Apa yang dimaksud dengan Drama?

Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan. Tetapi bagaimanapun, naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra.

Apa yang dimaksud dengan Drama ?

Drama merupakan genre (jenis) karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog yang dipentaskan. Kisah dan cerita dalam drama memuat konflik dan emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan teater.

Drama berasal dari bahasa Yunani, dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act atau to do”. Demikianlah dari segi etimologinya, drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama.

Menurut Moulton, drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action) ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”.

Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau cakapan diantara tokoh-tokoh yang ada.

Dalam pertunjukkan drama, yang paling penting adalah dialog atau percakapan yang terjadi di atas panggung karena dialog tersebut menentukan isi dari cerita drama yang dipertunjukkan.

Dalam menulis drama, akan diniatkan dari awal oleh penulisnya sebagai karya sastra yang sesungguhnya dimaksudkan untuk dipertunjukkan. Atau jika mengikuti rumusan Sylvian Barnet dkk., “A play is written to be seen and to be heard.

Pendapat Krell dan Friedler tentang drama adalah sebagai berikut.

Das Drama stellt eine auf bestimmtes Ziel gerichtete, aber durch Wiederstand gehemmte Handlung dar; diese wird von den Trägern der Zielstrebigkeit oder der Hemmung mit dem Mittel des lebhaften Gebärdenspiels und der wechselrede (des Dialogs) vorgeführt.
Drama melukiskan suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku cerita untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam usahanya untuk mencapai tujuan itu ia menghadapi hambatan dan rintangan; dipertunjukkan lewat gerak dan dialog.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa drama menggambarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para tokohnya sesuai dengan cerita dan dalam melakukan perbuatan-perbuatan tersebut ada tujuan yang harus dipenuhi serta ada pula hal-hal yang menghambat untuk mencapai tujuan itu.

Drama merupakan suatu pertunjukkan yang membawakan sebuah cerita, media yang digunakan untuk menyampaikan cerita tersebut melalui gerak dan dialog-dialog yang dilakukan oleh para tokohnya. Drama termasuk salah satu genre sastra imajinatif, yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya.

Tujuan utama drama adalah untuk dipertunjukkan di atas panggung, namun drama juga bisa dibaca seperti layaknya puisi, prosa, atau novel. Dalam proses membaca sebuah drama pikiran dan perasaan akan membayangkan bagaimana dialog-dialog yang dibaca diungkapkan dalam sebuah pertunjukkan. Oleh karena itu, drama termasuk jenis karya sastra imajinatif.

Pada umumnya, naskah-naskah drama dibagi ke dalam babak-babak. Babak adalah bagian dari naskah drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Suatu babak biasanya dibagi lagi ke dalam adegan. Adegan adalah peristiwa berhubung datangnya atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas.

Drama yang terdiri atas tiga atau lima babak disebut drama panjang. Kalau drama itu terdiri atas satu babak disebut drama pendek atau sering disebut drama satu babak (Sumardjo & Saini, 1986).

Naskah tertulis sebuah drama selalu dimasukkan ke dalam jenis karya sastra, dan disebut drama yang sebenarnya apabila naskah sastra tersebut telah dipentaskan. Naskah drama berisi dialog-dialog maupun monolog yang menggambarkan cerita drama. Para tokoh atau pemain drama diwajibkan menguasai isi naskah tersebut supaya dalam pertunjukkannya para penonton bisa mengerti apa yang disampaikan dalam drama tersebut.

Kabisch (1985) berpendapat bahwa drama adalah suatu bentuk pertunjukkan yang dibagi menjadi beberapa bagian, pembagian drama tersebut dinamakan babak. Selain babak, dalam drama juga terdapat alur atau jalan cerita yang harus diuraikan agar para penonton dapat mengerti apa isi dari cerita yang dipertunjukkan. Selain itu semua, diperlukan juga panggung sebagai tempat berlangsungnya pertunjukkan serta penonton yang menikmati atau mengamati cerita dari drama yang dipertunjukkan.

Szenisch-theaterliches Form; die Handlung entfaltet in Dialog und Monolog einen Konflikt und bedarf zur Realisierung des Publikums und der Bühne.
Bentuk pertunjukan berbabak; Alurnya terurai dalam dialog dan monolog dalam konflik dan memerlukan keberadaan penonton dan panggung (Kabisch, 1985).

Dalam buku Dramentexte analysieren, dinyatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang bermacam-macam jenisnya. Selain teater, sandiwara radio, sinetron, dan film-film yang ada di televisi juga merupakan jenis-jenis drama. Semuanya merupakan pertunjukkan berbabak dan terdapat dialog atau monolog di dalam pertunjukkan tersebut.

Drama tidak bisa dipisahkan dengan konflik manusia, keduanya saling berhubungan erat. Seperti mata uang yang mempunyai dua sisi, begitu juga drama dan konflik manusia. Setiap manusia, antara manusia satu dengan yang lain pasti mempunyai konflik atau masalah yang berbeda-beda. Drama merupakan ungkapan dari suatu peristiwa/konflik yang dialami oleh pengarang. Dalam buku Dramaturgi dinyatakan bahwa dasar dari drama adalah konflik kemanusiaan yang selalu menguasai perhatian dan minat umum. Perhatian terhadap konflik adalah dasar dari drama (Harymawan 1993).

Dalam penulisan cerita atau naskah sebuah drama, perasaan sangat berperan penting dalam hal ini karena kejadian-kejadian/peristiwa yang akan diungkapkan telah terlewati. Naskah drama adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam bentuk percakapan atau dialog dan biasanya bertujuan untuk dipentaskan. Naskah drama juga merupakan gambaran cerita tentang kehidupan manusia, dengan kata lain kehidupan manusia tersebut dilukiskan dalam bentuk drama/naskah. Antara drama, naskah, dan pentas sangat erat hubungannya dengan bahasa sastra.

Sama seperti karya sastra yang lain, drama juga mempunyai unsur-unsur struktural. Namun, sebagai jenis karya sastra tersendiri drama mempunyai unsur-unsur pembeda dengan karya sastra yang lain yaitu adanya dialog dan monolog.

Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih, sedangkan monolog adalah percakapan dengan diri sendiri bertujuan memberikan penjelas dan komentar atas alur cerita serta memperjelas konflik yang terjadi serta untuk membuat keputusan atau jalan keluar dalam cerita drama…

Dalam drama, adanya dialog sangatlah penting karena sebuah karya sastra tidak dapat digolongkan sebagai sastra drama apabila tidak ada dialog. Seperti halnya dialog, monolog juga sangat penting dan bisa menjadi pembeda antara karya sastra drama dengan karya sastra yang lain juga.

Sedangkan Haerkötter (1971) berpendapat bahwa drama adalah sebagai berikut.

“Dramatische Dichtung ist „handelnde“ Dichtung, Bühnendichtung, bei der zum Wort und Gebärde gehört. Sie ist Bühnendichtung mit spannungsgelandenem Dialog. Ein weiteres Element ist der Kampf, der ein Äusserer sein kann und dann zwischen den Menschen ausgetragen wird oder ein innerer, zwischen einander wiederstrebenden Neigungen im Seelenleben eines Menschen“.

Karya sastra (dramatik) adalah karya sastra yang dipentaskan, termasuk adegan dengan gerak (mimik). Karya pentas ini berpadu dengan dialog yang penuh dengan ketegangan. Unsur selanjutnya adalah pertentangan dengan pihak luar kemudian diselesaikan antara manusia lainya atau dari dalam diri manusia itu sendiri antara kecenderungan yang saling bertentangan dengan keadaan batinnya.

Pada umumnya drama mempunyai pengertian dan bentuk yang hampir sama, tidak ada perbedaan yang menyolok dan tidak terlalu tajam antara drama di Eropa maupun di Indonesia. Agar dapat lebih mudah dalam mengevaluasi maupun memahami cerita drama, harus mengetahui juga unsur-unsur drama. Dari uraian- uraian di atas telah disebutkan beberapa unsur-unsur drama, diantaranya alur dan dialog.

Menurut Hasanuddin (1996), di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita, sebagaimana terdapat di dalam fiksi. Alur di dalam drama lebih dapat ditelusuri melalui motif yang merupakan alasan untuk munculnya suatu peristiwa. Meskipun dalam menulis pengarang dapat mempergunakan kebebasan daya ciptanya yang dimilikinya, ia tetap harus memikirkan kemungkinan dapat terjadinya laku (action) di pentas.