Apa yang dimaksud dengan Ekonomi Industri atau Industrial Economics?

Ekonomi Industri

Ekonomika Industri mempelajari bagaimana elemen-elemen dalam pasar saling berinteraksi, misalnya: hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja industri. Apa yang dimaksud dengan ekonomi industri?

Ekonomika industri, menurut Stigler (1968) adalah studi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang struktur dan perilaku industri dalam perekonomian, khususnya mencakup struktur perusahaan dan faktor-faktor yang memengaruhinya, pengaruh konsentrasi perusahaan terhadap kondisi persaingan, pengaruh persaingan terhadap harga, investasi, dan inovasi (Schmalense, 1989).

Menurut Schmalense, ekonomika industri tidak hanya membahas tentang teori saja namun juga mengkaji pengukuran dan pengujian hipotesis mengenai kebijakan publik terkait dunia bisnis. Dia mengajukan definisi ekonomika industri, yang menurutnya cukup mampu mengakomodasi berbagai aspek ekonomika industri, yakni disiplin ilmu yang mempelajari sisi penawaran dari perekonomian, khususnya pasar manakala perusahaan-perusahaan berperan sebagai penjual.

Ekonomika industri adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang membahas masalah-masalah ekonomi yang terkait dengan perusahaan dan industri serta keterkaitan antara perusahaan, industri, dan masyarakat. Barthwal (2010)

Menurut Barthwal (2010), terdapat dua elemen utama ekonomika industri, yaitu elemen deskriptif dan elemen analitis.

  • Elemen deskriptif menyediakan survei industri dan lembaga komersial lainnya untuk memberikan informasi tentang sumber daya alam, iklim industri, kondisi infrastruktur, pasokan faktor produksi, kebijakan industri dan perdagangan, serta tingkat kompetisi di suatu wilayah atau negara kepada pelaku bisnis.

  • Elemen analitis terkait dengan kajian mengenai penentuan strategi/kebijakan dan proses pengambilan keputusan dalam bisnis, seperti analisis pasar, penentuan harga, pemilihan teknik produksi, penentuan lokasi produksi perusahaan, perencanaan investasi, perekrutan dan pemecatan pegawai, keputusan finansial perusahaan, diversifikasi produk, dan sebagainya.

Barthwal mengatakan bahwa dua elemen ini saling terkait, dalam hal ini pengambilan keputusan yang tepat dalam organisasi bisnis atau usaha tidak akan tepat tanpa informasi yang mencukupi.

Ekonomika industri memiliki sejumlah karakteristik yang sama dengan ekonomika mikro dan ekonomika manajerial (Barthwal, 2007). Meskipun demikian, ekonomika industri berbeda dengan ekonomika industri maupun manajerial. Ekonomika mikro merupakan ilmu yang bersifat abstrak, deduktif, dan kaku. Sementara itu, ekonomika industri bersifat fleksibel dan induktif. Di samping itu, berbeda dengan ekonomika mikro, ekonomika industri tidak menganut asumsi bahwa tujuan perusahaan hanyalah memaksimumkan keuntungan berdasarkan kendala tertentu.

Ekonomika industri merumuskan tujuan suatu perusahaan berdasarkan fakta yang ada dan berfokus pada kendala-kendala yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan tersebut serta mencari strategi untuk mengatasinya. Dalam hal ini, terlihat bahwa ekonomika industri bersifat lebih aktif daripada ekonomika mikro. Di samping itu, ekonomika mikro cenderung tidak membahas secara rinci operasional proses produksi, distribusi, dan aspek lain dari suatu perusahaan atau industri. Selain itu, berbeda dari ekonomika mikro yang hanya cenderung berfokus pada proses penentuan harga di perusahaan atau industri, ekonomika industri juga memperhatikan aspek lain yang menggambarkan kondisi riil di pasar, seperti pengembangan proses dan produk, desain produk, pengiklanan, dan strategi investasi (Clarke, 2003).

Ekonomika industri juga memiliki beberapa karakteristik yang serupa dengan ekonomika manajerial. Ekonomika manajerial membahas konsep-konsep dan analisis terkait perusahaan, seperti analisis permintaan, biaya, laba, kompetisi, dan elemen lain untuk menunjang pengambilan keputusan. Meskipun demikian, ada dua perbedaan utama antara ekonomika industri dan ekonomika manajerial, yaitu :

  • Pertama, ekonomika manajerial memegang asumsi awal bahwa perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.

  • Kedua, analisis dalam ekonomika manajerial berupaya untuk membuat skema yang aturan-aturan dan prosedur terkait dengan keputusan perusahaan diatur sedemikian rupa dan diformulasikan sehingga mampu mencapai tujuan maksimisasi profit.

Berbeda dengan ekonomika manajerial, ekonomika industri berupaya untuk memahami dan menjelaskan proses yang ada di dalam sistem perusahaan dan berusaha memproduksi dampak yang terjadi ketika ada perubahan variabel-variabel tertentu dalam sistem perusahaan. Dengan kata lain, ekonomi industri memiliki pendekatan yang lebih bersifat positif, sementara ekonomika manajerial memiliki pendekatan yang lebih bersifat normatif.

