Apa yang Dimaksud dengan Dinamika Kelompok dan Hubungan Antar-Kelompok?

Dalam ilmu Sosiologi terdapat istilah dinamika kelompok dan hubungan antar-kelompok.

Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok dan hubungan antar-kelompok?

Kelompok-kelompok sosial akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Ada kelompok yang kian menguat, ada yang ikatannya naik-turun, ada pula yang malah menuju pada kehancuran. Itu semua adalah bagian dinamika kelompok. Ketika bicara soal dinamika tersebut, kita akan mengacu pada interaksi di antara anggota-anggota kelompok. Sementara, ketika kita bicara soal dinamika di antara kelompok, kita akan bicara interaksi antara dua kelompok atau lebih yang saling berinteraksi.

Di satu sisi ada kelompok yang tetap eksis dalam waktu yang lama, tentu pernah mengalami pergolakan internal, tetapi juga ada kelompok yang eksistensinya kian terancam, terpecah belah, dan kadang eksistensinya terancam bubar. Ini adalah dinamika sosial suatu kelompok yang ada dalam sejarah umat manusia.

Dalam perjalanan sejarah masyarakat, juga muncul kelompokkelompok sosial baru, demikian juga kelompok-kelompok lama juga menghilang. Perubahan bisa terjadi karena strukturnya yang mengalami perubahan (dari dalam) atau bisa juga karena pengaruh luar.

Gejala-gejala dinamika kelompok yang mungkin terjadi akan menghasilkan situasi baru, misalnya:

  • Eksistensi kelompok akan hilang (kelompok akan hancur). Di dalam suatu kelompok, kadang juga terjadi berbagai macam kepentingan dan persaingan antara anggota-anggotanya. Inilah yang membuat kelompok sangatlah dinamis. Kompetisi kadang juga mengarah pada konfl ik (pertikaian), bisa dikurangi dan dihapuskan, tetapi kadang juga kian memuncak dan membuat keberadaan kelompok menjadi hilang. Hal itu bisa terjadi karena banyak hal. Bisa karena nilai-nilai yang menyatukan dianggap tak lagi memadai, bisa karena tokoh yang menyatukan tiada, atau karena kepentingan yang tak terdamaikan.

  • Dari suatu kelompok, bisa memunculkan kelompok baru yang cikal bakalnya dari kelompok tersebut. Dalam hal ini, kepentingan di antara anggota kelompok tak terdamaikan, ada kelompok yang menyatakan keluar, lalu membentuk kelompok baru. Misalnya, dalam sebuah partai politik, suatu faksi yang merasa kepentingannya tak terwadahi pertama-tama akan menentang kebijakan partai yang dianggap tidak aspiratif. Ketika ia tetap tak puas atas kebijakan partai, beberapa anggota dalam faksi tersebut keluar, kemudian membentuk partai politik baru. Gejala ini sangat lumrah dalam dinamika partai politik sebagai kelompok politik, terutama jika kita lihat di Indonesia.