Apa yang dimaksud dengan Eksposure?

Pada kamera DSLR telah disediakan beberapa pilihan mode eksposur “khusus” yang bekerja secara auto untuk keperluan tertentu seperti memotret olahraga, kebang api, close-up, dll.

Apa yang dimaksud dengan Eksposure ?

1 Like

Eksposur (exposure) secara bebas disebut juga pencahayaan. Eksposur merupakan inti dalam fotografi yang juga memainkan peran utama dalam menentukan baik atau buruknya kualitas foto Anda. Secara keseluruhan mode eksposur pada kamera terkadang disebut juga sebagai mode pemotretan.

Namun sayangnya mode auto atau mode lain serupanya hanya bekerja sesuai kehendak program, bukan sesuai kemauan Anda. Maka terkadang hasil foto menggunakan mode auto ini berbeda dengan yang Anda harapkan. Oleh sebab itu, sejatinya eksposur yang lebih baik itu adalah yang dibentuk secara manual sesuai keinginan Anda.

Eksposur terbentuk dari 3 elemen / pengaturan utama yaitu:

1. Shutter Speed

Shutter Speed

Saat Anda menekan tombol shutter untuk memotret, maka shutter (rana) akan terbuka lalu tertutup kembali dengan rentang waktu tertentu. Lamanya waktu shutter atau rana itu terbuka lalu tertutup kembali itulah yang dimaksud dengan shutter speed.

Sensor kamera ditutupi (diblok) oleh shutter atau rana sehingga terkadang shutter ini juga disebut sebagai “shutter plane”. Sedangkan didepan sensor dan shutter tersebut terdapat “mirror” yang berfungsi merefleksikan adegan ke pentaprisma lalu dipantulkan lagi ke viewfinder. Nah! Ketika Anda menekan tombol shutter untuk memotret, maka posisi mirror naik ke atas (lock-up) lalu shutter terbuka, dan pada saat itulah sensor merekam adegan (pengambilan gambar). Kemudian pada saat yang bersamaan pula “cahaya” akan ikut masuk melalui lensa menuju sensor. Oleh sebab itu cepat lambatnya waktu shutter bekerja juga mempengaruhi kualitas pencahayaan pada hasil gambar. Kesimpulannya yaitu semakin lama waktu shutter atau rana terbuka dan tertutup, maka semakin besar peluang cahaya yang masuk dan menghasilkan foto yang terang.

Seperti halnya jendela kamar Anda, ketika Anda membukanya lalu menutup kembali dengan waktu yang sangat cepat maka tentunya udara dari luar yang masuk sangat sedikit atau mungkin tak ada sedikitpun. Begitupula sebaliknya kalau Anda membuka tutup jendela kamar dengan waktu yang lama maka jumlah udara yang masuk akan jauh lebih banyak. Seperti itu kira-kira analogi peluang cahaya yang akan masuk saat shutter terbuka.

Saat mengatur shutter speed Anda harus mengingat kembali fungsi dan cara kerjanya serta perhatikan juga resikonya. Contohnya, pada kondisi kurang cahaya dengan shutter speed yang sangat cepat tentunya cahaya yang diterima oleh sensor akan sedikit dan hasil foto Anda akan cenderung gelap. Oleh karena itu Anda harus cerdas menggunakannya dengan mempertimbangkan pengaturan pembentuk eksposur lainnya (diafragma dan ISO).

2. Aperture / Diafragma

Aperture / Diafragma

Bila pada shutter speed mengenai rentang waktu terbukanya shutter atau rana, maka pada aperture / diafragma adalah lebar sempitnya bukaan pada lensa.

Bila pada shutter speed mengenai kecepatan maka pada aperture mengenai lebar dan sempitnya bukaan lensa yang terhubung ke kamera. Cara kerjanya yaitu ketika semakin lebar bukaan pada lensa maka semakin banyak pula cahaya yang masuk, dan hasilnya dapat meningkatkan kecerahan pada foto Anda. Selain itu, lebar sempitnya bukaan aperture juga mempengaruhi ruang ketajaman pada gambar.

Nilai aperture ditulis dalam satuan “f/”. Banyak pemula yang salah menggunakan aperture dikarenakan mereka keliru membaca nilai aperture. Setiap nilai mewakili bukaan dan perlu Anda ingat bahwa nilai aperture dipahami secara terbalik. Sebagai contoh, untuk bukaan terlebar diwakili oleh nilai yang kecil katakanlah ia “f/1.8” atau lebih kecil dari itu. Sedangkan untuk bukaan tersempit diwakili oleh nilai yang besar yaitu “f/22”. Kesimpulannya adalah semakin kecil nilai aperture maka semakin lebar bukaan pada lensa, begitupula sebaliknya.

