Apa yang dimaksud dengan Dermatitis kontak alergi?

image

Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi imunologis yang cenderung melibatkan kulit sekitarnya dan dapat menyebar pada area sekitarnya.

Apa yang dimaksud dengan Dermatitis kontak alergi ?

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan dengan bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya DKA sangat tergantung dari kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi, tingkat paparan dan kemampuan masuknya bahan tersebut dalam kulit, oleh karena itu seseorang dapat terkena DKA apabila terjadi sensitisasi terlebih dahulu oleh bahan alergenik.

Dengan perkembangan industri yang sangat pesat di negara kita, maka adanya alergen kontak dalam lingkungan sulit untuk dihindari. Bahan-bahan seperti logam, karet dan plastik hampir selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula kosmetik, obat-obatan, terutama obat gosok yang populer di masyarakat, sehingga diduga insidensi DKA akibat alergen-alergen tersebut cukup tinggi. Diantara dermatosis akibat kerja, dermatitis kontak merupakan penyakit yang paling sering terjadi (sampai 90%). Sebagian besar berupa dermatitis kontak iritan (sampai 80%) diikuti DKA yang tergantung pada derajat dan bentuk industrialisasi suatu negara. DKA lebih kurang merupakan 20% dari seluruh dermatitis kontak.

Prevalensi DKA di Denmark menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dan sekitar 10-15% individu yang sehat ternyata mempunyai hasil positif terhadap satu atau lebih bahan uji tempel. Menemukan alergen kontak sebagai penyebab DKA merupakan hal yang perlu dilakukan, sehingga dalam hal ini diperlukan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Kadang-kadang dapat timbul kesulitan apabila penderita DKA sebelumnya pernah kontak dengan bermacam-macam bahan, sehingga dalam kondisi seperti ini uji temple sangat diperlukan.

DEFINISI

Dermatitis kontak merupakan bagian dari eksim atau eksema, di mana kulit bisa menjadi memerah, kering dan pecah-pecah. Dermatitis kontak bisa terjadi pada kulit di bagian tubuh mana pun, tapi umumnya dermatitis kontak menyerang kulit tangan dan wajah. Agar pengobatan bisa berjalan sukses, penderita harus mengidentifikasi dan menghindari penyebab munculnya dermatitis kontak pada kulit mereka.

ETIOLOGI

Penyebab dermatitis kontak alergik (DKA) adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia sederhana dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum korneum. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit, lama pajanan, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH.

Faktor individu juga ikut berperan, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (utuh, terluka, kering, tebal epidermis bergantung pada lokasinya) dan status imunologik (sedang sakit, atau terpajan matahari).

PATOGENESIS

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi imunologik yang dikemukakan oleh Coomb dan Gell, antara lain :

  • Tipe I (Reaksi anafilaksis, reaksi cepat)
    Mekanisme ini paling banyak ditemukan. Yang berperan ialah Ig E yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap mastosit dan basofil. Pajanan pertama dari obat tidak menimbulkan reaksi. Tetapi bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan dianggap sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam-macam mediator seperti histamin, serotonin, bradikinin, heparin dan SRSA. Mediator yang dilepaskan ini akan menimbulkan bermacam-macam efek, misalnya urtikaria dan yang lebih berat ialah angiooedema. Reaksi yang paling ditakutkan adalah timbulnya syok anafilaktik.

  • Tipe II (Reaksi Autotoksis, reaksi sitostatik)
    Adanya ikatan antara Ig G dan Ig M dengan antigen yang melekat pada sel. Aktivasi sistem komplemen ini akan memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan sitolitik atau sitotoksik oleh sel efektor.

  • Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
    Antibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk kompleks antigen antibodi. Kompleks antigen antibodi ini mengendap pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh mengakibatkan reaksi radang yang mengaktifkan kompelemen. Aktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan berbagai mediator oleh mastosit. Kompleks imun akan beredar dalam sirkulasi dan dideposit pada sel sasaran, sebagai akibatnya, akan terjadi kerusakan jaringan.

  • Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler Tipe Lambat)
    Reaksi ini melibatkan limfosit, APC (Antigen Presenting Cell), dan sel Langerhans yang mempresentasikan antigen kepada limfosit T. Limfosit T yang tersensitasi mengadakan reaksi dengan antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru timbul 12-48 jam setelah pajanan terhadap antigen yang menyebabkan pelepasan serangkaian limfokin.

Mekanisme

Mekanisme terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons imun yarng diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA. Sentisisasi terjadi dalam beberapa minggu setelah kontak dengan allergen (referensi lain mengatakan terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi belum terjadi perubahan pada kulit. Perubahan pada kulit terjadi setelah adanya kontak yang berikutnya terhadap allergen, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Sensitifitas tersebut akan bertahan selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan seumur hidup.

Fase Sensitisasi

Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori.

Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan.

Fase Elisitasi

Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung antara 24- 48 jam.

GEJALA KLINIS

1. Gejala Dermatitis Kontak
Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Pada dermatitis kontak, gejala umum pada kulit penderita adalah:

  • Ruam kemerahan.
  • Peradangan.
  • Gatal yang kadang-kadang terasa parah.
  • Kering.
  • Pembengkakan.
  • Kulit kering.
  • Bersisik.
  • Lecet melepuh.
  • Menebal.
  • Pecah-pecah.
  • Terasa sakit saat disentuh atau muncul rasa nyeri.
  • Untuk tingkat yang parah, dermatitis kontak bisa menyebabkan pecahnya luka melepuh dan terbentuknya lapisan keras kecoklatan yang menutup lubang pecahnya lepuhan kulit.

Tingkat keparahan ruam yang muncul bergantung pada beberapa hal, yaitu:

  • Durasi kulit terkena zat penyebab dermatitis kontak.
  • Kekuatan zat penyebab munculnya ruam.
  • Faktor lingkungan seperti suhu udara, aliran udara dan keringat akibat menggunakan sarung tangan.
  • Faktor keturunan yang mempengaruhi respon tubuh seseorang saat kontak dengan zat tertentu.

Gejala dermatitis kontak iritan biasanya akan muncul kurang lebih 48 jam. Sedangkan gejala dermatitis kontak alergi biasanya butuh beberapa hari untuk berkembang.

Kadang, bagian kulit yang terkena dermatitis kontak bisa terinfeksi. Tanda-tanda kulit menjadi terinfeksi antara lain:

  • Gejala-gejala yang dirasakan semakin parah.
  • Keluar cairan nanah dari kulit.
  • Rasa nyeri yang semakin meningkat.
  • Merasa tidak sehat.
  • Demam.