Apa yang dimaksud dengan Computer Vision Syndrome?

Computer Vision Syndrome

Akibat banyaknya mengakses komputer dan gadget dapat membuat diri kita terkena Computer Vision Syndrome. Apa sih yang dimaksud Computer Vision Syndrome itu ?

Saat ini penggunaan komputer dan alat elektronik lain telah menjadi sangat umum dan telah merupakan suatu kebutuhan pokok. Diperkirakan secara global, sekitar 45 hingga 70 juta orang menghabiskan waktu berjam-jam menatap video display terminal (VDT) atau dikenal sebagai layar komputer.

Banyak penelitian, terutama di negara maju, telah menunjukkan hubungan antara penggunaan komputer dan gejala terkait gangguan pada penglihatan (Computer Vision Syndrome/CVS) pada anak-anak dan orang dewasa.

Layar komputer memproduksi radiasi termasuk emisi cahaya tampak, ultraviolet, x-ray dan frekuensi radio. Namun, emisi atau pancaran sinar ini sangat rendah dan jauh di bawah tingkat keamanan yang direkomendasikan.

Meskipun penelitian belum menemukan hubungan langsung antara penggunaan komputer dan gejala visual terkait radiasi, dan tidak ada bukti bahwa radiasi komputer berkontribusi terhadap perkembangan katarak, beberapa penelitian (Rycroft dan Calnan, 1984; Nilsen, 1982) melaporkan bahwa sebagian besar komputer membangun muatan listrik statis di sekitar permukaan layar.

Computer Vision Syndrome (CVS) telah didefinisikan sebagai kombinasi masalah mata dan visual yang dikaitkan dengan penggunaan komputer (Rosenfield, 2011).

Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan penggunaan komputer selama tiga jam setiap hari cenderung menyebabkan risiko kesehatan dan mengembangkan sindrom klinis yang disebut sebagai Computer Vision Syndrome (Bali et al., 2007; Chakrabarti, 2007; Sen dan Richardson, 2007; Rathore et al., 2010).

Faktor Risiko Untuk CVS


Screen Time

  • Prevalensi gejala > di antara individu yang menghabiskan lebih dari empat jam bekerja pada VDT (Rossignol et al., 1987).

  • Durasi menatap VDT berhubungan langsung dengan timbulnya gejala pada mata, durasi kerja yang lebih lama cenderung menghasilkan keluhan jangka panjang yang menetap, bahkan ketika pekerjaan telah selesai (Shima et al., 1993; Kanitkar et al., 2005).

  • Dalam penelitian sebelumnya (Akinbinu dan Mashalla, 2013), lebih dari 62% karyawan menggunakan komputer selama lebih dari enam jam setiap hari, dan gejala CVS dilaporkan lebih banyak di antara karyawan yang menghabiskan enam hingga delapan jam di komputer setiap hari (48,9%) dibandingkan dengan 23,7% (3-5jam/hari) dan 0,72% (1-2jam/hari) (Smita et al., 2013).

Screen to Eye DIstance

  • Jarak VDT dari mata terbukti menjadi faktor risiko penting untuk CVS, karena semakin dekat VDT dnganmata, akan semakin sulit mata harus bekerja untuk menyesuaikan kekuatan akomodasi terhadap layar supaya image yang tercipta tetap jelas.

  • Penjelasan fisiologis terhadap proses akomodasi pada jarak dekat tersebut adalah, bahwa jarak dekat akan menyebabkan akomodasi berlebih yang mengakibatkan overworking dari otot-otot siliaris sehingga menyebabkan mata lelah dan sakit kepala.

  • Selain itu, konsentrasi pada VDT cenderung mengurangi frekuensi berkedip sehingga menyebabkan mata terpapar pada udara bebas yang kering dalam jangka waktu lama tanpa perlindungan air mata yang menyebabkan gejala mata merah, dry eye, dan mata lelah.

  • Jarak VDT dan mata yang ideal antara 30 dan 70 cm sebagai ukuran untuk mengurangi gejala visual (Bhandeni et al., 2008; Chiemeke et al., 2007; Taptagaporn et al., 1995).

Monitor Height and Inclination to The Eye

  • Resiko terjadi eye strain meningkat pada posisi layar komputer sejajar pada mata (setingkat eye level), jika dibandingkan dengan posisi layar yang dibawah eye level. (Bergqvist dan Knave, 1994; Jaschinski et al., 1998).

  • Untuk mengurangi ketidaknyamanan, VDT harus setidaknya 5 hingga 6 inci di bawah garis lurus dari mata pengguna. Hal ini terbukti mengurangi tidak hanya resiko mata kering, namun juga derajat keparahan dari rasa kaku pada tengkuk dan leher (Rechichi dan Scullica, 1990).

  • Pada penelitian lain, menyebutkan bahwa posisi layar setidaknya harus ditempatkan 15 hingga 20 cm di bawah ketinggian horizontal mata dan bahwa seluruh area tampilan visual layar harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga sudut pandangan ke bawah (ke layar) lebih besar dari 60 derajat.

Glare and Reflection of Light from VDT

  • Silau dan refleksi cahaya dari VDT telah dilaporkan menyebabkan gejala CVS termasuk eye strain.

  • Untuk meminimalkan silau, disarankan untuk menggunakan penutup antiglare di atas layar dan penggunaan layar datar juga disarankan, serta mengurangi intensitas cahaya (brightness) pada layar

  • Sering istirahat saat menggunakan komputer telah terbukti meningkatkan efisiensi karena dengan istirahat cenderung me-relax-kan sistem akomodatif mata sehingga mengurangi kelelahan mata dan sakit kepala (Fenety dan Walker, 2002; Levy et al., 2005; Smita et al., 2013).

Patofisiologi CVS


Mekanisme fokus pada mata manusia tampaknya tidak dimaksudkan untuk karakter yang dihasilkan secara elektronik pada VDT, tetapi lebih merespon dengan baik pada gambar yang memiliki tepi yang jelas dengan latar belakang yang baik dan kontras yang baik antara latar belakang dan huruf.

Oleh karena itu, usaha visualisasi mata terhadap image dalam komputer sangat menuntut dan mencakup banyak usaha, termasuk saccadic eye movement yang sering (ocular motility), akomodasi (untuk fokus secara kontinyu) dan vergence (alignment demands), yang semuanya melibatkan aktivitas otot terus menerus (American Optometric Association, 1997).

Hal tersebut disebabkan karena karakter pada layar komputer terbuat dari titik-titik kecil yang disebut piksel. Setiap piksel cerah di bagian tengahnya dan semakin memudar kearah tepi. Oleh karena itu, karakter elektronik memiliki tepi buram dibandingkan dengan huruf pada halaman yang dicetak dengan tepi yang jelas.

Gejala CVS


Sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa CVS adalah sindrom yang ditandai oleh gejala seperti kelelahan mata, sensasi terbakar, penglihatan kabur, sensasi berpasir, sakit kepala dan sakit leher.

Beberapa pengguna komputer mungkin mengalami kemampuan visual yang terus berkurang seperti penglihatan yang kabur bahkan setelah bekerja (Chiemeke et al., 2007).

Gejala tersebut dapat diperburuk oleh pencahayaan yang buruk, silau, pengaturan tempat kerja yang tidak sesuai dan refraktif error yang tidak terkoreksi (Torrey, 2003; Ihemedu dan Omolase, 2010). Beberapa peneliti (Divjak dan Bischof 2009; Mvungi et al., 2009) telah menjelaskan bahwa CVS dapat dihindari dengan tindakan pencegahan yang sesuai tetapi mayoritas penderita tidak mengetahui hal ini.

Gejala pada penderita CVS adalah sebagai berikut :

  • Headache
    Sebagian besar responden (45%) menghabiskan antara 6-8 jam di depan komputer dan hanya 6% yang menggunakan komputer kurang dari satu jam. Sekitar 40% responden menyadari CVS dan 74% dari mereka mengalami setidaknya satu dari gejala CVS. Sakit kepala adalah salah satu gejala paling umum yang dilaporkan oleh 30,9% dari populasi yang diteliti (Akinbinu dan Mashalla, 2013).

  • Blurred Vision
    Rosenfield (2011) melaporkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sehubungan dengan blurred vision akibat penggunaan komputer dan printout reader. Namun, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor termasuk karakteristik populasi penelitian, ukuran sampel, alat pengumpulan data dan pengumpul data individu

  • Eye Strain
    Mata lelah atau asthenopia adalah kondisi oftalmologis yang muncul dengan gejala nonspesifik seperti kelelahan, rasa sakit di atau sekitar mata yang dapat disebabkan oleh membaca ataupun melihat layar komputer terlalu lama (Gowrisankaran et al., 2012).

    American Heritage Dictionary mendefinisikan kelelahan mata sebagai rasa sakit dan kelelahan mata, sering disertai dengan sakit kepala, akibat penggunaan mata yang berkepanjangan, cacat penglihatan yang tidak terkoreksi, atau ketidakseimbangan otot mata.

    Hubungan antara ketegangan mata dengan penggunaan komputer telah dilaporkan dan prevalensinya bervariasi. Sementara Logaraj et al. (2014) melaporkan bahwa hampir 32,3 dan 42,8% mahasiswa kedokteran dan teknik, masing-masing mengeluhkan sensasi terbakar,

  • Redness
    Mata merah telah dilaporkan sebagai gejala pada CVS, dimana prevalensi dari mata perah berkisar antara 13,9 & hingga 23,3%(Logaraj et al., 2014). Sedangkan Chiemeke et al. (2007) melaporkan prevelensi mata merah sebesar 3,9% untuk kategori parah dan 36,9% untuk kategori ringan. Beberapa faktor yang berperan dalam perbedaan prevalensi yang dilaporkan berkaitan mulai dari variasi metodologis hingga ke lingkungan di tempat kerja.

  • Double Vision
    Secara klinis, diplopia mengindikasikan adanya kelemahan pada satu atau lebih otot ekstraokuli dikarenakan beberapa penyebab termasuk lesi neurologis dari saraf kranial ke-3, ke-4 atau ke-6, kemudian disorders of neuromuscular junction, diseases of, or injury to the ocular muscles and orbital lesions.

    Diplopia dapat terjadi secara monokuler atau binokuler.

    • Diplopia binokular dapat disebabkan oleh lesi seperti tumor intrakranial, aneurisma, nerve palsy, miastenia gravis, atau trauma.

    • Diplopia monokuler adalah ketika diplopia berlanjut ketika mata yang tidak terpengaruh ditutup. Penyebab diplopia monokuler termasuk mata kering, refraktif error, keratoconus, katarak, tear film tidak stabil, serta kekeruhan media refraksi lainnya (Karmel, 2009; Kozarsky, 2013)

    Jika tanpa disertai lesi neurologis atau penyakit yang mempengaruhi otot mata, diplopia pada CVS lebih cenderung dikaitkan dengan kelelahan otot ekstraokular akibat memelototi monitor komputer untuk jangka waktu yang lama.

  • Dry Eyes
    Mata kering adalah gejala yang membentuk CVS. Mata kering pada CVS berbeda dengan sindrom mata kering yang biasa terlihat pada orang lanjut usia. Telah ditetapkan bahwa kecepatan berkedip dapat dikurangi hingga 60% pada orang yang duduk di monitor komputer untuk waktu yang lama. Akibatnya, penurunan tingkat berkedip berkontribusi pada berkurangnya produksi air mata yang sementara menyebabkan stres pada kornea, dan mengakibatkan mata kering (Anshel, 2007).

    DES karena usia lebih banyak terjadi pada wanita, namun dry eyes oleh karena excessive use dari komputer ato perngkat elektronik, tidak terdapat perbedaan prevalensi gender. Logaraj et al. (2014) menyebutkan hampir 28,6 dan 30,0% responden wanita dan pria, masing-masing melaporkan mata kering setelah menggunakan komputer.

    Studi tentang hubungan antara memakai kacamata dan terjadinya gejala CVS telah menunjukkan bahwa individu yang memakai kacamata mengalami gejala lebih signifikan daripada mereka yang tidak (Reddy et al., 2013). Siswa yang memakai lensa kontak 40,8% cenderung mengalami mata kering dibandingkan dengan 22,3% dari pemakai lensa non-kontak (Logaraj et al., 2014).

  • Watery Eyes
    Mata berair selama penggunaan komputer dapat dikaitkan dengan mata kering, di mana air mata akan refleks diproduksi. Permukaan okuli yang kering akan menstimulasi nervus 5 dan 7 untuk memproduksi air mata secara berlebih (Price dan Richard, 2009). Air mata yang dihasilkan oleh refleks tersebut berbeda dalam komposisi dari air mata normal (dasar) yang diperlukan untuk melumasi permukaan mata.

