Apa yang dimaksud dengan Demensia ?

Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang seringkali disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana mengakibatkan perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh.

Apa yang dimaksud dengan Demensia ?

Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk daya ingat (memori), daya pikir, daya tangkap (komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa dan daya nilai. Gangguan kognitif biasanya diikuti dengan deteriorasi dalam kontrolemosi, hubungan sosial dan motivasi.

Pada umumnya terjadi pada usia lanjut, ditemukan pada penyakit Alzhaimer, penyakit serebrovaskular, dan kondisi lain yang secara primer dan sekunder mempengaruhi otak.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Keluhan utama adalah gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, dan kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil, pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.

Faktor Risiko

  • Usia > 60 tahun (usialanjut).
  • Riwayat keluarga.
  • Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakitjantung), atau diabetes mellitus.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

PemeriksaanFisik

  1. Kesadaran sensorium baik.
  2. Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, serta adanya kemunduranf ungsi kognitif eksekutif.
  3. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan neurologik atau penyakit sistemik

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi medis yang menimbulkan dan memper berat gejala. Dapat dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).


Gambar Gejala Demensia

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Kriteria Diagnosis

  1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
  2. Tidak ada gangguan kesadaran
  3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan

Klasifikasi

  1. Demensia pada penyakit Alzheimer
  2. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark)
  3. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila)
  4. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob
  5. Demensia pada penyakit Huntington
  6. Demensia pada penyakit Parkinson
  7. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
  8. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul demensia vaskular (20-30%)

Diagnosis Banding

Delirium, Depresi, Gangguan Buatan, Skizofrenia


Gambar Tipe-tipe Demensia

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Non farmakologi

    • Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-tekisilang, bermain catur.

    • Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien.

    • Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi kebutuhan akan bantuan.

    • Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat, mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau sentuhan lembut.

  2. Farmakologi

    • Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua kasus demensia. Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.

    • Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.


Gambar Pencegahan Demensia

Kriteria Rujukan

  1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan lanjutan.
  2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan dirinya atau orang lain.

Peralatan

Tidak ada Peralatan khusus

Prognosis

Prognosis umumnya ad vitam adalah dubia ad bonam, sedangkan fungsi adalah
dubia ad malam. Ad sanationam adalah ad malam.

Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi
  1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, cetakan pertama, 1993. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1993)
  2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri, 2012. (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2012)
  3. World Health Organization. MH gap Intervention Guide for Mental, Neurological and Substance Use Disorders in Non-Specialized Health Settings, 2010. (World Health Organization, 2010)

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter and Janiwarti, 2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacammacam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014). Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar penyakit biasa, melaikan suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari suatu penyakit sehingga membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul secara perlahan dan menyerang orang yang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan dalam otak menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan penurunan kamampuan. Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. Orang yang lanjut usia lupa pada usia bukan merupakan pertanda dari demensia atau penyakit Alzheimer stadium awal. Pada penuaan normal, seseorang dapat lupa pada hal detail, kemuadian akan lupa secara keseluruan peristiwa yang baru terjadi.

Gejala-Gejala Demensia

Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan terhadap peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh.

Gejala demensia selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian lebih dari keluarganya.

Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku pada demensia dapat memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota keluarga, yakni harus dengan sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota keluarga yang demensia. Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal. Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang dialami pada Demensia antara lain :

  1. Kehilangan memori Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.

  2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.

  3. Masalah dengan bahasa Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain

  4. Disorientasi waktu dan tempat Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana kebali kerumah.

  5. Tidak dapat mengambil keputusan Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.

  6. Perubahan suasana hati dan kepribadian Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada anggota keluarga.

Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.

Menurut International Classification of Diseases 10 ( ICD 10 ). Penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun.

Penurunan terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. Tingkat keparahan penurunan dinilai sebagai berikut.

  1. Mild, tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri. Fungsi utama yang terkena adalah sulit untuk mempelajari hal baru.

  2. Moderat, derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk hidup mandiri. Hanya hal – hal yang sangat penting yang masih dapat diingat. Informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia tinggal, apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab.

  3. Severe, derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap untuk menyimpan informasi baru. Hanya beberapa informasi yang dipelajari sebelumnya yang menetetap. Individu tersebut gagal untuk mengenali bahkan kerabat dekatnya.

Penurunan kemampuan kognitif lain ditandai dengan penurunan penilaian dan berpikir, seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan informasi secara umum. Tingkat keparahan penurunan, harus dinilai sebagai berikut.

  1. Mild, penurunan kemampuan kognitif menyebabkan penurunan kinerja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak pada tingkat ketergantungan individu tersebut pada orang lain. Tidak dapat melakukan tugas sehari-hari yang lebih rumit atau kegiatan rekreasi.

  2. Moderat, penurunan kemampuan kognitif membuat individu tidak dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, termasuk belanja dan penanganan kebutuhan sehari - hari. Dalam rumah, hanya tugas – tugas sederhana yang dipertahankan. Kegiatan semakin terbatas dan keadaan buruk dipertahankan.

  3. Severe, penurunan ini ditandai dengan ada atau tidak adanya pemikiran yang dapat dimengerti.

Hal – hal tersebut tadi ada minimal 6 bulan baru dapat dikatakan dementia. Tingkat keparahan keseluruhan demensia dinyatakan melalui tingkat penurunan memori atau kemampuan kognitif lainnya, dan bagian mana yang mengalami penurunan yang lebih parah (misalnya ringan pada memori dan penurunan moderat dalam kemampuan kognitif menunjukkan demensia keparahan moderat).

Pada dementia harus tidak didapatkan delirium. Selain itu, pada demensia terjadi penurunan pengendalian emosi atau motivasi, atau perubahan perilaku sosial, bermanifestasi sebagai berikut (setidaknya ada salah satu ).

  1. Emosi yang labil
  2. Lekas marah
  3. Apatis
  4. perilaku sosial yang kasar

Menurut PPDGJ – III, Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple ( multiple higher cortical function ), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap ( comprehension ), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai ( judgement ).

Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemrosotan ( deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup. Pedoman diagnostik demensia menurut PPDGJ III.

  1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang ( personal activities of daily living ) seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil
  2. Tidak ada gangguan kesadaran ( clear consiousness ).
  3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.