoba memformulasikan konsep-konsep dan teori untuk kebutuhan pengembangan metateori global komunikasi antarmanusia.

Obyek Penelitian Etnografi Komunikasi


Ada beberapa istilah-istilah yang akan menjadi kekhasan dalam penelitian etnografi komunikasi, dan istilah ini nantinya akan menjadi obyek penelitian etnografi komunikasi:

1. Masyarakat Tutur (speech community)

Hymes memberi batasan mengenai masyarakat tutur adalah suatu kategori masyarakat di mana anggota-anggotanya tidak saja sama- sama memilliki kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistik tertentu. Sementara menurut Seville Troike, yang dimaksud masyarakat tutur tidak harus memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah yang sama dalam berbicara (Syukur, dalam Kuswarno, 2008). Jadi batasan utama yang membedakan masyarakat tutur satu dengan yang lain adalah kaidah-kaidah untuk berbicara. Sehingga suatu suku bangsa atau kebudayaan bisa saja memiliki dua atau lebih masyarakat tutur.

2. Aktivitas Komunikasi

Setelah menemukan atau mengidentifikasi masyarakat tutur, maka tahap selanjutnya bagi etnografer adalah menemukan aktivitas komunikasinya. Atau mengidentifikasi peristiwa komunikasi atau proses komunikasi. Menurut Hymes, tindak tutur atau tindak komunikasi mendapatkan statusnya dari konteks sosial, bentuk gramatika dan intonasinya. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi, maka kita memerlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi.

Hymes mengemukakan unit diskrit komunikasi itu adalah (Syukur dalam Kuswarno, 2008):

  • Situasi komunikatif dan konteks terjadinya komunikasi

  • Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang meliputi tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, partisipan yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama, dengan kaidah-kaidah yang saya dalamberinteraksi dan dalam setting yang sama.

  • Tindak komunikatif, yaitu fungsi interaksi tungga seperti pernyataan, permohonan, perintah ataupun perilaku non verbal.

Pendeknya, yang dimaksud aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi tidak lagi bergantung/bertumpu pada pesan, komunikator, komunikan, media, dan efeknya melainkan aktivitas khas yang kompleks di mana di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi khusus dan berulang.

3. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam kajian etnografi komunikasi.

Yang dimaksud komponen komunikasi dalam etnografi komunikasi adalah (Syukur dalam Kuswarno, 2008):

  • Genre atau tipe peristiwa komunikasi (misal lelucon, salam, perkenalan, dongeng, gosip dll).

  • Topik peristiwa komunikasi.

  • Tujuan dan fungsi peristiwa secara umum dan juga fungsi dan tujuan partisipan secara individual.

  • Setting termasuk lokasi, waktu, musim dan aspek fisik situasi yang lain.

  • Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevam dan hubungannya satu sama lain.

  • Bentuk pesan, termasuk saluran verbal, nonverbal dan hakikat kode yang digunakan, misalnya bahasa mana dan varietas mana.

  • Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan termasuk level konotatif dan referensi denotatif.

  • Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

  • Kaidah interaksi.

  • Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan, kebudayaan, nilai dan norma yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.

4. Kompetensi Komunikasi

Tindak komunikasi individu sebagai bagian dari suatu masyarakat tutur dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari integrasi tiga ketrampilan yaitu ketrampilan linguistik, ketrampilan interaksi dan ketrampilan kebudayaan. Kompetensi inilah yang akan sangat memengaruhi penutur ketika mereka menggunakan atau menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Kompetensi komunikasi ini meliputi (Syukur dalam Kuswarno,2008):

  • Pengetahuan dan harapan tentang siapa yang bisa atau tidak bisa berbicara dalam setting tertentu?
  • Kapan mengatakannya?
  • Bilamana harus diam?
  • Siapa yang bisa diajak bicara?
  • Bagaimana berbicara kepada orang-orang tertentu yang peran dan status sosialnya berbeda?
  • Apa perilaku non verbal yang pantas?
  • Rutin yang bagaimana yang terjadi dalam alih giliran percakapan?
  • Bagaiamana menawarkan bantuan?
  • Bagaimana cara meminta informasi dan sebagainya?

5. Varietas Bahasa

Pemolaan komunikasi (communication patterning) akan lebih jelas bila diuraikan dalam konteks varietas bahasa. Hymes menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat vaietas kode bahasa (language code) dan cara-cara berbicara yang bisa dipakai oleh anggota masyarakat atau sebagai repertoire komunikatif masyarakat tutur.

Variasi ini akan mencakup semua varietas dialek atau tipe yang digunakan dalam populasi sosial tertentu, dan factor-faktor sosiokultural yang mengarahkan pada seleksi dari salah satu variasi bahasa yang ada. Sehingga pilihan varietas yang dipakai akan menggambarkan huubungan yang dinamis antara komponen-komponen komunikatif dari suatu masyarakat tutur, atau yang dikenal sebagai pemolaan komunikasi (communication patterning).

Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi adalah riset tentang peranan Bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat. Berasal dari cabang ilmu Antropologi, etnografi komunikasi mendeskripsikan bagaimana Bahasa digunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. Hymes mengatakan bahwa Bahasa bukanlah satu-satunya yang harus difokuskan dalam suatu kebudayaan komunikasi. Karena Bahasa hidup dalam komunikasi, dan tidak akan memiliki makna jika tidak dikomunikasikan. (Engkus, 2008: 11).

Etnografi komunikasi (etnography of communiation) sebelumnya dikenal dengan istilah etnography of speaking yakni gabungan dari enology dan linguistic, suatu kajian yang menyangkut situasi, penggunaan, pola dan fungsi dari berbicara sebagai suatau aktivitas tersendiri. Pada perkembangannya, Hymes kemudian mengubahistilah etnography of speaking menjadi etnography of communication (Etnografi Komunikasi). Isitilah pendekata ini kemudian semakin dikenal luas dan diakui sebagai kajian penting dalam memandang perilaku komuniasi manusia yang berhubungan dengan kebudyaan. Inti dari etnografi komunikasi adalah untuk melihat penggunaan Bahasa yang dihubungkan dengan nilai social dan kebudayaan (kultural), dan memberikan pemahaman luas mengenai pandanan nilai suatu budaya masyarakat, serta menjelaskan sikap dan perilaku aggota kebudayaan. (Engkus, 2008: 13)

Etnografi komunikasi menganggap perilaku komunikasi sebagai perilaku yang berasal dari tiga keterampilan yang dimiliki oleh setiap manusia, yakni keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya, yang selanjutnya disebut sebagai kompetensi berkomunikasi. Ketiga keterampilan ini melahiran hipotesis dari Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf yang bebrunyi “Struktur Bahasa atau kaidah bebricara suatau budaya akan menentukann perilaku dan pola piki dalam budaya tersebut”. Oleh karena itu, Bahasa menjadi unsur pertama kebudayaan, serta keterampilan interaksi atau kaida berbicara melahirkan perilaku dalam kebudayaan tersebut. (Engkus, 2008: 18)

Hymes membagi ruang lingkup kajian etnografi komunikasi sebagai berikut :

a. Pola dan fungsi komunikasi ( patterns and functions of communication)

b. Hakikat dan definisi masyarakat tutur ( nature and definition of speech)

c. Cara-cara berkomunikasi (meand of communication)

d. Komponen-komponen kompetensi komunikatif (components of communicative competence)

e. Hubungan Bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi social (relationship of language to world view and social organization)

f. Semesta dan ketidaksamaan linguistic dan social (lingustik and social universals and inqualities).

Etnografi komunikasi bersifat spesifik dan global dalam satu waktu. Menurut Seville-Troike, focus kajian etnografi komunikasi adalah masyarakat tutr (speech community), yang mencakup :

a. Bagaimana cara komunikasi dipola dan diorganisasikan sebagai sebuah system dari peristiwa komunikasi.

b. Bagaimana cara pola komunikasi hidup dalam interaksi dengan komponen system kebudayaan yang lain

Tujuan utama strategi etnografi komunikasi adalah menghimpun data deksriptif dan menganalisisnya. Hymes menegaskan bahwa Bahasa tidak bisa dipisahkan dari bagaimana dan mengapa Bahasa digunakan, sehingga kesadaran akan hal ini akan membawa pemahaman pada bentuk-bentuk Bahasa. Etnografi komunikasi memandang Bahasa sebagai sebuah konteks social. (Engkus, 2008:15)

Referensi

http://eprints.umm.ac.id/43079/3/BAB%20II.pdf