Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus pada anak (DM Tipe 1)?

Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin

Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe-1) adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Insidens dan prevalensi DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam suatu negara. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada ras kaukasia dibandingkan ras-ras lainnya. Terdapat 2 puncak insidens DM tipe 1 yaitu umur 5-6 tahun dan 11 tahun. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam patogenesis DM tipe-1.

Etiologi dan Patogenesis


Keadaan ini diakibatkan oleh suatu proses autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan pada terjadinya DM tipe-1. Walaupun hampir 80 % penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit serupa, faktor genetik diakui berperan didalam patogenesis DM tipe-1.

Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistem HLA bukan merupakan faktor satu-satunya ataupun faktor dominan pada patogenesis DM tipe-1. Sistem HLA berperan sebagai suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan. Diperlukan suatu faktor pemicu yang berasal dari lingkungan (infeksi virus, toksin dll) untuk menimbulkan gejala-gejala klinis DM tipe-1 pada seseorang yang rentan.

Manifestasi Klinis


Perjalanan klinis biasanya akut

  • Terdapat poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan turun, luka sulit sembuh, kulit kering dan gatal, kebal rasa di kaki atau kesemutan, dan pandangan kabur.

  • Pada keadaan yang berat dapat terjadi muntah, nyeri perut, napas dalam dan cepat, dehidrasi bahkan dapat terjadi gangguan kesadaran sampai koma

Kriteria Diagnostik


Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

  • Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsi, polifagia, berat badan yang menurun, dan kadar glukasa darah sewaktu > 200 mg/dL (11.1 mmol/L).

  • Pada penderita yang asimptomatis ditemukan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan.

Pemeriksaan Penunjang

  • Penderita baru: gula darah, urin reduksi dan keton urin, HbA1C, C-peptide , Insulin Antibodies (IA), Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) , Islet-cell antibodies (ICAs), danIGFBP- 1 puasa.

  • Penderita lama: HbA1C setiap 3 bulan sebagai parameter kontrol metabolik.

Tata laksana


Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak bahwa DM tipe-1 tidak dapat disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan kontrol metabolik yang baik. Yang dimaksud kontrol metabolik yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan hipoglikemia.

Sasaran :

  • Bebas dari gejala penyakit

  • Dapat menikmati kehidupansosial

  • Terhindar dari komplikasi

Tujuan khusus :

  • Tumbuh kembang optimal

  • Perkembangan emosional normal

  • Kontrol metabolik yang baik tanpa menimbulkan hipoglikemia

  • Hari absensi sekolah rendah dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan sekolah

  • Pasien tidak memanipulasi penyakit

  • Pada saatnya mampu mandiri mengelola penyakitnya.

Untuk mencapai sasaran dan tujuan tersebut, komponen pengelolaan DM tipe-1 meliputi:

  • Pemberian insulin

  • Pengaturan makan

  • Olahraga

  • Edukasi

  • Pemantauan mandiri ( home monitoring ).

Pemberian insulin

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian insulin pada anak: jenis, dosis, kapan pemberian dan cara penyuntikan serta penyimpanan.

Terdapat berbagai jenis insulin berdasar asal maupun lama kerjanya. Kerja insulin dibagi menjadi: kerja cepat (rapid acting), kerja pendek (regular/soluble) , menengah, panjang dan campuran (mix) .

Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7 – 1,0 U/kg/ hari. Dosis insulin ini berkurang sedikit pada adanya fase remisi (parsial/total) yang dikenal sebagai honeymoon periode dan kemudian meningkat pada saat pubertas. Pada follow up selanjutnya dosis dapat disesuaikan dengan hasil monitoring glukosa darah hariannya.

Saat awal pengobatan insulin diberikan 3 – 4 kali injeksi (kerja pendek). Bila dosis optimal dapat diperoleh diusahakan untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan menggunakan insulin kerja menengah atau kombinasi kerja pendek dan menengah. Regimen insulin ini disebut split-mix regimen. Selain itu ada juga regimen insulin yang lain seperti basal bolus regimen dan pompa insulin. Penyuntikan setiap hari secara subkutan di paha, lengan atas, sekitar umbilikus secara bergantian.

Insulin relatif stabil pada suhu ruangan asal tidak terpapar panas yang berlebihan. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-80C bukan dalam freezer . Potensi insulin baik pada vial atau penfill yang telah dibuka, masih bertahan 3 bulan bila disimpan di lemari es , setelah melewati masa tersebut insulin harus dibuang.

Pengaturan makan

Bertujuan mencapai kontrol metabolik yang baik, tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas ataupun untuk aktivitas yang dilakukan.

  1. Jumlah kalori

    • Usia sampai 12 th: 1000 + (100 x tahun (umur)) kal atau berdasarkan BB ideal

    • Usia >12 tahun: 2000 kal/m2

  2. Pembagian kalori

    Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :

    • 20% berupa makan pagi.
    • 10% berupa makanan kecil.
    • 25% berupa makan siang.
    • 10% berupa makanan kecil.
    • 25% berupa makan malam.
    • 10% berupa makanan kecil.
  3. Komposisi diet

    • Karbohidrat 50-55%
    • Lemak 25-30%
    • Protein 15-20%

Tidak ada pengaturan makan khusus yang dianjurkan pada anak, tetapi pemberian makanan yang mengandung banyak serat seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan cereal akan membantu mencegah lonjakan-lonjakan kadar glukosa darah.

Olahraga

Olahraga akan membantu meningkatkan jati diri anak, membantu mempertahankan berat badan ideal. Olahraga juga dapat meningkatkan kapasitas kerja jantung, mengurangi terjadinya komplikasi jangka panjang, membantu kerja metabolisme tubuh sehingga dapat mengurangi kebutuhan insulin.

Yang perlu diperhatikan penderita dalam berolahraga ialah pemantuan terhadap kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia saat atau paska olahraga.

Edukasi


Penyuluhan dan tata laksana merupakan bagian integral dari terapi. DM tipe-1 merupakan suatu life long disease yang keberhasilan untuk mencapai normoglikemia sangat bergantung dari cara dan gaya hidup penderita/keluarga atau dinamika keluarga sehingga pengendalian utama metabolik yang ideal tergantung pada penderita sendiri. Kegiatan edukasi harus terus menerus dilakukan oleh semua pihak, meliputi pemahaman dan pengertian mengenai penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.

Edukasi pertama dilakukan selama perawatan di rumah sakit yang meliputi: pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1 (terutama perbedaan mendasar dengan DM tipe lainnya mengenai kebutuhan insulin), pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, efek samping, dan pertolongan pertama pada kedaruratan medik akibat DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian insulin pada sakit sakit).

Edukasi selanjutnya berlangsung selama konsultasi di poliklinik. Selain itu penderita dan keluarganya diperkenalkan dengan sumber informasi yang banyak terdapat di perpustakaan, media massa maupun internet.

Pemantauan mandiri


Oleh karena DM tipe-1 merupakan penyakit kronik dan memerlukan pengobatan seumur hidup, maka pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah serta penyakitnya dirumah untuk menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pemantauan dapat dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).

Pemeriksaan glukosa darah secara langsung lebih tepat menggambarkan kadar glukosa pada saat pemeriksaan.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara teratur pada saat awal perjalanan penyakit, pada setiap penggantian dosis insulin atau pada saat sakit.

Kelompok Usia HbA1C Gula darah sebelum makan (mg/dl) Gula darah sesudah makan (mg/dl)
Bayi < 7,5-8,5 100 – 180 < 200
Usia sekolah <8 70/80 - 150 < 200
Remaja < 7,5 100 - 140/150 < 180

Kriteria untuk menyatakan kontrol yang baik:

  • Tidak terdapat glukosuria atau hanya minimal.
  • Tidak terdapat ketonuria.
  • Tidak ada ketoasidosis.
  • Jarang terjadi hipoglikemia.
  • Glukosa PP normal.
  • HbA1C normal.
  • Sosialisasi baik.
  • Pertumbuhan dan perkembangan normal.
  • Tidak terdapat komplikasi.
Pemeriksaan Fisik Jadwal Monitoring
BB, TB, BMI Tiap 3 bln/perubahan persentil
Status maturitas sosial Tiap 3 bln/tanda pubertas progresif
Tekanan darah Tiap 3 bln/target < P 90
Mata Tiap 12 bln setelah 5 th DM
Tiroid Tiap 3 bln/gejala (+)
Perut Tiap 3 bln/organomegali (+)
Denyut perifer, kaki Tiap 3 bln/setelah usia 12 th dgn pemeriksaan denyut, sensasi, vibrasi
Kulit, sendi, sisi suntikan Tiap 3 bln/sisi injeksi, mobilitas persendian, lesi yg berhubungan dengan diabetes
Neurologis Tiap 12 bln/tanda perubahan
Pemeriksaan lab Jadwal pemeriksaan
HbA1c Tiap 3 bulan
Mikroalbuminemia Tiap 12 bln setelah pubertas atau setelah 5 th menderita DM Awal dan tiap ada gejala
Setelah stabil dan tiap beberapa tahun
Urinalisis, kreatinin Tiap 12 bulan
Profil lipid plasma Tiap 12 bulan

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  • Craig ME, Hattersley A. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2006–2007, Definition, epidemiology and classification. Pediatric Diabetes 2006;7: 343–51
  • Bangstad HJ, Danne T, Deeb LC, Jarosz-Chobot P, Urakami T, Hanas R. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2006–2007, Insulin treatment. Pediatric Diabetes 2007; 8: 88–102.
  • Konsensus nasional pengelolaan diabetes melitus tipe-1 di Indonesia. PP IDAI 2000.
  • Kaufman FR. Diabetes melitus. Ped Rev 1997; 18:383-93.
  • Kaufman FR. Type-1 diabetes melitus. Ped Rev 2003; 24:291-9.