Ekonomika industri juga tidak terlalu banyak mengakomodasikan disiplin ilmu lain, seperti ekonomika manajerial. Dalam hal ini, analisis ekonomika manajerial melibatkan analisis terhadap masalah terkait akuntansi, penelitian operasional, psikologi, pemasaran, dan berbagai disiplin ilmu lain. Analisis ekonomi industri tidak mengkaji permasalahan hingga sejauh itu. Ekonomika industri hanya mengkaji hambatan-hambatan struktural dalam perusahaan yang memengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.

Perspektif dalam Ekonomika Industri


Dalam ekonomika industri, terdapat sejumlah aliran pandangan atau perspektif yang melandasi kemunculan berbagai pemikiran dalam sejarah perkembangan ekonomika industri. Aliran pandangan tersebut mencakup (Hinde, 2000):

  1. Structure-Conduct-Performance (SCP)
    Aliran ini mengemukakan adanya keterkaitan secara linier antara struktur pasar, perilaku pelaku pasar, dan kinerja perusahaan-perusahaan dalam pasar. Aliran ini berpendapat bahwa struktur pasar (seperti pola konsentrasi penjual dan pembeli di pasar) merupakan refleksi dari kondisi permintaan dan penawaran yang ada di pasar. Struktur pasar, kemudian memengaruhi perilaku pelaku pasar (seperti strategi untuk berkolusi, strategi harga, strategi periklanan, dan sebagainya). Perilaku pasar ini, selanjutnya akan menentukan kinerja perusahaan yang ada di dalam pasar.

  2. Behaviorist
    Aliran ini menyatakan bahwa perilaku pasar merupakan faktor yang terpenting dalam menentukan struktur maupun kinerja pasar. Dalam hal ini, hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja tidak linier dan searah lagi, seperti yang dikemukakan aliran SCP. Menurut pandangan aliran ini, upaya untuk mengendalikan aktivitas pelaku pasar yang bersifat kolusif, seperti merger dan kartel sangat diperlukan untuk mewujudkan pasar yang efisien.

  3. New Industrial Economics
    Aliran ini menekankan pembahasannya pada perilaku yang terjadi di pasar dan strategi yang digunakan dalam pasar. Aliran ini mengadopsi pendekatan teori permainan (game theory) untuk menjelaskan hubungan saling ketergantungan dalam struktur pasar monopoli dan oligopoli.

  4. UCLA-Chicago School
    Aliran ini berpandangan bahwa keberhasilan suatu perusahaan untuk beroperasi secara efisien merupakan kunci utama keberhasilan perusahaan di dalam pasar, termasuk di pasar oligopoli. Pemikiran ini bertentangan dengan paradigma SCP yang menyatakan bahwa kinerja suatu perusahaan di dalam pasar ditentukan oleh tingkat konsentrasi pasar dan kemampuan pelaku pasar untuk mengendalikan harga.

  5. Contestable Market
    Aliran ini berpendapat bahwa kompetisi menjadi kekuatan untuk mewujudkan tercapainya keseimbangan pasar ketika biaya untuk masuk ke dalam atau keluar pasar sama dengan nol. Pemikiran ini menjadi salah satu landasan pemikiran dalam debat mengenai privatisasi pada masa itu.

  6. Austrian
    Pandangan ini menganggap intervensi terhadap sistem pasar harus seminimal mungkin. Aliran ini juga mengemukakan pentingnya teknologi dan inovasi dalam mencapai keberhasilan kinerja pasar. Aliran ini beranggapan bahwa tingkat profitabilitas yang terjadi pada pasar persaingan monopolistik sudah cukup untuk mendukung terwujudnya peningkatan teknologi dan inovasi.

Pentingnya Ekonomika Industri


Pada masa sekarang ini, Ekonomi Industri menjadi cabang ilmu ekonomi yang semakin penting untuk dipelajari. Hal ini didasarkan oleh sejumlah hal berikut (Hasibuan, 1993):

  1. Praktik-praktik struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan bisnis telah dikenal sejak lama, praktik-praktik konsentrasi pasar ini cenderung mendorong terjadinya perilaku pelaku pasar yang menimbulkan berbagai kerugian bagi konsumen, misalnya dalam hal penetapan harga yang tinggi. Dengan memahami ekonomika industri, konsumen dapat memahami fenomena yang terjadi di pasar dan menentukan strategi untuk meminimalkan resiko kerugian yang akan ditanggungnya, akibat struktur dan perilaku pasar yang ada.

  2. Semakin tinggi konsentrasi industri maka persaingan antarperusahaan akan semakin rendah dan sering kali muncul berbagai hambatan bagi pesaing untuk masuk ke dalam pasar. Hal ini akan semakin mengakibatkan terjadinya inefisiensi perekonomian. Dengan memahami ekonomika industri, kita dapat mengambil strategi maupun kebijakan-kebijakan yang tepat untuk memengaruhi konsentrasi tersebut dalam rangka mendorong terwujudnya efisiensi perekonomian.

  3. Konsentrasi industri yang tinggi berakibat pada adanya konsentrasi kekayaan. Hal ini selanjutnya dapat menghambat terwujudnya pemerataan pembangunan, baik dalam hal pemerataan pendapatan maupun pemerataan kesempatan kerja (berusaha). Pemahaman tentang ekonomika industri akan memberikan landasan berpikir untuk menganalisis permasalahan dan membangun solusi untuk mengatasi permasalahan terkait pemerataan pembangunan tersebut.

  4. Kaitan struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi terkait erat dengan intervensi pemerintah. Dalam hal ini, pemahaman mengenai ekonomi industri akan memberi landasan bagi kita untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan pemerintah dalam menciptakan struktur industri yang mengoptimalkan benefit bagi perekonomian dan menganalisis kebijakan pemerintah apakah yang sekiranya tepat untuk diaplikasikan pada struktur industri yang ada.

  5. Kajian-kajian tentang struktur perilaku, kinerja, dan industri tidak terlepas dari masalah-masalah ekonomi, yaitu apa yang diproduksi, bagaimana, dan untuk siapa saja barang dan jasa diproduksi. Dalam hal ini, pemahaman ekonomika industri akan memberi landasan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam perekonomian, baik rumah tangga, produsen, pemerintah untuk mengambil keputusannya secara tepat dalam mendukung terwujudnya tujuan ekonominya, khususnya dalam konteks ini, adalah pencapaian kesejahteraan masing-masing pemangku kepentingan tersebut.

Kajian Ekonomika Industri


Ruang lingkup kajian ekonomika industri mencakup faktor-faktor yang memengaruhi struktur, perilaku, kinerja perusahaan dan industri, hubungan yang terjadi antara struktur, perilaku, dan kinerja perusahaan, serta hubungan antara industri dengan masyarakat.

Kajian dalam ekonomika industri mencakup berbagai aspek berikut:

  • Teori perusahaan (efisiensi, motif/tujuan, dan bentuk organisasi perusahaan),
  • Struktur persaingan (konsentrasi pasar dan karakteristik pasar),
  • Perilaku pasar (penentuan dan strategi harga, strategi diversifikasi, integrasi vertikal dan merger, inovasi, keputusan investasi,
  • Strategi periklanan), analisis kinerja (profitabilitas dan pertumbuhan), analisis lokasi industri, kebijakan pemerintah terkait industri dan kebijakan perusahaan, proses industrialisasi dan pembangunan, keunggulan komparatif, serta berbagai aspek lainnya (Barthwal, 2007).

Berikut ini akan dijelaskan gambaran awal beberapa dari sejumlah aspek tersebut.

1. Efisiensi

Terkait dengan efisiensi, pembahasan efisiensi dalam ekonomika industri merupakan efisiensi yang ditinjau dari sudut pandang perusahaan dan industri. Dalam hal ini, ketika suatu perusahaan berperan sebagai suatu unit produksi, maka tujuan utama perusahaan tersebut adalah memaksimumkan efisiensi produktif. Ketika suatu perusahaan merupakan suatu unit produksi, maka tujuan perusahaan adalah memaksimumkan efisiensi ekonomi (economic efficiency).

  • Efisiensi produktif mencakup efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi harga faktor produksi (factor price efficiency).

    • Efisiensi teknis diartikan sebagai tingkat kehematan dalam pendayagunaan input untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu.

    • Efisiensi harga faktor produksi dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam menentukan kombinasi input dengan mempertimbangkan harga relatif input tertentu terhadap input lainnya.

    Dalam praktik, sebuah perusahaan ingin mencapai target yang lebih jauh daripada hanya memaksimumkan tingkat efisiensi produktif, yaitu dengan pencapaian efisiensi produktif yang disertai dengan pencapaian efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi dapat diartikan sebagai pemilihan barang yang diproduksi, alokasi sumber daya untuk produksi, pemilihan alat dan mekanisme produksi, serta pendistribusian barang hasil produksi yang efisien.

  • Efisiensi ekonomi menitikberatkan pada adanya kelangkaan sumber daya yang digunakan untuk produksi dan adanya opportunity cost dalam penggunaan barang tersebut.

2. Motivasi dan bentuk organisasi

Terkait dengan motivasi dan bentuk organisasi, motivasi (tujuan perusahaan) dan bentuk organisasi perusahaan merupakan dua hal yang saling terkait. Motivasi perusahaan akan menentukan bentuk organisasi perusahaan yang akan dipilih (yang mampu mendukung pencapaian tujuan perusahaan).

