Apa yang dimaksud dengan Debridemen atau Debridement?

Debridemen atau Debridement

Debridemen atau Debridement adalah pengangkatan jaringan nekrotik atau jaringan mati dari luka dan sekitarnya agar jaringan sehat tidak tertutup. Selanjutnya proses penyembuhan luka akan lebih maksimal.

Debridemen adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi dan suplai oksigen yang adekuat ke luka.

Debridement dilakukan pada luka akut maupun pada luka kronis.

Beberapa metode debridement antara lain :

1. Autolytic debridement

Autolytic Debridement (invivo enzymes self digest devitalized tissue) adalah teknik debridement yang membuat suasana lembab untuk mengaktifkan enzim di dalam luka atau yang berasal dari dalam tubuh sendiri yang akan menghancurkan jaringan nonvital. Suasana lembab diperoleh dengan hydrocolloid, transparent film dan hydrogels.

2. Enzymatic debridement

Enzymatic Debridement merupakan suatu teknik debridement menggunakan topikal ointment yang sifat lebih selektif dalam mencerna jaringan nekrotik. Cara bekerjanya secara proteolitik, fibrinolitik dan kolagenase, tergantung dari target jaringan yang akan dihancurkan. Topikal oinment yang populer saat ini adalah kolagenase (Santyl) hasil fermentasi dari Clostridium histolyticum yang mempunyai kemampuan unik mencerna kolagen dalam jaringan nekrotik.

Papain (Panafil, Accuzyme) merupakan enzim proteolitik yang merupakan penghancur protein tetapi tidak berbahaya pada jaringan sehat. Enzim terakhir ini sudah tidak digunakan lagi di Amerika berdasarkan hasil ketentuan FDA mengingat tidak ada bukti efek samping yang signifikan.

3. Mechanical debridement

Mechanical Debridement (gauze debridement), prinsip kerjanya adalah wet to dry dressing. Luka ditutup dengan kasa yang telah dibasahi normal saline, setelah kering kasa akan melekat dengan jaringan yang mati. Saat mengganti balut jaringan mati akan ikut terbuang. Tindakan ini dilakukan berulang 2 sampai 6 kali perhari. Prosedur ini membuat tidak nyaman bagi penderita saat mengganti balutan, merusak jaringan granulasi baru, merusak epitel yang masih fragile dan potensial timbul maserasi di sekitar luka. Termasuk dalam metode mechanical debridement ini adalah hydrotherapy (whirlpool debridement) dan irigasi (pulsed lavage debridement).

4. Biological debridement

Biological Debridement merupakan terapi upaya debridement secara biological menggunakan larva disebut sebagai Maggot Debridement Therapy (MDT). Larva ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim proteolitik yang berguna untuk mencerna jaringan mati atau nekrotik. Selain itu, dalam enzim yang dikeluarkan oleh larva juga mengandung antibiotik yang dapat mengurangi terjadinya infeksi. Secara rinci disebutkan bahwa prosedur ini dapat membersihkan jaringan nekrotik dan infeksi tanpa rasa nyeri, desinfeksi membunuh bakteri, stimulasi penyembuhan luka.

5. Surgical debridement

Surgical Debridement adalah tindakan menggunakan skalpel, gunting, kuret atau instrumen lain disertai irigasi untuk membuang jaringan nekrotik, dari luka. Tujuan dari surgical debridement adalah eksisi luka sampai jaringan normal, lunak, vaskularisasi baik.

Seringkali tindakan ini tidak bisa dilakukan karena :

  • Keadaan umum penderita jelek,
  • Persyaratan pembiusan (kadar hemoglobin, kadar gula darah, albumin, elektrolit, batuk pilek, dll),
  • Tidak ada yang mengurus penderita,
  • Antrian jadwal operasi
  • Adanya masalah dalam pembiayaan.

Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda asing dari dalam luka untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya. Jaringan mati bisa berupa pus, krusta, eschar (pada luka bakar), atau bekuan darah.Debridement harus dilakukan karena:

  1. Jaringan mati akan mengganggu penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi dan menimbulkan bau.

  2. Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi penyembuhan dengan menciptakan milieu luka yang optimal.

