Apa yang dimaksud dengan cuaca kerja atau iklim kerja?

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).

1 Like

Cuaca Kerja


Menurut (Suma’mur, 1988), cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktivitas adalah antara lain “air conditioning” di tempat kerja.

Kesalahan-kesalahan sering disebut dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat keluhan-keluhan dan kadang- kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Suhu distel pada 25-26°C
  • Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan pengatuan suhu dirumah.
  • Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5°C, perlu adanya suatu kamar adaptasi.
    Untuk menilai hubungan cuaca kerja dan efek-efek terhadap perorangan atau kelompok tenaga kerja, perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi faktor lingkungan, faktor manusiawi dan faktor pekerjaan.
Faktor Lingkungan Faktor Manusia Pekerjaan
Suhu Usia Kompleksnya tugas
Kelembaban Jenis kelamin Lamanya tugas
Angin Kesegaran jasmani Beban fisik
Radiasi panas Ukuran tubuh Beban mental
Sinar matahari Kesehatan
Debu Aklimatisasi
Aerosol Gizi
Gas Motivasi
Fume Pendidikan
Tekanan barometris Kemampuan fisik
Pakaian Kemampuan mental
Kemampuan emosi
Sifat-sifat kebangsaan

Nilai Ambang Batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21-20°C suhu basah.

  1. Suhu/ Temperatur

    Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja yang dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Menurut Standar Baku Mutu sesuai Kep. Men kesehatan No. 261, suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja adalah 18-26 °C (Mukono, 2005). Suhu yang terlau tinggi dapat mengakibatkan :

    • Heat cramps
      Heat cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi, sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam Natrium dalam tubuh, dan sebagai akibat minum banyak air, tapi tidak diberi garam untuk mengganti garam Natrium yang hilang. Heat cramps terasa sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit

    • Heat exhaustion
      Terjadi karena banyaknya kehilangan cairan tubuh melalui keringat yang disertai dengan kehilangan elektrolit tubuh

    • Heat stroke
      Keadaan ini terjadi akibat tidak berfungsinya thermoregulator dan pengeluaran keringat yang terganggu

    • Heat collapse
      Terjadi karena pekerja yang melakukan aktivitas di lingkungan kerja yang panas kurang bergerak dan terlalu lama berada pada kondisi yang diam

    • Heat rashes
      Terjadi pada pekerja yang bekerja di area yang panas, kelembaban yang tinggi sehingga proses pengeluaran keringat menjadi terganggu yang dapat menyebabkan kulit menjadi basah dan lembab

    • Heat fatigue
      Keadaan ini terjadi akibat pajanan panas karena tidak adanya proses aklimatisasi atau penyesuaian diri yang baik antara pekerja dengan lingkungan kerja yang panas (Suma’mur, 1988).

  2. Kelembaban Udara

    Pada lingkungan yang ada dalam ruangan, sekitar 25% dari panas tubuh diemisikan oleh transpirasi. Sebagai temperatur udara ambient dan meningkatnya aktivitas metabolisme, transpirasi yang hilang meningkat diantara 50-80% dari total emisi tubuh. Kehilangan panas karena transpirasi ditandai dengan tingginya kelembaban relatif, jadi menghasilkan panas yang tidak nyaman. Dengan kata lain udara kering pada temperatur rendah sampai dengan normal membuat kehilangan transpirasi dan mengakibatkan dehidrasi (Pudjiastuti, 1998).

    Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20% dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Standar Baku Mutu kelembaban udara menurut Kep. Men Kesehatan No. 261 adalah 40-60% (Mukono, 2005).

  3. Kecepatan udara

    Kecepatan aliran udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian udara dalam ruang. Besarnya berkisar antara 0,15-1,5 meter/detik, dapat dikatakan nyaman. Kecepatan udara kurang dari 0,1 meter/detik atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara. Sebaliknya, bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan di dalam ruangan (Arismunandar dan Saito, 2002).

  4. Suhu Radiasi

    Dalam hal pekerjaan-pekerjaan di lingkungan kerja yang panas, ACGIH telah menetapkan NAB untuk pola kerja yang diperbolehkan terhadap pemaparan panas sebagai berikut (nilai dalam Celsius) :

image

  1. Pencahayaan

    Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang melayang melewati udara. Illuminasi merupakan jumlah atau kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu permukaan. Apabila suatu gedung tingkat illuminasinya tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata, sehingga dapat menimbulkan terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan serta kelelahan pada indera mata yang terus menerus dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada mata. NAB Surat Edaran Permenaker No. SE-01/MEN/1978 tentang besarnya illuminasi yaitu 300-900 lux.

