Apa yang dimaksud dengan Diare?

image

Diare (diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.

Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

Apa yang dimaksud dengan Diare ?

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata- rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan pola konsistensi feces selain dari frekuensi buang air besar. Seorang anak dikatakan diare bila konsistensi feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar lebih dari tiga kali atau lebih, atau buang air besar lebih berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).

Penyebab


Penyebab terjadinya diare pada anak terdiri dari:

  1. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri yang paling sering menimbulkan diare adalah vibrio,
    E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, aeromonas, sedangkan infeksi virus disebabkan oleh enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan infeksi parasite disebabkan oleh cacing ascaris, trichiuris, oxyuris, strongiloide, dan protozoa disebabkan oleh etnamoeba hystolitika, giardia lambia, trichomonas hominis serta jamur yaitu candida albicans.

  2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.

  3. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.

a. Faktor Risiko

Menurut Kemenkes RI (2011), faktor risiko terjadinya diare adalah:

  1. Faktor perilaku yang meliputi:

    • Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.

    • Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.

    • Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.

    • Penyimpanan makanan yang tidak higienis.

  2. Faktor lingkungan antara lain:

    • Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
    • Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

Di samping faktor risiko tersebut di atas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak.

b. Cara Penularan

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

c. Patofisiologi

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare.

d. Klasifikasi tingkat dehidrasi

Menurut WHO (2008) tingkatan diare pada terdiri dari:

Pada dehidrasi ringan/sedang dan tanpa dehidrasi maka penatalaksanaan bisa di rumah dengan menggunakan standar atau pedoman manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

e. Diare dengan Dehidrasi Berat

Pada diare dengan dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera maka berikan antibiotik yang efektif untuk kolera.

Tatalaksana

Anak-anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti dengan rehidrasi oral.

  • Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infud disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum. Larutan intravena terbaik adalah larutan ringer laktat. Jika tidak tersedia berikan larutan garam normal (NaCL 0.9%).
  • Beri 100 ml/kgBB larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel 4.1. berikut ini.

Tabel Pemberian Cairan Intravena Untuk Anak Dengan Dehidrasi Berat.

image