Apa yang dimaksud dengan Defisit Perawatan Diri?

Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Apa yang dimaksud dengan Defisit Perawatan Diri ?

Defisit Perawatan Diri

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).

Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien disebut higiene perorangan (perry & poter, 2006). Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya (Wartonah, 2006).

Defisit Perawatan Diri merupakan gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006).

Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).

Etiologi


Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:

  1. Faktor Predisposisi

    • Perkembangan
      Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

    • Biologis
      Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

    • Kemampuan realitas turun
      Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

    • Sosial
      Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

  2. Faktor presipitasi
    Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:

    • Body image
      Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

    • Praktik sosial
      Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

    • Status sosioekonomi
      Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

    • Pengetahuan
      Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.

    Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut Wartonah (2006) yaitu :

  1. Dampak fisik
    Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

  2. Dampak psikososial
    Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Tanda Dan Gejala


Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :

  1. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

  2. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak- acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

  3. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

  4. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

Manifestasi Klinik

Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut Nanda (2006) meliputi :

  1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
    Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

  2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
    Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

  3. Kurang perawatan diri makan
    Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

  4. Kurang perawatan diri toileting
    Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Mekanisme Koping


Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998).

Masalah Keperawatan


Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah :

  1. Gangguan pemeliharaan kesehatan.
  2. Defisit perawatan diri : mandi, berhias.
  3. Menarik diri.

Pohon Masalah

image
Skema 1 : pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias (Sumber : Keliat, 2006)

Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan dari skema pohon masalah defisit perawatan diri adalah sabagai berikut :

  1. Gangguan pemeliharaan kesehatan
  2. Defisit perawayan diri
  3. Menarik diri

Intervensi


Defisit perawatan diri merupakan core problem atau diagnosa utama dalam pohon masalah diatas, berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri (Keliat, 2006).





Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.

LINGKUP DEFISIT PERAWATAN DIRI

  1. Kebersihan diri
    Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.

  2. Berdandan atau berhias
    Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur kumis.

  3. Makan
    Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.

  4. Toileting
    Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan.

PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri.