Apa yang dimaksud dengan coping stress?

coping stress

Coping stress adalah usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan sebagai respon yang dilalui individu dalam menghadapi situasi yang mengancam dengan cara mengubah lingkungan atau situasi yang stresful untuk menyelesaikan masalah (Farida, 1994).

Apa yang dimaksud dengan coping stress?

Cohen (dalam Smet, 1994) mendefinisikan coping stress sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stress.

Lazarus (dalam Nuzulia 2005) mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan pada tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang ditujukan untuk mengatur suatu keadaan yang penuh stres dengan tujuan mengurangi distres. Sementara Sarason (1999) mengartikan coping stress sebagai cara untuk menghadapi stres, yang mempengaruhi bagaimana seseorang mengidentifikasi dan mencoba untuk menyelesaikan masalah.

Lebih lanjut Stone (dalam Putrianti, 2007) mengatakan bahwa coping merupakan proses dinamik dari suatu pola perilaku atau pikiran-pikiran seseorang yang secara sadar digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan atau menegangkan sedangkan coping stress merupakan suatu proses yang dinamis individu mengubah secara konstan pikiran dan perilaku mereka dalam merespon perubahan-perubahan dalam penilaian terhadap kondisi stres dan tuntutan-tuntutan dalam situasi tersebut (Cheng dalam Hapsari, 2002). Coping stress bereaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan.

Menurut Pramadi (2003) coping stress diartikan sebagai respon yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan dan sifatnya dinamis. Coping stress merupakan upaya individu untuk mengatasi keadaan atau situasi yang menekan, menantang, atau mengancam, yang berupa pikiran atau tindakan dengan menggunakan sumber dalam dirinya maupun lingkungannya, yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan perkembangan individu (Shinta dalam Effendi, 1999).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan cara menghadapi stres dan bereaksi terhadap tekanan yang berfungsi untuk mencoba memecahkan masalah dengan mengatur keadaan penuh stres secara dimanis dengan menggunakan sumber-sumber daya mereka sebagai respon menghadapi situasi yang mengancam. Pengertian coping stress yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pengertian menurut Lazarus (dalam Nuzulia 2005) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan pada tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang ditujukan untuk mengatur suatu keadaan yang penuh stres dengan tujuan mengurangi distres.

Bentuk-bentuk dan Indikator dari Coping stress


1. Problem Focus Coping

Problem focus coping adalah usaha nyata berupa perilaku individu untuk mengatasi masalah, tekanan dan tantangan, dengan mengubah kesulitan hubungan dengan lingkungan yang memerlukan adaptasi atau dapat disebut pula perubahan eksternal (Lazarus dalam Effendi, 1999). Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut dampak-dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah dan konsekuensi yang dihadapinya. Problem focus coping merupakan respon yang berusaha memodifikasi sumber stres dengan menghadapi situasi sebenarnya (Pramadi, 2003).

Problem focus coping merupakan coping stress yang orientasi utamanya adalah mencari dan menghadapi pokok permasalahan dengan cara mempelajari strategi atau keterampilan-kererampilan baru dalam rangka mengurangi stresor yang dihadapi dan dirasakan. Lebih lanjut menurut Lazarus (dalam Hapsari, 2002) coping stress yang berpusat pada masalah, individu mengatasi stres dengan mempelajari cara- cara atau keterampilan-keterampilan baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.

Menurut Lazarus (dalam Aldwin dan Revenson 1987) indikator yang menunjukkan strategi yang berorientasi pada problem focus coping yaitu:

  • Instrumental action (tindakan secara langsung).
    Individu melakukan usaha dan merencanakan langkah-langkah yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun rencana untuk bertindak dan melaksanakannya.

  • Cautiousness (kehati-hatian).
    Individu berfikir, meninjau, dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang pernah diterapkan sebelumnya.

  • Negotiation
    Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran dan pendapat seseorang, melakukan perundingan atau kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi.

Lebih lanjut menurut Aldwin dan Revenson (1987) problem focus coping meliputi tindakan instrumental yaitu tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana-rencana yang dilakukan. Sedangkan negosiasi yaitu usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat atau menjadi penyebab masalah yang sedang dihadapinya.

2. Emotion focus coping

Emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi lingkungan, yang memerlukan adaptasi yang disebut pula perubahan internal.

Emotion focus coping berusaha untuk mengurangi, meniadakan tekanan, untuk mengurangi beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya (Lazarus dalam Effendi, 1999). Emotion focus coping lebih sesuai dilakukan oleh subjek yang memiliki usia berkisar antara 17 sampai 20 tahun karena mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa menggunakan problem focus coping (Tanumidjojo, 2004).