  3. Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen trombosit yang akan mengawali fase penyembuhan luka. Platelet-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor- (TGF-) dalam granula alfa trombosit mengendalikan penyembuhan luka selama fase inflamasi.

Terdapat beberapa jenis teknik debridement :

  1. Surgical debridement (sharp debridement)

  2. Mechanical debridement :

    • Wet-to-dry dressing, di mana kassa lembab ditutupkan di atas luka dan dibiarkan mengering. Jaringan nekrotik akan ikut terangkat saat kassa diangkat.

    Kekurangan metode ini adalah :

    • Sangat menyakitkan

    • Perdarahan

    • Merusak jaringan epitel regeneratif yang baru terbentuk.

    • Irigasi dengan saline bertekanan tinggi lebih menguntungkan karena tidak menyakitkan dan tidak merusak jaringan.

  3. Chemical debridement :

    • Dengan aplikasi obat-obat mengandung enzim proteolitik (misalnya collagenase) yang akan melisiskan jaringan nekrotik.

    • Dengan aplikasi balutan yang akan melunakkan jaringan nekrotik (misalnya pembalut yang mengandung hydrogel atau hydrocolloid untuk luka yang kering, dan alginate atau cellulose untuk luka basah). Jaringan nekrotik yang sudah lunak kemudian diangkat secara manual. Cara ini kurang efisien karena memerlukan waktu lebih lama.

  4. Biological debridement :
    Terapi larva, yang dipergunakan adalah larva Lucilia sericata (greenbottle fly).Larva diaplikasikan pada luka.Larva dibiarkan mencerna jaringan nekrotik dan bakteri, serta meninggalkan jaringan sehat.Meski cukup efisien, efikasi terapi ini masih menjadi kontroversi.

Kontraindikasi debridement :

  1. Penyakit stadium terminal (kecuali jika jaringan nekrotik sangat berbau).
  2. Terapi antikoagulan
  3. Pyoderma gangrenosum

DEBRIDEMENT LUKA MENGGUNAKAN SCALPEL (SHARP DEBRIDEMENT)

Jika luka tertutup oleh jaringan nekrotik berwarna kehitaman atau debris tebal, mencuci luka dan balutan saja belum adekuat untuk membersihkan luka. Diperlukan pembersihan luka secara tajam (sharp debridement) untuk mengangkat jaringan luka dan debris yang menempel erat di dasar luka.

Sharp debridement merupakan teknik debridement yang paling cepat dan paling efisien.

Prosedur :

DEBRIDEMENT LUKA MENGGUNAKAN SCALPEL

Mungkin diperlukan sedasi atau anestesi umum. Akan tetapi, biasanya pada jaringan nekrotik yang telah mati tidak ada sensasi lagi, sehingga debridement dapat dilakukan dengan anestesi lokal oleh dokter umum di tempat praktek atau bedside pasien.

image

Debridement dilakukan menggunakan forcep. Pegang tepi jaringan nekrotik dengan ujung forcep, pergunakan gunting yang tajam untuk memisahkannya dari luka di bawahnya. (gambar A dan B). Jaringan sehat ditandai dengan terjadinya perdarahan bila terluka, jadi bersihkan jaringan nekrotik sampai tampak perdarahan pada potongan yang menandakan batas jaringan sehat.

image

Luka bersih, siap untuk ditutup secara primer (gambar C).

image

Surgical debridement menggunakan kuret.

Debridement merupakan salah satu penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan ulkus kaki diabetik yang sudah mengalami neuropatik perifer dan luka sudah masuk pada jaringan subkutan.Operasi debridement merupakan teknik yang dilakukan untuk pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus yang dapat terlihat dari warna luka tersebut yaitu pucat, bahkan hitam karena jaringan sudah mati. Tindakan bedah emergensi yang sering dilakukan untuk mencegah infeksi biasanya yaitu debridement jaringan nekrotik dan amputasi yang diindikasikan untuk menghentikan atau menghambat proses infeksi. Terdapat tindakan bedah untuk insisi ulkus yang sudah terinfeksi yaitu infeksi yang tidak mengancam tungkai (grade 1 – grade 2 ), sedangkan infeksi yang mengancam tungakai (garde 3 – grade 4) (Dexa Media, 2007).