    Refleks air mata yang diproduksi sebagian besar hanya mengandung komposisi air, tanpa komposisi mucin dan oil yang dibutuhkan untuk fungsi mekanik tear film yang tepat (Haine, 1998); sehingga meskipun refleks produksi air mata terjadi, namun tidak dapat mengatasi kekeringan okular surface, sehingga mata dapat bereaksi lebih jauh dan menghasilkan lebih banyak refleks refleks produksi air mata (Nordqvist, 2014).

    Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah gangguan mata lainnya yang dapat menyebabkan mata berair, seperti blepharitis kronis, trichiasis, abrasi kornea, konjungtivitis virus / alergi, ektropion, obstruksi kanalikuli, keratopati pajanan (Price dan Richard 2009) dan yang lebih penting kelelahan mata karena refraktif error yang tidak dikoreksi (Scott & Rapi 2013)

Manajemen CVS


CVS adalah diagnosis eksklusi, oleh karena itu prosedur diagnostik yang dapat diterima harus ditetapkan dan kecenderungan untuk memberi label kumpulan gejala yang tidak jelas karena CVS harus dihilangkan (Bali et al., 2007; Chakrabarti, 2007).

Karena gejala CVS dapat terjadi pada orang yang tidak menggunakan komputer, diagnosis CVS harus dibuat bersamaan dengan gejala yang dilaporkan pasien yang menggunakan komputer (Anshel, 2006). Oleh karena itu, riwayat pasien harus diambil, termasuk usia, keluhan utama dan timbulnya gejala (Izquierdo, 2010).

Kuesioner harus diberikan untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat penggunaan komputer, kebiasaan kerja, jarak jendela, pencahayaan langit-langit dan meja, jenis dan posisi komputer (Anshel, 2007). Kacamata dan tetes mata sebelumnya harus dievaluasi. Tinjauan sistem dapat mencakup riwayat kondisi penyakit seperti xerostomia, penyakit tiroid, menopause, radang sendi, sindrom terowongan karpal, penyakit Parkinson; dan penggunaan obat sistemik (antikolinergik, antihistamin, antidepresan, dan diuretik) yang dapat memperburuk gejala mata kering (Izquierdo, 2010).

Untuk mengurangi gejala CVS, dapat dengan mengurangi silau atau glare dengan menyesuaikan cahaya di workstation, menjaga jarak yang baik dari komputer, setidaknya 20 hingga 28 inci setelah menatap selama 20 menit , memalingkan muka dan fokus pada objek yang berjarak 20 kaki untuk 20 detik (American Optometric Association, 2013).

Demikian pula, sering istirahat dan melihat benda yang jauh dari VDT setidaknya dua kali satu jam sudah cukup untuk mencegah gejala CVS (Cheu, 1998). Bagaimanapun, sebagian besar pasien yang menjalani terapi tersebut mengalami pengurangan dan hilangnya gejala secara temporer (Gangamma et al., 2010).

Berbagai penelitian telah merekomendasikan berbagai pendekatan untuk mengobati CVS. Untuk orang yang melihat gambar pada layar komputer pada jarak 20 inci, Watt (2003), Huber-Spizy dan Janeba (1997) dan Rathore et al. (2010) merekomendasikan bahwa orang-orang seperti itu akan membutuhkan kacamata khusus untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Diperlukan modifikasi dari lensa progresif yang disesuaikan dg kebutuhan pekerjaan, yaitu didesain khusus untuk melihat objek jarak menengah dan dekat (mid and near-distance viewing object).

Penggunaan kacamata dengan lensa berlapis dengan zat antireflektif membantu mengurangi silau dan glare.

Penggunaan agen farmakologis dalam mengobati CVS masih belum dapat disimpulkan. Dalam sebuah penelitian di antara para Dokter Spesialis Mata India, Bali et al. (2007) melaporkan 97,8% praktisi setuju bahwa cara utama perawatan CVS adalah air mata buatan. Tetes mata elastoviscous dilaporkan lebih efektif dalam mengurangi rasa tidak nyaman dibandingkan dengan larutan normal salin biasa (Freudenthaler et al., 2003).

Computer vision syndrome (CVS) atau sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer adalah rasa pegal pada mata yang kita rasakan bila menggunakan komputer untuk waktu yang lama. Siapa saja yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer bisa merasakan efek pemakaian komputer atau produk berteknologi digital lain dalam waktu yang lama. Gejala ini bersifat sementara, dan biasanya hilang sendiri, tetapi rasa tidak nyaman yang muncul dapat diminimalkan dengan melakukan beberapa tindakan sederhana berikut. