Apa yang dimaksud dengan Eritrosit?

image

Eritrosit mengandung hemoglobin, yang merupakan protein yang bertugas untuk mengikat oksigen sehingga sel darah merah dapat membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Apa yang dimaksud dengan Eritrosit?

Eritrosit merupakan sel yang fungsinya untuk pengangkutan oksigen. Sel ini berbentuk bikonkaf yang dibentuk di sumsum tulang belakang (Ganong, 2008). Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut hemoglobin untuk membawa oksigen dari paru-paru serta nutrien untuk diedarkan ke jaringan tubuh (Guyton dan Hall, 2010).

Sel darah merah juga mempunyai kandungan carbonic anhydrase, yang merupakan enzim yang mengkatalis reaksi dapat balik antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat (H2CO3) (Guyton dan Hall, 2010). Enzim tersebut dapat mempercepat reaksi balik antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat (H2CO3), menjadi seribu kali lebih cepat.

Reaksi yang cepat tersebut memungkinkan air dalam darah membawa CO2 dalam jumlah yang besar dalam bentuk ion bikarbonat dari jaringan ke paru-paru. Ion tersebut kembali diubah kembali menjadi bentuk CO2 dan dikeluarkan ke udara sebagai produk gas.

Hemoglobin dalam sel darah merah merupakan buffer yang baik untuk mempertahankan keseimbangan keseluruhan darah (Guyton dan Hall, 2010). Eritrosit merupakan produk erythropoiesis dan proses tersebut terjadi dalam sumsum tulang merah (medulla asseum rubrum) yang antara lain terdapat dalam berbagai tulang panjang.

Erythropoiesis membutuhkan bahan dasar berupa protein dan bebagai aktivator. Beberapa aktivator erythropoiesis adalah mikromineral berupa Cu, Fe, dan Zn (Praseno, 2005). Penambahan mikromineral Cu juga dapat memengaruhi penyerapan Fe dalam tubuh. Linder (1992) menyatakan bahwa unsur Cu mungkin memegang peranan dalam aliran Fe dari tempat penyimpanannya menuju ke transferin untuk diangkut ke sumsum tulang dan tempat lainnya.

Mineral Fe di dalam sumsum tulang digunakan untuk membentuk hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah dan sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Rendahnya konsumsi protein ransum cenderung mengakibatkan sintesis eritrosit menjadi rendah (Geraert et al., 1996; Shibata et al., 2007).

Saputri et al. (2012) melaporkan bahwa pada kondisi bagian usus halus banyak terdapat bakteri patogen yang bersifat basa dengan pH 7-8. Apabila dalam pemberian probiotik tidak mampu menyeimbangkan kondisi mikroflora usus maka dalam proses penyerapan nutrisi akan terhambat sehingga mengganggu dalam proses pembentukan sel-sel darah.

Menurut Frandson (1992), apabila sel darah merah berada diatas rata-rata atau kelebihan, dapat mengalami eritrositosis. Eritrositosis disebabkan oleh dehidrasi, jika sel darah merahnya berada dibawah rata-rata, maka dapat mengalami anemia. Anemia dapat juga disebabkan karena luka, rusaknya eritrosit, dan polusi udara.

Menurut Swenson (1984), kurangnya sel darah merah dan rusaknya sel darah merah dapat disebabkan oleh hilangnya darah akibat luka, parasit yang ada dalam darah, dan dapat pula karena darah yang tidak berhasil masuk pembuluh darah secara normal.