  2. Bau

    Tujuan penyelidikan bau adalah untuk mengkaji kenyamanan yang berhubungan dengan bau. Bau sering menunjukkan indikator tentang buruknya kualitas udara di dalam ruangan (Pudjiastuti, 1998). Bau yang tidak sedap biasanya timbul akibat senyawa-senyawa organik dan sulfurik. Karakteristik bau dapat diterangkan dengan menggunakan deskriptor bau yang dapat diterima.

    Konsentrasi bau umumnya dikenal sebagai olfactory threshold atau ambang bau. Intensitas bau merupakan ukuran stimulus yang dihasilkan dari ambang bau dari suatu konsentrasi odorant tertentu. Menurut hukum Weber dan Fechner, intensitas bau akan naik secara logaritmik dengan semakin tingginya konsentrasi odorant (Soedomo, 2001).

3 Likes

Pengertian Iklim Kerja


Kenyamanan dari suatu tempat kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011).

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).

Iklim kerja merupakan kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan sifat pekerjaan akan sangat mengganggu pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja (Siswantiningsih, 2010).

Menurut Suma’mur (2009) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap ( homoeotermis ) oleh suatu sistem pengatur suhu ( thermoregulatory system ). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat metaboilsme dengan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Proses panas dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan yang telah atau sedang dikonsumsi, pengaruh dari panas tubuh sendiri, misalnya pada keadaan demam.

Iklim Kerja Panas


Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca panas. Astrand (1977) dalam Wahyuni (2008), iklim kerja panas merupakan mikrometeorologi dari lingkungan kerja dalam menjaga keseimbangan panas tubuh, tubuh mengeluarkan panas secara berlebih ke lingkungan sekitar secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Tenaga kerja yang beraklimatisasi panas dapat mengeluarkan keringat 6-8 liter sehari kerja untuk membuang panas secara berlebih pada lingkungan sekitar.

Menurut Wahyuni (2008) bahwa terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim yang panas yaitu :

  • Proses produksi yang menggunakan panas, seperti : peleburan, pengeringan, pemanasan.
  • Tempat kerja yang terkena langsung matahari, seperti : pekerjaan jalan raya, bongkar muat barang pelabuhan, nelayan dan petani.
  • Tempat kerja dengan ventilasi kurang memadai.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas

Perpindahan panas secara fisik menurut (Grandjean, 1986 dalam Nurmianto, 2003) yaitu :

  1. Konduksi

    Perpindahan panas dari permukaan kulit ke benda-benda yang menempel di kulit. Konduktivitas panas adalah sangat penting didalam memilih material untuk keperluan suatu perancangan, misalnya: lantai, mebel dan bagian-bagian peralatan yang dapat dipegang handle yang berada distasiun kerja.

  2. Konveksi

    Pertukaran panas melalui konveksi tergantung sepenuhnya pada perbedaan temperature antara kulit dan udara sekeliling dan juga pada aliran gerakan udara, pada kondisi yang normal, proses ini terhitung 25-30% dari total proses perpindahan panas dalam tubuh manusia.

  3. Evaporasi keringat

    Hilangnya panas dengan proses keluarnya kringat yang terjadi karena kringat dibagian kulit tersebut menguap/evaporasi. Menguapnya kringat akan mengonsumsi energi panas laten. Jumlah panas laten untuk evapolarisasi tersebut sebanyak 0,58 Kcals per gram air yang mengalir. Pada kondisi yang normal setiap orang akan menguapkan keringat sebanyak satu liter per hari. Berarti akan kehilangan 600 Kcals atau sekitar satu perempat dari total panas yang hilang per harinya, akan tetapi jika temperatur sekeliling melebihi batas ambang kenyamanan maka kulit akan merefleksikannya berupa proses keluarnya keringat yang disertai dengan hilangnya panas.

  4. Radiasi

    Tubuh manusia yang yang panas akan meradiasikan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang relatif panjang, yang diabsorbsi oleh benda lain (obyek atau permukaan benda) dan dikonversikan lagi kedalam bentuk panas. Ini yang disebut sebagai “radiasi infra-merah” atau “panas radiant”. Hal itu tidak tergantung sama sekali pada medium material tertentu untuk mentransmisikanya.

    Dari penelitian ini faktor yang menyebabkan pertukaran panas di bagian sizing PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta adalah radiasi dikarenakan sumber panas didapat dari mesin-mesin yang ada di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Tenaga Kerja


Menurut Balai Hiperkes (2011) Pengaruh iklim kerja di tempat kerja terhadap tenaga kerja antara lain: penurunan kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi syaraf, perasa dan motorik. Menurut Bernard 1996 dalam gesang (2011) gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagi berikut:

  • Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

  • Dehidrasi (suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan).

  • Heat rash (seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah)

  • Heat cramps . Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

  • Heat syncope (keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu tinggi.

  • Heat exhaustion (keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehingan garam, dengan gejalanya: mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah)

Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja


Untuk menilai hubungan iklim kerja terhadap seseorang perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, manusia dan pekerjaan.

image

Standar Iklim Kerja


Berdasarkan keputusan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 13/MEN/X/2011, Tentang NAB faktor fisik di tempat kerja dari sekian banyak indeks tekanan panas diatas yang digunakan di Indonesia adalah Indek suhu Basah dan Bola atau wet bulb globe themperatur indeks (WBGT).

image

Pengukuran Iklim Kerja Panas


Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah, dan suhu panas radiasi. Kemudian secara manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

  1. Pekerjaan dilakukan dibawah paparan sinar matahari ( outdoor ) ISBB = (0,7Xsuhu basah) + (0,2 x suhu radiasi ) + (0,1 x suhu kering)

  2. Pekerjaan dilakukan didalam ruangan ( indoor ) ISBB= (0,7Xsuhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

Contoh peralatan sederhananya adalah thermometer bola, Sling Psychrometer (suhu basah dan suhu kering), kata thermometer. Dan satu alat lagi yang modern yaitu Questtemp Heat Stress Monitor.

Dari hasil pengukuran ISBB dapat disesuaikan dengan beban kerja yang diterima oleh pekerja, selanjutnya dilakukan pengaturan kerja- waktu istirahat yang tepat sehingga pekerja tetap dapat bekerja dengan aman dan sehat.

2 Likes

Definisi Iklim Kerja


Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Putra, 2011). Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannnya.

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktifitas kerja.Suhu udara yang dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 24 derajat C–26 derajat C dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 50C.Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk (Putra 2011).

Macam Iklim Kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah menimbulkan sesuatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim dan cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin (Putra, 2011).

  1. Iklim Kerja Panas

    Menurut Budiono dalam Putra (2011) mengatakan bahwa iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelmbaban, suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari. Tempat kerja yang terpapar suhu panas dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah kesehatan kerja dan keamanan (Jiangjun et all, 2014 ).

    Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus-menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar.Agar tetap seimbang anatara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Suma’mur, 2009).

    Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi adalah apa yang dinamakan dengan heat stress (tekanan panas). Tekanan panas adalah keseluruhan beban panas yang diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan (suhu udara, tekanan uap air, pergerakan udara, perubahan panas radiasi) dan faktor pakaian. Efek tekanan panas akan berdampak pada terjadinya (Putra, 2011) :

    • Dehidrasi
      Penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.

    • Heat Rash
      Yang paling umum adalah prickly heat yang terlihat sebagai papula merah, hal ini terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat dan retensi keringat. Gejala bias berupa lecet terus-menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.

    • Heat Fatigue
      Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas. Diketahui bahwa stroke panas dikaitkan dengan cedera beberapa jaringan dan organ sebagai akibat tidak hanya dari efek sitotoksik panas, tetapi juga dari respon inflamasi dan koagulasi.

    • Heat Cramps
      Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai di bawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas, kekejangan timbul secara mendadak.

    • Heat Exhaustion
      Dikarenakan kekurangan cairan tubuh atau elektrolit. Gejala umum dari kelelahan panas termasuk sakit kepala, lemah, pusing, mual, muntah, diare, lekas marah, dan kehilangan koordinasi. Kulit mungkin tampak pucat atau pucat, dengan takikardia atau hipotensi.

    • Heat Sincope
      Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama penajanan panas dan tanpa kenaikan suhu tubuh atau penghentian keringat.

    • Heat Stroke
      Menurut Ramdan dalam Putra (2011) kerusakan serius yang berkaitan dengan kesalahan pada pusat pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak berfungsi lagi disertai hambatan proses penguapan secara tiba-tiba.

    Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja akan secara volunter (sukarela) menurunkan tingkat pekerjaannya bila dia merasaka panas berlebihan kecuali untuk pemadaman kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologik akan mengatasi kondisi normal.

    Faktor luar seperti kadar kelembapan dan angin akan mempengaruhi tahanan pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai yahanan yang lebih rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaian, mengurangi ketebalannya dan ketahanannya juga. Sementara pada pakaian yang teranyam terbuka, angin dapat menghilangkan lapisan udara hangat yang ada di dalam.Kecuali jika dipergunakan sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya.Isolasi perorangan cenderung mengatur sendiri, orang menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan perasaan kenyamanannya.

    Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja atau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalam lingkungan yang kurang ekstrem (Putra, 2011). Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-300C dengan kelembapan sekitar 85-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas, sehngga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas (Putra, 2011).

    Sementara itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konsevasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB- PU membagi suhu nyaman untuk orang indonesia atas 3 bagian sebagai berikut:

    Tabel dibawah ini menunjjukan Suhu Nyaman menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan

    image

  2. Iklim Kerja Dingin

    Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot, dan frostbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik (Budiono, 2008). Reaksi setiap orang dengan orang lain berbeda-beda walaupun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Purwanto, 2010) :

    • Umur
      Pada orang yang berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap cuaca panas bila dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena pada orang usia lanjut kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan dengan orang muda dan kemampuan tubuh untuk orang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda.

    • Jenis Kelamin
      Pada iklim panas, kemampuan berkeringat laki-laki dan perempuan hampir sama, tetapi kemampuan beraklimatisasi wanita tidak sebaik laki-laki, wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas. Hal tersebut mungkin disebabkan kapasitas kardiovasa pada wanita lebih kecil.

    • Kebiasaan
      Seorang tenaga kerja yang terbiasa dalam suhu panas akan lebih dapat menyesuaikan diri dibandingkan tenaga kerja yang tidak terbiasa.

    • Ukuran Tubuh
      Orang yang ukuran tubuh lebih kecil mengalami tekanan panas yang relatif lebih besar tingkatannya karena adanya kapasitas kerja maksimum yang lebih kecil. Sedangkan orang gemuk lebih mudah meninggal karena tekanan panas dibandingkan orang yang kurus. Hal ini karena orang yang gemuk mempunyai rasio luas permukaan badan dengan berat badan lebih kecil di samping kurang baiknya fungsi sirkulasi.

    • Aklimatisasi
      Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan yang ditandai dengan menurunnya frekuensi denyut nadi dan suhu mulut atau suhu badan akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi dapat diperoleh dengan bekerja pada suatu lingkungan kerja yang tinggi untuk beberapa waktu yang lama.Biasanya aklimatisasi terhadap panas tercapai sesudah dua minggu bekerja di tempat itu.Sedangkan meningkatnya pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu.

    • Suhu Udara
      Suhu nikmat sekitar 24°C-26°C, bagi orang-orang Indonesia suhu panas berakibat menurunnya prestasi kerja, cara berpikir. Penurunan sangat hebat sesudah 32°C.

    • Masa Kerja
      Secara umum lamanya seseorang menjalani suatu pekerjaan akan mempengaruhi sikap dan tindakan dalam bekerja. Semakin lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka penyesuaian diri dengan lingkungan kerjanya semakin baik.

    • Lama kerja
      Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitas. Segi terpenting dari persoalan waktu kerja meliputi :

      • Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.
      • Hubungan antara waktu bekerja dan istirahat.
      • Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang, sore) dan malam.

Pengukuran Iklim Kerja


Pengukuran iklim kerja dapat dilakukan melalui 3 alat, yaitu; Heat Stress Monitor, Anemometer, dan Higrometer. Berikut ini penjelasan lebih detailnya :

  1. Heat Stress Monitor adalah suatu alat untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
  2. Anemometer adalah suatu alat untuk mengukur tingkat kecepatan angin.
  3. Higrometer adalah suatu alat untuk mengukur tingkat kelembapan udara.

Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan


Idealnya, sebuah bangunan memiliki nilai estetis, berfungsi sebagaimana tujuan bangunan tersebut dirancang, memberikan rasa ‘aman’ (dari gangguan alam dan manusia/ makhluk lain) serta memberikan ‘kenyamanan’. Berada di dalam bangunan kita berharap tidak merasa kepanasan, tidak merasa kegelapan akibatnya kurangnya cahaya, dan tidak merasakan bising yang berlebihan. Setiap bangunan diharapkan dapat memberikan kenyamanan thermal, visual, dan audio.

Kenyamanan termal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik (dirumah, sekolah ataupun dikantor/ tempat kerja). Szokolay dalam ‘Manual of Tropical Housing and Building’ menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/ radiasiny, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/ subjektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan,
tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit.
Kondisi ideal yang harus dibuat untuk menciptakan bagunan nyaman termal adalah sebagai berikut :

  1. Teritis atap/ Overhang cukup lebar
  2. Selubung bangunan (atap dan dinding) berwarna muda (memantulkan cahaya)
  3. Terjadi ventilasi silang
  4. Bidang-bidang atap dan dinding mendapat bayangan cukup baik.
  5. Penyinaran langsung dari matahari dihalangi (mengunakan solar shading devices) untuk menghalangi panas dan silau (Talaruso, 2007).
3 Likes

Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan, 2007 dalam Putra 2011).

Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannnya.

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktifitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 240 C–260 C dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 50

Macam Iklim Kerja


Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah menimbulkan sesuatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim dan cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin (Putra, 2011).

  1. Iklim Kerja Panas
    Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari (Budiono, 2008 dalam Putra, 2011). Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terusmenerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Suma’mur, 1996 dalam Putra, 2011).

  2. Iklim Kerja Dingin
    Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik (Budiono, 2008 dalam Putra, 2011).

Reaksi terhadap Iklim Kerja


Reaksi setiap orang dengan orang lain berbeda-beda walaupun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Purwanto, 2010) :

  1. Umur
    Pada orang yang berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap cauca panas bila dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena pada orang usia lanjut kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan dengan orang muda dan kemampuan tubuh untuk orang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda.

  2. Jenis Kelamin
    Pada iklim panas kemampuan berkeringat laki-laki dan perempuan hampir sama, tetapi kemampuan beraklimatisasi perempuan tidak sebaik laki-laki, perempuan lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas. Hal tersebut mungkin disebabkan kapasitas kardiovasa pada wanita lebih kecil.

  3. Kebiasaan
    Seorang tenaga kerja yang terbiasa dalam suhu panas akan lebih dapat menyesuaikan diri dibandingkan tenaga kerja yang tidak terbiasa.

  4. Ukuran Tubuh
    Orang yang ukuran tubuh lebih kecil mengalami tekanan panas yang relatif lebih besar tingkatannya karena adanya kapasitas kerja maksimum yang lebih kecil. Sedangkan orang gemuk lebih mudah meninggal karena tekanan panas dibandingkan orang yang kurus. Hal ini karena orang yang gemuk mempunyai rasio luas permukaan badan dengan berat badan lebih kecil di samping kurang baiknya fungsi sirkulasi.

  5. Aklimatisasi
    Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan yang ditandai dengan menurunnya frekuensi denyut nadi dan suhu mulut atau suhu badan akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi dapat diperoleh dengan bekerja pada suatu lingkungan kerja yang tinggi untuk beberapa waktu yang lama. Biasanya aklimatisasi terhadap panas tercapai sesudah dua minggu bekerja di tempat itu. Sedangkan meningkatnya pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu.

  6. Suhu Udara
    Suhu nikmat sekitar 24°C-26°C, bagi orang-orang Indonesia suhu panas berakibat menurunnya prestasi kerja dan cara berpikir. Penurunan sangat hebat sesudah 32°C.

  7. Masa Kerja
    Secara umum lamanya seseorang menjalani suatu pekerjaan akan mempengaruhi sikap dan tindakan dalam bekerja. Semakin lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka penyesuaian diri dengan lingkungan kerjanya semakin baik.

  8. Lama kerja
    Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitas. Segi terpenting dari persoalan waktu kerja meliputi:

  • Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.
  • Hubungan antara waktu bekerja dan istirahat.
  • Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang, sore) dan malam.