Apa yang dimaksud dengan Emotion Focused Coping?

image

Apa yang dimaksud dengan Emotion Focused Coping?

Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif (Santrock, 1996). Carver (Margaretha, 2001) menguraikan bentuk-bentuk emotion-focused coping sebagai berikut:

  • Perilaku Adaptif
  1. Positive reinterpretation and growt atau (pandangan yang positif dan pertumbuhan) berarti individu dapat menerima dan memandang situasi yang dialami sebagai suatu hal yang positif serta individu dapat mengambil manfaat atau belajar hal baru dari situasi yang dialami.

  2. Seeking emotional social support yaitu usaha individu untuk mendapatkan simpati atau dukungan emosional dari orang lain.

  3. Religion atau usaha individu dalam meningkatkan kegiatan keagamaan.

  4. Acceptance adalah menerima kenyataan bahwa situasi stres yang dialami itu memang harus terjadi nyata dan tidak bisa diubah.

  5. Denial berarti individu bersikap seolah-olah stresor itu tidak ada dan tidak terjadi.

  • Perilaku mal-Adaptif
  1. Focus and venting of emotion adalah kecenderungan individu untuk memuaskan diri pada pengalaman distress atau kekecewaan yang kemudian dikeluarkan semua yang telah dirasakan.

  2. Behavior disengagement adalah menurunnya usaha seseorang untuk menghadapi sumber stres, bahkan menyerah dalam usaha dalam mencapai tujuan yang terganggu oleh sumber stres.

  3. Mental disengagement adalah secara psikologis menyerah menghadapi situasi stres dan mengalihkan pada suatu aktivitas agar dapat melupakan masalah.

Emotion-Focused Coping adalah bentuk coping yang berfokus pada pengelolaan stres dalam diri individu. Memberikan dukungan dalam penyelesaian masalah pada diri individu dengan memahami sumber permasalahan yang disertai penggunaan ekspresi emosional untuk menekan sumber kondisi negatif dari dalam diri atau sumber permasalahan.

Menurut Lazarus dan Folkman (1985) mengatakan bahwa Emotion-Focused Coping adalah bentuk strategi untuk meredakan emosi individu yang muncul akibat pengaruh dari sumber permasalahan atau kondisi yang menimbulkan pengaruh negatif, tanpa harus mengubah kondisi yang menjadi sumber permasalahan individu secara langsung.

Cara Penerapan Emotion-Focused Coping

Selama penerapannya, teknik Emotion-Focused Coping dibagi menjadi dua cara dalam penerapan fungsinya yang terjadi selama proses pelaksanaannya (Lazarus dan Folkman (2004) yaitu:

Adaptif adalah bentuk coping yang memberikan dukungan berupa penerapan, perkembangan, pembelajaran, dan pencapaian sebuah tujuan. Misalnya berkomunikasi antar sesama, merelaksasikan diri, menilai atau mengambil sebuah kesimpulan.

Maladaptif adalah bentuk coping yang memberikan efek sebaliknya dari penerapan sebelumnya, yaitu penerapan, pembelajaran, dan pencapaian sebuah tujuan, karena lebih cenderung dalam menghambat, menurunkan otonomi. Misalnya makan yang berlebihan atau sama sekali tidak makan, melakukan aktivitas dengan tidak teratur, serta lebih bayak berdiam diri.

Aspek-aspek Emotion-Focused Coping

Folkman dan Lazarus (1984) mengidentifikasi beberapa aspek EmotionFocused Coping yang didapatkannya berdasarkan dari hasil penelitiannya. Aspekaspek tersebut adalah:

  1. Mencari dukungan sosial ( Seeking social support ), yaitu mencoba untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan bantuan atau dukungan secara emosional pada seorang individu yang menghadapi suatu kondisi permasalahan yang tidak dapat dia selesaikan sendiri adu individu tersebut membutuhkan perhatian dari orang lain yang menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi tidak terjadi pada dirinya seorang.

  2. Mengabaikan ( Distancing ), yaitu sebuah upaya melakukan upaya kognitif yang bertujuan untuk melepaskan diri dari permasalahan dengan mencoba tidak memberikan perhatian utama seolah-olah kejadian tersebut tidak pernah terjadi atau tidak ada sama sekali.

  3. Penghindaran ( Escape avoidance ), yaitu upaya seorang individu untuk terlepas dari permasalahan atau kondisi yang tidak menyenangkan dengan memberikan gambaran atau membayangkan bahwa kejadian atau permasalahan yang dihadapinya tidaklah memberikan suatu hal yang buruk atau malah hal itu memberikan perasaan yang menyenangkan.

  4. Pengendalian diri ( Self-control ), yaitu sebuah upaya seorang individu untuk tidak mengambil tindakan atau perilaku-perilaku yang dapat menciptakan pengaruh negatif yang berkelanjutan pada diri individu tersebut, dan mencoba untuk terus menghadapi kondisi yang di alami.

  5. Menerima keadaan ( Accepting responsibility ), yaitu tindakan yang berupaya untuk terus menghadapi atau menerima situasi atau kondisi permasalahan sambil mencari solusi penyelesaian agar terlpeas dari situasi atau kondisi permasalahan tersebut.

  6. Penilaian secara positif ( Positive reappraisal ), seorang individu akan memberikan sebuah pandangan atau kesimpulan yang bersifat positif pada sumber permasalahan atau situasi yang dihadapi terkadang dengan memberikan pengaruh dari agama atau mendekatkan diri pada sang Pencipta.

Faktor-faktor Emotion-Focused Coping

Hapsari, Karyani & Taufik (2002) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan Emotion-Focused Coping , yaitu:

  1. Usia, penggunaan Emotion-Focused Coping lebih sering digunakan oleh kalangan individu yang berasal dari usia yang tidaklah lagi muda atau lebih tua yang menganggap bahwa diri individu tersebut tidak lagi memberikan bantuan yang tepat dan kuat dalam melakukan perubahan atau perkembangan dari situasi atau kondisi yang menekan, dan lebih cenderung untuk mengendalikan emosi daripada mencari solusi permasalahan.

  2. Jenis kelamin, perempuan lebih lemah dalam pemecahan masalah yang lebih melibatkan tindakan atau perlakuan dan lebih cenderung dalam penggunaan emosi dalam mengatasi atau menghadapi situasi yang menekan.

  3. Kepribadian, pada kalangan individu yang memiliki tingkat kesehatan mental yang lemah atau tidak stabil, cenderung kurang efektif dalam penggunaan strategi pemecahan masalah atau pengendalian diri yang memberikan tekanan dalam pelaksanaannya.