3. ISO

ISO

Setelah membahas dua pengaturan (shutter speed dan aperture) untuk membentuk sebuah eksposur secara manual, maka selanjutnya kita melangkah ke pengaturan yang terakhir yaitu ISO. ISO adalah ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Simpelnya agar mudah Anda pahami bahwa ISO adalah pengaturan untuk menentukan tinggi rendahnya pencahayaan pada hasil foto Anda.

Anda tidak selalu berhadapan dengan kondisi cahaya yang cukup terang. Akan ada saat dimana Anda memotret dalam ruangan atau di malam hari. Pada kondisi seperti itu cahaya sangat minim dan Anda membutuhkan pengaturan dukungan dari ISO untuk memaksimalkan kualitas cahaya pada foto Anda.

Memang ada cara lain untuk menghadapi kondisi yang kurang cahaya yaitu dengan mengatur shutter speed menjadi lambat agar banyak cahaya yang masuk ke sensor. Akan tetapi trik ini memiliki resiko terjadi motion blur pada hasil foto Anda. Oleh sebab itu mengatur ISO tinggi adalah solusinya tapi itupun juga memiliki resiko timbulnya noise pada foto. Mengapa tidak menggunakan bantuan flash? Tidak semua orang menyukai hasil foto menggunakan bantuan flash, dan tidak setiap situasi cocok menggunakan flash.

Nilai ISO memiliki kelipatan “x2” dan ISO default atau terendah adalah 100. Sedangkan kelipatannya yaitu 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, dan seterusnya. Kelipatan atau tingkatan ISO tersebut disebut dengan istilah “stop”. Jadi! Jika ada yang menyebut “naik 1-stop” maka berarti ISOnya naik dari nilai 100 ke 200 dan seterusnya berlaku kelipatan.

Sulit menentukan mana nilai ISO ideal karena itu tergantung kebutuhan dan kondisi cahaya ditempat Anda memotret. Namun untuk menghasilkan foto dengan “kualitas aman (tidak noise)” maka Anda bisa menggunakan ISO antara 100-400. ISO tertinggi yang disarankan agar tidak menimbulkan noise yaitu 800. Akan tetapi ada pula kondisi dimana Anda membutuhkan ISO hingga 3200. Kesimpulannya semua tergantung kebutuhan Anda dan situasi pencahayaan yang Anda hadapi.

Ketiga elemen di atas dikenal sebagai segitiga eksposur (exposure triangle). Ketiganya saling berkaitan dan hasil kolaborasi dari ketiga pengaturan tersebut itulah yang menciptakan sebuah eksposur / pencahayaan. Lantas bagaimana ketiga pengaturan tersebut bekerja dan membentuk sebuah eksposur?

Seperti yang dijelaskan di atas tentang shutter speed, bahwa shutter atau rana akan terbuka dan tertutup saat Anda memotret. Nah! Pada saat shutter itu terbuka, sensor akan merekam adegan (pengambilan gambar) dan di saat yang bersamaan pula cahaya yang menentukan terang dan gelapnya hasil foto Anda juga ikut masuk melalui melaui lensa menuju sensor. Jadi, semakin lama waktu shutter itu terbuka (rana lambat) maka semakin besar peluang cahaya masuk, dan hasilnya foto Anda akan semakin terang. Seperti itulah cara kerja shutter speed. Kemudian untuk cara kerja aperture yaitu semakin lebar bukaan pada lensa maka semakin banyak pula cahaya yang masuk, dan hasilnya foto Anda juga akan terang. Selain itu, semakin besar bukaan aperture, semakin lebar pula ruang tajam yang anda dapatkan. Gunakan juga ISO untuk menambah cahaya yang masuk.

Exposure, bahasa indonesia : Pajanan, adalah istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.

Oleh karena itu, proses pencahayaan yang terjadi dalam tubuh kamera disebut proses Exposure. Sedangkan proses yang terjadi diluar tubuh kamera disebut Lighting (Pencahayaan).

Untuk menghasilkan foto yang jelas diperlukan sinar yang cukup, jika terlalu banyak sinar maka hasil foto akan over exposure, sedangkan jika kekurangan cahaya maka hasil foto akan under exposure.

Didalam pembahasan tentang exposure, salah satu istilah yang paling terkenal adalah “segitiga exposure” atau triangle exposure. Segitiga exposure disini mempunyai arti bahwa terdapat kerkaitan yang kuat diantara 3 variabel yang berpengaruh terhadap exposure, yaitu ISO, Shutter Speed dan Apperture.

segitiga exposure

1.ISO

ISO

ISO/ASA adalah nilai kepekaan film atau sensor digital terhadap cahaya, mulai dari tingkat kepekaan yang rendah sampai pada tingkat kepekaan yang paling tinggi. Semakin tinggi angkanya maka semakin tinggi juga tingkat kepekaannya terhadap cahaya. ISO rendah biasanya digunakan pada saat pencahayaan berlebih, siang hari, sedangkan ISO tinggi biasanya digunakan pada saat pencahayaan minim atau kurang cahaya seperti malam dan sore menjelang malam.

Penggunaan ISO rendah dan pencahayaan yang tepat akan menghasilkan detil pada bagian terang maupun bayangan yang cukup baik. Sedangkan penggunaan ISO tinggi dan pencahayaan tidak tepat akan menghasilkan bayangan terlalu banyak detil dan bagian terang menjaddi hilang. Risiko menggunakan ISO tinggi akan menimbulkan butiran-butiran seperti pasir pada permukaan foto (Grain) dan matahari bukanlah cahaya yang konstan. Kekuatan dan kapasitas cahayanya dapat berubah setiap waktu sangat tergantung dari kondisi cuaca, musim, dan letak geografisnya. berikut adalah teknik pencahayaan dalam fotografi:

  • Cahaya depan

    Pengambilan gambar dengan cahaya depan adalah yang paling mudah. Oleh karena, seluruh wajah tercapai dengan baik. Secara umum, hasil pemotretan dengan cara ini akan mengasilkan gambar yang cukup bagus. Tetapi, cahaya yang mutlak datang dari arah depan akan menimbulkan kesan datar pada foto. Cahaya dari depan tidak menciptakan karakter (dimensi) gelap-terang pada wajah.

  • Cahaya Atas

    Pada saat matahari tepat diatas kepala, cahaya nya yang kuat akan menimbulkan bayangan pekat disekitar kelopak mata, dibawah hidung, disekitar leher, dan dibawah subjek bayangan pekat dikelopak mata membuat subjek seolah-olah sedang mengenakan kacamata, sedangkan bayangan dibawah hidung terlihat seperti kupu-kupu. Dalam fotografi, efek cahaya dari atas seperti ini dinamakan dengan butterfly effect.

  • Cahaya Samping

    Pencahayaan dari arah samping sangat baik untuk memunculkan tekstur pada foto juga untuk memberikan kesan kedalaman. Secara alami cahaya matahari yang datang dari samping dapat anda dapati saat pagi dan sore hari. Yang mana waktunya berbarengan dengan waktu golden hour. Cahaya dari samping akan meciptakan kontras yang harmonis antara daerah yang terkena cahaya secara langsung (highlight) dengan daerah bayangan (sahdow). Kondisi seperti ini akan menciptkan mood pencahayaan yang lebih realis.

  • Cahaya Belakang

    Cahaya depan dan samping membuat subjek menjadi tidak nyaman. Mata menjadi sipit dan berkedip. Backlighting terhindar dari masalah tersebut. Yang perlu dperhatikan, saat menggunakan backlighting hindari cahaya matahari jatuh langsung ke lensa. Hal tersebut akan membuat terjadinya flare (kecuali efek tersebut memang sengaja dimunculkan).

2.Kecepatan Rana (Shutter Speed)

Kecepatan Rana Shutter Speed

Shutter speed adalah lamanya shutter kamera dalam keadaan terbuka. Hal ini menentukan jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera dan mengenai sensor. Shutter speed dapat berdurasi mulai dari 1/8000 detik sampai 30 detik penggunaannya tergantung dari kebutuhan fotografer. Shutter speed sangat mempengaruhi bagaimana objek yang bergerak tertangkap oleh kamera. Shutter speed yang cepat akan membekukan gerakan, sedangkan shutter speed yang lambat akan membuat objek terlihat kabur (Hoddinot, 2008).

