Apa yang dimaksud dengan Dzul Jalaali Wal Ikraam atau Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan ?

Dzul Jalaali Wal Ikram

Nilai yang terkandung di dalam Dzul Jalaali Wal Ikram:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Dzul Jalaali Wal Ikram” sebanyak 90x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah akan diberi perlindungan yang luar biasa dari berbagai macam marabahaya.

Apa yang dimaksud dengan Dzul Jalaali Wal Ikraam atau Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan ?

Nama Dzul-Jalâli wal-Ikrâm terdiri dari empat kata, yaitu Dzu yang berarti pemilik, al-Jalâl yang berarti keagungan, wa yang berarti dan, al-Ikrâm yang berarti kemurahan. Nama ini diulang dalam Al-Qur`an sebanyak 2 kali, yaitu dalam surat ar-Rahmân: 27, 78.

Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Ayat 27

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. Ayat 78

llah-lah Tuhan pemilik Keagungan dan Kemuliaan. Tak ada kesempurnaan yang bukan milik-Nya. Tak ada rahmat atau kemuliaan yang berasal dari selain-Nya. Allah-lah pemilik semua keagungan.

Allah Dzul-Jalâli wal-Ikrâm, artinya Allah adalah yang Maha Memiliki keagungan dan keindahan dalam Zat-Nya, sifat- sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-Nya. Dia-lah yang Mahasempurna tidak memunyai sedikit pun cacat atau kekurangan. Dia-lah satu-satunya yang berhak memiliki gelar al-Jalâl wal-Ikrâm. Karena hanya Dia yang mampu mengumpulkan dua sifat kesempurnaan dan keindahan sekaligus. Jika Allah memberikan kesempurnaan kepada selain-Nya, maka keindahan tidak dimilikinya. Ketika Allah memberikan keindahan kepada selain-Nya, maka kesempurnaan tidak dimilikinya. Dan ketika Allah memberikan kesempurnaan dan keindahan, maka kekekalan tidak dimilikinya. Hanya dia-lah yang berhak menyandang al-Jalâl karena Dia-lah yang memiliki keindahan dan kesempurnaan abadi.

Dia yang Mahamulia dan Maha Pemurah dalam pemberian- Nya. Mahaluas dan sempurna nikmat-Nya. Tidak ada satu pun orang yang mampu menghitung nikmat-nikmat-Nya. Tiada pula yang mampu menyerupai atau menandingi kemurahan-Nya. Dia- lah yang Maha Pemberi, tidak mengharap kembali. Dia Mahakaya, yang mencukupi seluruh kebutuhan makhluk-Nya. Dia pula yang memuliakan manusia dan menganugerahkan berbagai macam fasilitas dan kenikmatan, sebagai hak manusia yang tidak boleh dirampas orang lain. Maka, kewajiban manusia adalah menjaga kenikmatan tersebut dengan benar sesuai aturan-aturan-Nya. Tidak ada lagi alasan baginya untuk mengingkari nikmat-nikmat- Nya.

Allah berkalam, yang artinya,

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (al-Isrâ`: 70).

Ayat lain menegaskan, yang artinya,

”Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mahaagung nama Rabbmu Yang Memunyai kebesaran dan karunia.” (ar-Rahmân: 77-78).

Seorang hamba yang meneladani nama Dzul-Jalâli wal-Ikrâm, selalu menyadari bahwa keagungan dan kemuliaan semata-mata hanya milik Allah. Sedang apa yang ia miliki, semuanya adalah karunia Allah. Ia selalu berusaha mensyukuri nikmat-nikmat tersebut sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka, ia santuni orang-orang yang membutuhkan. Orang yang tertindas atau teraniaya ia bela. Ia selalu menghindarkan dirinya dari sifat iri dan dengki. Dalam urusan dunia, dia selalu melihat orang yang berada di bawahnya, sehingga selalu bisa bersyukur.

Ia juga menyadari bahwa semua yang dia miliki adalah pemberian Allah dan Dia berhak mencabut kapan pun Dia berkehendak. Maka, ia tidak mau membanggakan dirinya atau terjebak dalam tipuan nikmat yang diperolehnya.

Allah berkalam, yang artinya,

”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (al-Infithâr: 6-8).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009