Motivasi perusahaan antara lain maksimisasi profit, maksimisasi penjualan, maksimisasi nilai perusahaan, maksimisasi pertumbuhan (asset, profit, nilai) perusahaan, motivasi manajerial (maksimisasi utilitas manajemen). Di

samping ketiga tujuan maksimisasi tersebut, Cyert dan March dalam Barthwal (2010) mengemukakan sejumlah tujuan lain dari perusahaan, yaitu tujuan berbasis produksi (pemenuhan target dan stabilitas produksi), tujuan berbasis inventory (optimalitas persediaan sebagai antisipasi fluktuasi pasar), tujuan berbasis penjualan (stabilitas dan ekspansi pemasaran), dan tujuan pencapaian pangsa pasar (market share).

Bentuk organisasi umumnya dikaitkan dengan pola kepemilikan perusahaan. Jika dilihat dari pola kepemilikannya, bentuk organisasi perusahaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sektor privat, sektor publik, dan sektor campuran (kombinasi sektor privat dan publik).

  • Sektor privat mencakup perusahaan yang dimiliki individu maupun dikelola secara kolektif. Perusahaan dalam sektor ini dimiliki dan dijalankan oleh pihak swasta, serta tidak ada campur tangan dari pemerintah. Pada umumnya, perusahaan dalam sektor ini memiliki tujuan ekonomi, yaitu meningkatkan kesejahteraan entitas yang ada di dalamnya.

  • Sektor publik mencakup perusahaan dan korporasi pemerintah. Perusahaan dalam sektor ini dimiliki oleh pemerintah dengan manajemen yang ditunjuk oleh pemerintah, serta ada intervensi pemerintah dalam pengambilan keputusan. Perusahaan dalam sektor ini memiliki tujuan ekonomi maupun tujuan sosial, yang mencakup pengendalian sektor strategis (sektor pokok yang terkait dengan kebutuhan hidup pokok masyarakat, seperti energi dan transportasi) dalam perekonomian, mendorong pembangunan sosial (yang terkait dengan kesejahteraan penduduk di negaranya) daripada hanya mendorong penciptaan keuntungan semata, dan menciptakan surplus untuk membiayai pembangunan di negaranya.

Terkait dengan penentuan harga produk, secara tradisional, harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap produk. Meskipun demikian seiring dengan perkembangan teori harga, penentuan harga produk harus mempertimbangkan motivasi (tujuan) perusahaan, struktur pasar, maupun berbagai macam aspek lainnya, seperti karakteristik produk dan daya beli konsumen.

Sebagai contoh, perusahaan monopolis yang menjual barang yang sifat permintaanya inelastis berupaya untuk mencapai keuntungan maksimum. Untuk itu, perusahaan tersebut cenderung akan meningkatkan harga produknya, namun juga dengan memperhatikan daya beli masyarakat. Pada kondisi lain, di pasar oligopoli, suatu perusahaan bermaksud untuk merebut pangsa pasar perusahaan lainnya maka perusahaan tersebut cenderung akan menurunkan harga produknya.

Terdapat berbagai macam strategi penentuan harga, diantaranya adalah teori harga relatif, penentuan harga mengikuti pergerakan harga yang diterapkan pesaing atau follow the leader pricing, dalam hal ini harga ditentukan oleh pemimpin pasar. Di samping itu, ada juga berbagai strategi penentuan harga, seperti penerapan harga tinggi pada masa awal produk diluncurkan, kemudian berangsur menurun (price skimming), penerapan harga rendah untuk tujuan penetrasi pasar (penetration price), penetapan harga tinggi untuk membentuk image positif dari konsumen (prestige pricing), diskon, diferensiasi harga, dan sebagainya.

3. Strategi bisnis

Terkait dengan strategi bisnis, strategi adalah cara atau sarana untuk mencapai tujuan perusahaan. Secara umum, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus.

  • Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga.

  • Diferensiasi adalah strategi yang bertujuan untuk membuat barang dan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu responsif terhadap perubahan harga

  • Fokus dapat diartikan menyediakan barang dan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.

Secara khusus, di samping strategi penetapan harga, strategi bisnis bisa berupa strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif. Strategi integrasi mencakup integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal. Ketika ketiga jenis strategi tersebut dilakukan, hal ini disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Strategi intensif mencakup penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi diversifikasi mencakup diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Strategi defensif mencakup strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi.

Terkait dengan analisis lokasi industri, pemilihan lokasi perusahaan/industri pada dasarnya menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk kegiatan industri dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan dari lokasi tersebut. Lokasi perusahaan/industri adalah tempat perusahaan/industri melakukan aktivitasnya. Lokasi perusahaan/industri yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang mampu memberikan total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Pemilihan lokasi perusahaan/industri juga harus meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan dan industri bagi kehidupan sosial maupun lingkungan.

Terkait dengan kebijakan pemerintah mengenai industri, pada dasarnya ada dua jenis kebijakan industri, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk menjaga dan mendorong terciptanya kompetisi untuk menjamin agar mekanisme pasar dapat bekerja dengan baik (kebijakan kompetisi) dan kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi kegagalan pasar, misalnya dengan melakukan promosi dan memberikan proteksi bagi industri yang belum mampu bersaing di pasar.

Kebijakan kompetitif mencakup kebijakan pembangunan infrastruktur, kebijakan antimonopoli, kebijakan terkait pengembangan teknologi. Kebijakan untuk mengatasi kegagalan pasar mencakup kebijakan perdagangan yang protektif (penerapan tarif impor yang tinggi), subsidi faktor produksi, dukungan modal, dan teknologi baru.

Dalam penerapan kebijakan industri, pemerintah harus memperhatikan kondisi awal elemen-elemen industri sebelum penerapan kebijakan industri. Ketika mekanisme pasar sudah pasti mampu berjalan dengan sempurna maka kebijakan industri kompetitif akan mendukung terwujudnya kinerja pasar yang baik. Akan tetapi, ketika mekanisme pasar belum bisa berjalan dengan sempurna (masih ada sejumlah kegagalan pasar), kebijakan industri harus lebih diarahkan dahulu pada upaya untuk mengatasi kegagalan pasar (Ishihara, 2005).

Terkait dengan industrialisasi dalam pembangunan, industrialisasi dalam analisis ekonomika industri merupakan bahasan yang sangat penting karena proses industrialisasi memberikan dampak yang begitu besar bagi perekonomian. Dampak tersebut berupa perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sekunder dan tersier, yang selanjutnya memengaruhi pola kehidupan ekonomi masyarakat, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing perekonomian melalui penciptaan keunggulan komparatif, maupun berbagai aspek pembangunan lainnya.

Ekonomika industri adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang membahas masalah-masalah ekonomi yang terkait dengan perusahaan dan industri, serta keterkaitan antara perusahaan, industri, dan masyarakat. Ada dua elemen utama ekonomika industri, yaitu elemen deskriptif dan elemen analitis. Elemen deskriptif memberikan informasi terkait fakta dalam dunia industri, seperti survei terkait sumber daya alam, iklim industri, kondisi infrastruktur, pasokan faktor produksi, dan kebijakan industri. Elemen analitis terkait dengan sisi normatif dari industri berupa kajian mengenai penentuan strategi/kebijakan dan proses pengambilan keputusan dalam bisnis, seperti analisis pasar, penentuan harga, pemilihan teknik produksi, penentuan lokasi produksi. Berbeda dengan sejumlah ilmu ekonomi lain yang memegang asumsi tertentu dalam analisisnya, ekonomika industri mencoba untuk melihat kondisi riil di pasar, termasuk aspek-aspek di dalamnya, selanjutnya mencari solusi dan strategi untuk mencapai keberhasilan di dalam pasar.

Ekonomika industri penting untuk dipelajari karena ekonomika industri memberi landasan bagi kita untuk memahami struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Pemahaman tersebut akan membantu setiap pemangku kepentingan (stakeholders) perekonomian untuk mengambil keputusan yang tepat dalam aktivitasnya, dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, untuk mencapai kesejahteraan masing-masing pemangku kepentingan tersebut. Dalam ekonomika industri, terdapat sejumlah aliran pandangan atau perspektif yang melandasi kemunculan berbagai pemikiran yang searah dengan perkembangan ekonomika industri, yaitu:

  1. aliran Structure- Conduct-Performance (SCP) yang mengemukakan adanya keterkaitan secara linier antara struktur pasar, perilaku pelaku pasar, dan kinerja;

  2. aliran Behaviorist yang menyatakan bahwa perilaku pasar merupakan faktor yang terpenting dalam menentukan struktur maupun kinerja pasar;

  3. aliran New Industrial Economics yang menekankan perilaku yang terjadi di pasar dan strategi yang digunakan dalam pasar, serta mengadopsi

KERANGKA ANALISIS UTAMA EKONOMIKA INDUSTRI

Awal perkembangan ekonomika industri didominasi oleh paradigma struktur-perilaku-kinerja ( structure-conduct-performance atau SCP paradigm ). Pembangunan paradigma SCP dimotori oleh E. S. Mason pada tahun 1930 hingga 1940-an, lalu dilanjutkan oleh muridnya, Joe S. Bain pada tahun 1950 hingga 1960-an (Clarke, 2003). Paradigma ini cenderung lebih terkonsentrasi pada analisis empiris daripada teoritis, meskipun sejumlah aspek dalam pemikiran SCP berbasis pada teori ekonomi mikro klasik. Dalam analisisnya, paradigma ini mengemukakan hubungan keterkaitan antara struktur pasar ( structure ) dan kinerja pasar ( performance ). Secara spesifik, struktur pasar memengaruhi perilaku ( conduct ) perusahaan-perusahaan yang ada di pasar, dan selanjutnya memengaruhi kinerja ( performance ) perusahaan-perusahaan yang ada di pasar tersebut (Lipczynski, 2009).

Menurut Clark (2003), struktur pasar merupakan suatu pola ketika elemen-elemen pasar saling berinteraksi, baik antara penjual, antara pembeli, antara penjual dan pembeli, maupun antara penjual yang sudah ada dengan calon pesaing yang akan masuk ke pasar. Struktur pasar terkait dengan seberapa tinggi derajat konsentrasi pasar (distribusi jumlah dan skala usaha perusahaan/penjual untuk komoditas tertentu di pasar), derajat konsentrasi penjual (jumlah dan skala usaha pembeli komoditas tertentu di pasar), derajat diferensiasi produk (seberapa tinggi tingkat variasi produk tertentu di pasar), dan hambatan untuk terjadinya kompetisi (seberapa tinggi tingkat kesulitan yang ditemui oleh perusahaan baru untuk masuk ke pasar). Struktur pasar, bersama-sama dengan tujuan perusahaan, cenderung memengaruhi perilaku pelaku pasar dalam menjalankan bisnisnya. Perilaku pasar merupakan pola perilaku yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang ada di pasar dalam menyesuaikan diri dengan pasar, untuk mencapai tujuan masing-masing perusahaan. Perilaku pasar mencakup penentuan harga, jenis, dan kuantitas produk yang akan dijual, standar proses dan kualitas produk, strategi periklanan, penelitian dan pengembangan, serta berbagai bentuk praktik persaingan maupun kerja sama yang ada di pasar. Berdasarkan pendekatan SCP, perilaku pasar diasumsikan memengaruhi kinerja pasar. Kinerja pasar tercermin dari profitabilitas, efisiensi, dan pertumbuhan pasar, maupun sejumlah variabel lain berdasarkan tujuan masing-masing perusahaan. Penjelasan di atas merupakan kerangka pikir dasar dari pendekatan SCP. Sejumlah studi terkini menyatakan adanya kecenderungan hubungan yang lebih kompleks dalam paradigma SCP (Clarke, 2003).

Contohnya, kinerja pasar dapat mendorong terwujudnya struktur pasar tertentu. Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang baku antara elemen dalam pendekatan SCP tersebut.

Gambar 2.1 menunjukkan hubungan keterkaitan antarelemen dalam pendekatan SCP. Berdasarkan logika SCP yang dikemukakan oleh Mason dan Bain, hubungan keterkaitan antarelemen SCP mengalir dari struktur menuju kinerja. Meskipun demikian, digambarkan sejumlah kemungkinan lain, seperti: dari kinerja menuju ke perilaku, dari perilaku menuju ke struktur, dan dari kinerja menuju ke struktur. Aliran yang tidak sesuai dengan paradigma awal SCP digambarkan dengan garis putus-putus.

Berikut ini, secara singkat akan dibahas sejumlah variabel utama yang terdapat dalam setiap elemen SCP, seperti yang telah digambarkan pada Gambar 2.1 (Lipczynski, et al., 2009).

Struktur

Struktur pasar cenderung berubah secara lambat, bahkan dapat dikatakan

tetap dalam jangka pendek. Variabel-variabel utama yang terdapat dalam elemen ini adalah:

Distribusi jumlah dan skala pembeli dan penjual

Variabel ini merupakan penentu utama dari kekuatan pasar yang dimiliki oleh pelaku-pelaku utama yang ada di pasar dan kemampuan pelaku-pelaku utama tersebut untuk mengendalikan harga pasar berdasarkan harga yang mereka terapkan. Sebagai contoh, untuk kasus pasar barang konsumsi yang terdapat banyak sekali penjual dengan skala kecil sementara penjual dengan jumlah penjual relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah pembeli, maka hal yang akan menjadi perhatian utama adalah konsentrasi penjual. Sementara itu, pada kasus pasar barang modal dengan jumlah pembeli sedikit, maka hal yang perlu menjadi perhatian dalam analisis SCP bukan hanya konsentrasi penjual, namun juga konsentrasi pembeli.

Hambatan pasar

Hambatan pasar dapat diartikan sebagai kondisi ketika perusahaan potensial yang akan masuk ke pasar mengalami kesulitan karena tidak memiliki keunggulan kompetitif sebagaimana yang dimiliki oleh perusahaan yang sudah ada di pasar maupun karena sejumlah sebab, seperti karakteristik teknologi yang digunakan dalam proses produksi, struktur biaya, kebijakan perusahaan yang dirancang untuk mempersulit perusahaan lain untuk masuk ke pasar, dan kebijakan pemerintah.

Diferensiasi produk

Diferensiasi produk mengacu pada karakteristik produk. Seberapa mirip produk masing-masing perusahaan dengan produk perusahaan pesaingnya? Seberapa tinggi tingkat keunikan suatu produk? Dalam hal ini, adanya perubahan terhadap karakteristik produk yang dilakukan oleh suatu perusahaan mungkin akan dapat memengaruhi share dari permintaan pasar yang diperoleh oleh masing-masing perusahaan dalam pasar.