Menurut Pramadi (2003) Emotion focus coping merupakan respon yang mengendalikan penyebab stres yang berhubungan dengan emosi dan usaha memelihara keseimbangan yang efektif. Perilaku koping yang berpusat pada emosi yang digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Sementara Emotion focus coping menurut Hapsari (2002) merupakan pelarian dari masalah yaitu individu menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainyadia berada pada situasi yang menyenangkan.

Menurut Lazarus dkk (dalam Aldwin dan Revenson 1987) indikator yang menunjukkan strategi yang berorientasi pada Emotion focus coping yaitu:

  1. Escapism (Pelarian diri dari masalah).
    Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau mengkhayalkan seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya sekarang. Cara yang dilakukan untuk menghindari masalah dengan tidur lebih banyak, minum minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan menolak kehadiran orang lain.

  2. Minimalization (meringankan beban masalah).
    Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan mungkin.

  3. Self blame (menyalahkan diri sendiri).
    Perasaan menyesal, menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitif yang ditujukan ke dalam diri sendiri.

  4. Seeking meaning (mencari arti).
    Usaha individu untuk mencari makna atau mencari hikmah dari kegagalan yang dialami dan melihat hal- hal lain yang penting dalam kehidupan.

Carver (dalam Hapsari, 2002) membagi aspek-aspek coping stress menjadi empat pertama keaktifan diri yaitu suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stress atau memperbaiki akibatnya dengan cara bertindak langsung, religiusitas yaitu sikap individu untuk menenangkan dan menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan.

Lebih lanjut Ebata (dalam Herdiansyah, 2007) menjelaskan macam-macam strategi coping stress, yaitu strategi mendekat (approach strategy) adalah suatu usaha atau cara kognitif untuk memahami sumber penyebab kecemasan dan berusaha untuk menghadapi masalah penyebab kecemasan tersebut beserta konsekuensinya secara langsung dan strategi menghindar (avoidance strategy) adalah meminimalisasi sumber penyebab, kemudian memunculkan usaha dalam bentuk tingkah laku untuk menarik atau menghindarkan diri dari sumber penyebab tersebut.

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan seseorang untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami.

Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002), coping behavior diartikan sebagai sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) mengartikan coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.

Sedangkan (dalam Smet 1994) Lazarus dan Folkman mendefinisikan coping sebagai sesuatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun, 2004).

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.

Macam-Macam Coping


1. Coping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada dua faktor, yaitu:

  1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterima.

  2. Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

2. Coping psiko-sosial

Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut Struat dan Sundeen mengemukakan (dalan Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori coping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:

  1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction)
    Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

    • Perilaku menyerang (fight) Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya.
    • Perilaku menarik diri (withdrawl) Merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.
    • Kompromi Merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah atau negosiasi.
  2. Reaksi yang berorientasi pada Ego
    Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunkan produktifitas kerja (Rasmun, 2004).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping stres


Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi sebab kecenderungan seseorang akan coping stres yang dipilihnya telah dilakukan oleh beberapa tokoh. Diantaranya Bandura (dalam Pergament, 1997) yang mengatakan bahwa optimisme yang muncul dari efikasi diri dalam hidup seseorang memiliki hubungan dengan banyak konskuensi positif, termasuk dalam kemampuan menghadapi kondisi yang sulit sehingga menimbulkan ketenangan emosional dalam copingnya.

Menurut Pergament (1997) beberapa hal yang menjadi sumber coping. Dalam hal ini, sumber coping meliputi hal-hal yang memiliki pengaruh terhadap pemilihan seseorang atas coping stres tertentu. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut :

  1. Materi (seperti makanan, uang);
  2. Fisik (seperti vitalitas dan kesehatan);
  3. Psikologis (seperti kemampuan problem solving);
  4. Sosial (seperti kemampuan interpersonal, dukungan sistem sosial); dan
  5. Spiritual (seperti perasaan kedekatan dengan Tuhan).

Sedangkan Mu‟tadin (2002) mengatakan bahwa cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu sendiri yang meliputi :

  1. Kesehatan fisik; kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk mengesahkan tenaga yang cukup besar.

  2. Keyakinan atau pandangan positif; keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe problem-focused coping.

  3. Ketrampilan memecahkan masalah; ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

  4. Ketrampilan sosial; ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilainilai sosial yang berlaku di masyarakat.

  5. Dukungan sosial; dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

  6. Materi; dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang memiliki pengaruh terhadap pemilihan seseorang atas coping stressnya, antara lain : materi (seperti makanan, uang); fisik (seperti vitalitas dan kesehatan); psikologis (seperti kemampuan problem solving); sosial (seperti kemampuan interpersonal, dukungan sistem sosial); dan spiritual (seperti perasaan kedekatan dengan Tuhan).

Fungsi Coping Stres


Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008), coping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi respon emosional terhadap masalah. Coping ini sebagian besar terdiri dari proses-proses kognitif yang ditujukan pada pengukuran tekanan emosional dan strategi yang termasuk di dalamnya adalah :

  1. Penghindaran, peminiman atau pembuatan jarak
  2. Perhatian yang selektif
  3. Memberikan penilaian yang positif pada kejadian yang negatif

Sedangkan coping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk mengatur dan merubah masalah penyebab stres. Strategi yang termasuk di dalamnya adalah :

  1. Mengidentifikasikan masalah
  2. Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah
  3. Mempertimbangkan nilai dan keuntungan alternatif tersebut
  4. Memilih alternatif terbaik
  5. Mengambil tindakan

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan coping stress sebagai strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis. Hal ini berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan coping stress merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (distres demand).

Selain itu, Baron dan Bryne (2005) mendefinisikan coping stress sebagai respon individu untuk mengatasi masalah dengan cara mengurangi ancaman dan efek-efek negatif dari situasi yang penuh tekanan. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009) coping stress adalah cara seseorang untuk mengelola tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan seseorang, tuntutan tersebut dapat berasal dari intenal maupun lingkungan.

Menurut Sarafino (2012) coping stress adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus, berubah, dan kompleks yang memungkinkan individu menggabungkan beberapa cara untuk mengatasi masalah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh King (2016) coping stress adalah usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi yang menekan, menyelesaikan masalah dan mengatasi atau mengurangi stres.

Definisi dari beberapa ahli di atas memperlihatkan teori yang selaras terkait dengan coping stress. Hal ini disebabkan karena teori-teori tersebut memiliki akar yang sama yaitu pada teori yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984). Maka dari itu, peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman pada tahun 1984.

Kemudian, berdasarkan definisi beberapan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa coping stress adalah sebuah cara atau teknik yang dilakukan individu untuk mengurangi maupun menghilangkan sumber stres yang dirasakannya. Coping stress yang dimiliki individu dapat mencerminkan bagaimana individu tersebut mengahadapi permasalahan yang dialaminya.

Aspek-aspek Coping Stress

Lazarus dan Folkman (1984) membedakan bentuk dan fungsi coping stress dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:

  • Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)
    Problem-focused coping adalah strategi penanganan stres atau coping yang berpusat pada sumber masalah, individu berusaha untuk mengahadapi langsung masalah, mencari solusi alternatif untuk masalah, dan berusaha menyelesaikan masalah hingga stressor yang dirasakan berkurang bahkan hilang. Problem-focused coping lebih sesuai apabila digunakan dalam menghadapi masalah atau situasi yang dianggap dapat dikontrol atau dikuasai oleh individu.

  • Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)
    Emotion-focused coping adalah strategi penanganan stres atau coping yang yang lebih memfokuskan pada masalah emosi, bentuk coping ini lebih melibatkan pikiran dan tindakan yang ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang menekan akibat dari situasi stres. Emotion-focused coping digunakan ketika individu merasa tidak dapat mengubah situasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Stress

Faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress berdasarkan hasil analisis peneliti ada dua, yaitu:

1. Faktor Internal

  1. Efikasi diri (Rizky, Zulharman, dan Risma, 2012)
  2. Optimisme (Ningrum, 2011)
  3. Karakteristik kepribadian (Endler & Zeidner, 2002)
  4. Kematangan beragama (Indirawati, 2006)
  5. Kecerdasan emosi (Saptoto, 2010)

2. Faktor eksternal

  1. Attachment (Bayani dan Sarwasih, 2013)
  2. Peer group (Bayani dan Sarwasih, 2013)
  3. Dukungan sosial (Hasan dan Rufaidah, 2013)

Berdasarkan faktor-faktor yang sudah dipaparkan diatas, tinggi rendahnya coping stress dapat dipengaruhi oleh internal (efikasi diri, optimisme, karakteristik kepribadian, kematangan bergama, kecerdasan emosi) dan eksternal (attachment, peer group, dan dukungan sosial). Faktor-faktor ini akan mempengaruhi coping stress sesuai dengan individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh baik sesuai dengan cara pandang dan tindakan individu dalam menghadapi permasalahan

Lazarus mendefinisikan coping stres sebagai suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat masalah yang sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Untuk bertahan terhadap stres diperlukan kognitif dan perilaku yang dapat bertransaksi dengan lingkungan.

Menurut Keliat ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi coping stress :

  1. Kesehatan fisik Kesehatan hal yang sangat penting karena usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

  2. Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidak berdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping yang berfokus pada masalah (problem solving focused coping).

  3. Keterampilan memecahkan masalah Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

  4. Keterampilan sosial Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkahlaku dengan cara- cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

  5. Dukungan sosial Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Materi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.