Setelah dilakukan debridement, luka harus dilakukan irigasi larutan garam fisiolofis atau larutan lain dan dilakukan dressing atau juga disebut dengan kompres dan dibalut sampai luka tertutup untuk mencegah resiko infeksi setelah pembedahan. (Dexa Media, 2007). Adapun pilihan dalam tindakan untuk debridement tersebut antara lain yaitu :

  • Debridement Mekanik 18 Debridement mekanik dilakukan menggunakan irigasi lukacairan fisiologis, ultrasoniclaser, untuk membersihkan jaringan nekrotik.

  • Debridement Enzimatik Pemberian enzim pada permukaan luka guna menghancurkan residu – residu protein yang terdapat pada luka tersebut

  • Debridement Autolitik Tindakan debridement ini secara alami apabila terkena luka. Proses ini melibatkan enzimproteolitik endogen yang secara alamiakan meliliskan jaringan nekrotik dan memacu granulasi.

  • Debridement Biologi Belatung (Lucilla serricatta) yang disterilkan sering digunakan pada tindakan debridement biologi.Karena belatung ini menghasilkan enzim yang mampu menghancurkan jaringan nekrotik padaluka ulkus tersebut.

  • Debridement Bedah
    Debridement bedah ini lebih sering dilakukan karena lebih cepat dan efisien untuk menghambat infeksi, antara lain tujuannya, mengevakuasi bakteri kontaminasi, mengangkat jaringan nekrotik, menghilangkan kalus dan menghilangkan resiko infeksi lokal.

Post Debridement

  • Definisi
    Post debridement merupakan tindakan atau tahapan setelah dilakukan pembedahan yaitu proses pemulihan pada daerah kaki.

  • Tujuan perawatan post debridement
    Tujuan dari dilakukannya perawatan post debridement yaitu :

    1. Mempercepat penyembuhan

    2. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan

    3. Mengurangi infeksi akibat pembedahan

    4. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin

    5. Mempertahankan konsep diri pasien

    6. Mempersiapkan pasien pulang

  • Manifestasi klinis
    Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien post debridement yaitu :

    1. Nyeri pada kaki akibat insisi pembedahan

    2. Perdarahan kecil akibat pembedahan

    3. Kelemahan

    4. Konstipasi

  • Komplikasi
    Komplikasi yang dapat muncul pada pasien post debridement yaitu Gangguan perfusi jaringan akibat penurunan aliran darah ke kaki.

    1. Infeksi Infeksi bedah merupakan penyulit pembedahan yang sering dijumpai pada praktek sehari – hari infeksi dapat terbatas di tempat pembedahan, luka insisi atau menyebar secara sistematik (sepsis). Infeksi dapat terjadi 20 apabila dalam perawatanluka post debrid ulkus tidak dilakukan secara multidisiplin, dan tidak teliti dalam memberikan antiseptik maupun penggunaab alat medikasi.

    2. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan Kerusakan intergritas kulit akibat dehisiensi luka.Dehisiensi luka merupakan luka yang terbuaka di bagaian tepi – tepi luka. Factor penyebab terjadinya infeksi karena penutupan luka tidak rapat atau tidak benar.

Debridement adalah sebuah tindakan pengangkatan jaringan nekrotik yang ada pada luka. Jaringan nekrotik adalah jaringan mati akibat degradasi enzim secara progresif sehingga terjadi perubahan morfologi pada jaringan tersebut, hal ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.

Jaringan nekrotik dibedakan menjadi 2 bentuk:

  • Eschar yang berwarna hitam, keras serta dehidrasi impermeabel dan lengket pada permukaan luka
  • Slough basah, kuning berupa cairan dan tidak lengket pada luka

Jaringan nekrotik ini harus disingkirkan dari luka karena dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka terhambat dan dapat juga memberikan tempat yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Maka tindakan untuk mengangkat jaringan sangat diperlukan seperti debridement.