Dengan mengatur kecepatan rana, penulis bisa menghasilkan kecepatan yang tepat dalam pengambilan foto dan menhasilkan teknik-teknik sebagai berikut:

  • Teknik Kecepatan rendah (Slow Speed)

    Teknik slow speed atau disebut juga teknik low light merupakan teknik yang ingin memberikan kesan bergerak, dramatis dan juga artistik pada objek, pada teknik slow speed tidak semua objek yang difoto blur atau tidak jelas, sedangkan objek yang tidak bergerak tetap jelas atau fokus. Kunci untuk menghasilkan teknik slow speed yakni permainan shutter speed. Objek yang bergerak difoto dengan shutter speed rendah yaitu sekitar 1/60 detik kebawah, sehingga objek akan menjadi blur.

  • Teknik Membekukan benda bergerak (Freezing)
    Jika teknik teknik slow speed menggunakan kecepatan rendah, sebaliknya pada teknik freezing menggunakan kecepatan tinggi yaitu 1/60 detik keatas. Teknik freezing akan memberikan kesan membekukan objek yang sedang bergerak. Teknik ini cocok untuk memotret benda yang sedang bergerak cepat tetapi menghasilkan foto yang tajam. Gerakan-gerakan melompat, berlari, menendang bola, atau benda dengan gerakan cepat lain yang lazim dipotret dengan teknik ini.

  • Teknik Memunculkan kesan gerak (Panning)

    Teknik panning digunakan untuk mendapatkan kesan gerak pada foto dengan membuat backround sedangkan objek utama yang bergerak terlihat tajam. Membuat foto panning harus memperhatikan dua hal yaitu kecepatan objek dan fokus. Caranya, atur kamera dengan kecepatan rendah 1/40 detik kebawah atau tergantung kecepatan objek kemudian tentukan tempat fokus objek, setelah itu kamera mengikuti gerakan objek jangan menekan tombol shutter terlebih dahulu. Setelah melewati objek fokus yang ditentukan kemudian tekan shutterlalu lepaskan, tetapi kamera tetap mengikuti objek yang sedang bergerak.

3.Diafragma (Aperture)

Diafragma Aperture

Diafragma adalah ukuran dari besarnya bukaan lensa yang dapat diubah- ubah yang mempengaruhi banyaknya cahaya yang masuk mengenai sensor. Dengan mengubah bukaan lensa, fotografer dapat mengatur banyaknya cahaya yang mengenai sensor. Diafragma atau aperture diukur menggunakan f-stop. (Hoddinot, 2008).

Cara yang paling mudah untuk mengontrol depth of field adalah dengan memainkan angka f . Dimana angka f yang semakin kecil akan mempersempit depth of field. Gambar yang dihasilkan oleh depth of field sempit akan mempersempit jarak fokus, jadi sebagian foto akan terkesan blur. Begitupun sebaliknya, diafragma yang besar akan meluaskan depth of field. Efeknya adalah fokus akan terlihat merata di seluruh foto. Tidak ada penonjolan, semuanya terlihat tegas.
Dengan mengatur diafragma atau depth of field penulis dapat menentukan teknik yang tepat dalam pengambilan foto dan teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • Teknik Ruang Tajam Sempit (Depth of Field)

    Merupakan teknis fotografi dengan menggunakan diafragma/bukaan lebar sebagai prioritas utama (f:2.8,3.5,4,5.6). Penggunaan teknik ruang tajam yang sempit berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.Teknis ruang tajam sempit untuk menarik perhatian pemirsa dengan fokus pada subjek utama serta menutup sebagai latar belakang yang mengganggu. Inti dari teknis ini adalah semakin dekat subjek dalam fokus ke kamera, ruang ketajaman akan lebih “dangkal/sempit”.

  • Teknik Ruang Tajam Luas (Wide Depth of Field)

    Ketajaman ruang suatu gambar foto sangat tergantung pada diafragma atau bukaan lensa. Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar ruang tajam atau depth of field yang dihasilkan. Semakin panjang focal length, semakin sempit ruang tajamnya. Teknik ruang tajam luas digunakan suatu foto yang objek utama dan latar belakangnya tetap terlihat jelas. Untuk mendapatkan hasil foto seperti itu, maka dapat diatur bukan diafragma kamera yang besar menjadi kecil, atau angka 'f’ nya besar.

  • Teknik Objek utama Gelap (Silhouette)

    Siluet merupakan objek yang menutupi cahaya sehingga diterangi dari belakang secara total, hasilnya berupa bentuk hitam di depan cahaya. Syarat pertama memotret dengan teknik siluet, objek harus berada di depan sumber cahaya. Posisi kamera sejajar dengan cahaya tersebut. Waktu paling ideal membuat siluet adalah golden hour, sesaat matahari terbit sekitar jam 06.00-07.00 pagi atau sebelum tenggelam sekitar 05.00-05.30 sore.