Integrasi vertikal dan diversifikasi

Integrasi vertikal dapat diartikan sebagai tingkatan sejauh mana suatu perusahaan terlibat dalam berbagai macam tahapan dalam proses produksi suatu produk. Sementara itu, diversifikasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika suatu perusahaan menyediakan berbagai variasi barang dan jasa untuk pasar yang berbeda. Derajat sejauh mana perusahaan-perusahaan yang ada di dalam pasar terintegrasi secara vertikal atau berdiversifikasi, cenderung akan memengaruhi perilaku dan kinerja pasar. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan yang terintegrasi secara vertikal cenderung lebih mudah untuk mendapatkan pasokan input dan outlet untuk menjual produknya. Sementara itu, perusahaan-perusahaan dengan derajat diversifikasi yang tinggi akan memperoleh benefit berupa cakupan ekonomis ( economies of scope ) dan risiko yang lebih rendah daripada perusahaan dengan derajat diversifikasi rendah (karena kerugian di pasar salah satu produk dapat dikompensasi dengan keuntungan di pasar produk lainnya). Perlu diketahui, dalam jangka panjang, integrasi vertikal dan diversifikasi dapat berubah menjadi elemen perilaku seiring dengan kemampuan perusahaan dalam pasar untuk melakukan integrasi vertikal dan diversifikasi, serta keputusan perusahaan untuk menjadikan integrasi vertikal dan diversifikasi sebagai strategi perusahaan.

Perilaku

Tujuan bisnis

Tujuan bisnis dari suatu perusahaan sering kali ditentukan oleh karakteristik struktural dari suatu industri, khususnya distribusi skala perusahaan. Meskipun demikian, dalam analisis teori yang umumnya menjadi acuan terkait penentuan tujuan perusahaan adalah teori neoklasik. Teori neoklasik hanya mengasumsikan maksimisasi keuntungan ( profit ) sebagai tujuan bisnis perusahaan. Sementara itu, sejumlah teori lain, seperti teori manajerial menyatakan sejumlah tujuan lain dari bisnis perusahaan yang tidak berorientasi pada maksimisasi profit, namun lebih berorientasi pada maksimisasi penjualan atau maksimisasi utilitas manajer.

Kebijakan harga

Kemampuan suatu perusahaan untuk menentukan harga produknya sangat ditentukan oleh karakteristik struktur industri yang melingkupi perusahaan tersebut. Kebijakan harga yang dapat diterapkan oleh perusahaan, antara lain cost plus pricing , marginal cost pricing , entry-deterring pricing , predatory pricing, price leadership dan price discrimination . Bagi pelaku pasar dalam struktur pasar oligopoli atau yang biasa disebut oligopolis, persaingan harga secara terbuka sering kali dihindari karena dapat memicu perang harga yang merugikan para oligopolis dalam pasar.

Desain produk, periklanan, dan pemasaran

Karakteristik dari suatu produk perusahaan memengaruhi kompetisi nonharga yang terjadi pada proses desain, periklanan, dan pemasaran produk antarperusahaan. Oleh karena itu, proses diferensiasi produk menjadi penting. Diferensiasi produk tidak hanya merupakan elemen struktur yang bersifat given , namun bisa juga merupakan elemen perilaku, khususnya dilihat dari perannya sebagai strategi perusahaan.

Penelitian dan pengembangan

Seperti strategi periklanan dan pemasaran, strategi penelitian dan pengembangan juga menjadi motor persaingan nonharga antara perusahaan yang ada di pasar. Cakupan, efektivitas, dan derajat penyebaran (sejauh mana ide atau penemuan baru diadopsi oleh perusahaan selain penemunya), serta penelitian dan pengembangan merupakan penentu utama dari kemajuan teknologi.

Kolusi

Kolusi merupakan suatu strategi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang menghindari kompetisi, baik harga maupun nonharga. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan yang ada di pasar saling bekerja sama untuk mencapai kesepakatan bersama terkait harga, level output yang diproduksi, aktivitas periklanan, atau penentuan anggaran untuk penelitian dan pengembangan.

Merger

Merger dapat dibagi menjadi dua, yaitu merger horizontal dan merger vertikal. Merger horizontal terjadi antara perusahaan yang memproduksi barang yang serupa, sementara merger vertikal terjadi antara perusahaan yang aktivitas produksinya saling terkait. Merger horizontal berpengaruh secara langsung terhadap konsentrasi produsen (penjual) dalam pasar. Sementara itu, merger vertikal berpengaruh langsung terhadap derajat integrasi vertikal.

Kinerja

Profitabilitas

Teori neoklasik yang digunakan dalam pendekatan SCP mengasumsikan bahwa profit yang tinggi (di atas normal) hanya dapat terjadi pada perusahaan yang memiliki dan memanfaatkan kekuatan pasarnya untuk mengendalikan harga dan kuantitas produk yang diproduksi atau dijualnya. Di sisi lain, aliran pemikiran ekonomi lain yang biasa disebut Chicago School menyatakan bahwa profit di atas normal terjadi karena keunggulan biaya atau superioritas efisiensi sejumlah perusahaan yang kemudian meningkatkan derajat monopoli yang dicapainya. Sementara itu, berdasarkan pemikiran aliran Schumpeterian atau Austrian , profit di atas normal dianggap sebagai bentuk dari keberhasilan proses inovasi pada masa sebelumnya. Sebagai tambahan, tingkat profitabilitas memengaruhi keputusan perusahaan untuk tetap berada di dalam pasar atau keluar dari pasar. Tingkat profitabilitas juga memiliki implikasi langsung terhadap struktur pasar, khususnya distribusi jumlah dan skala produsen (penjual).

Pertumbuhan

Profitabilitas merupakan ukuran yang tepat bagi tingkat keberhasilan kinerja perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan profit. Meskipun demikian, indikator profitabilitas kurang relevan untuk menganalisis kinerja perusahaan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit. Terkait dengan hal ini, indikator pertumbuhan, seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, atau pertumbuhan lapangan kerja mungkin dapat menjadi salah satu alternatifnya. Indikator pertumbuhan juga memiliki kelebihan, yaitu perusahaan dengan skala usaha yang tidak sebanding pada awal periode dapat diperbandingkan.

Kualitas produk

Kualitas produk dapat menjadi indikator yang penting ketika kepuasan konsumen menjadi tujuan utama perusahaan. Indikator ini biasa digunakan dalam analisis yang digunakan oleh lembaga pemerintahan maupun organisasi konsumen.

Perkembangan teknologi

Tingkat perkembangan teknologi sering kali dianggap sebagai indikator kinerja industri yang penting. Dalam jangka panjang, kemajuan teknologi mampu menciptakan dampak yang sangat besar bagi pasar, terutama melalui pengaruhnya terhadap sisi permintaan (selera dan preferensi konsumen cenderung berubah seiring dengan keluarnya produk baru ke pasar) dan sisi penawaran (teknologi dan struktur biaya cenderung berubah ketika terdapat mekanisme produksi baru dan lebih efisien yang berhasil dibangun).

Efisiensi

Efisiensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu efisiensi produktif dan efisiensi alokatif. Efisiensi produktif terkait jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input tertentu, termasuk terkait pemilihan kombinasi input untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu. Sementara itu, efisiensi alokatif terkait dengan kemampuan pasar dalam memaksimalkan kesejahteraan para pemangku kepentingan dalam pasar tersebut.

Meskipun paradigma SCP memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomika industri, terdapat sejumlah kritik yang diajukan pada paradigma SCP. Berikut ini adalah sejumlah kritik tersebut (Lipczynski, et al., 2009):

  1. Paradigma SCP masih banyak memanfaatkan teori-teori ekonomi mikro dan teori perusahaan neoklasik dalam analisisnya. Bagaimanapun juga, teori-teori tersebut sering kali tidak mampu menganalisis secara tepat hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja.

  2. Sering kali terdapat kesulitan dalam mengklasifikasikan apakah variabel tertentu tergolong dalam struktur, perilaku, atau kinerja. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, diferensiasi produk bisa dikategorikan dalam elemen struktur maupun perilaku.

  3. Pencapaian kinerja dari tiap-tiap perusahaan tidak dapat disamakan. Hal ini karena kinerja sebenarnya merupakan kesuksesan dalam mencapai tujuan. Karena tujuan dari masing-masing perusahaan berbeda, maka pengukuran kinerja dalam analisis SCP tidak bisa hanya mengandalkan indikator kinerja yang sama untuk semua perusahaan yang dijadikan objek analisis.

  4. Dalam analisis empiris dengan pendekatan SCP, pada umumnya hanya digunakan indikator-indikator yang mudah diakses saja (misalnya, konsentrasi pasar untuk menggambarkan struktur pasar). Sementara itu,
    variabel-variabel lain yang membentuk elemen-elemen SCP jarang sekali digunakan, misalnya derajat integrasi vertikal, kolusi, tingkat kemajuan teknologi, dan efisiensi produktif. Hal ini dapat berbahaya karena sering kali satu atau beberapa indikator saja belum mampu menggambarkan elemen dari SCP (misalnya, konsentrasi industri saja dalam menggambarkan struktur pasar).

  5. Analisis SCP lebih memperhatikan hubungan antarelemen dalam SCP secara statis bukan secara dinamis. Seharusnya, analisis dengan pendekatan SCP juga perlu memperhatikan pertanyaan, seperti “Bagaimana pengaruh kinerja saat ini terhadap struktur industri di masa mendatang?”.

  6. Seperti telah disinggung sebelumnya, paradigma SCP mendasarkan hubungan antara struktur pasar dan profitabilitas berdasarkan pandangan neoklasik ( collusion hypothesis ), dalam hal ini profitabilitas yang tinggi terjadi karena adanya kolusi dalam pasar. Padahal, profitabilitas yang tinggi dapat dicapai juga melalui tingkat efisiensi atau kemampuan perusahaan mencapai economies of scale, seperti yang dinyatakan oleh aliran Chicago School dalam efficiency hypothesis .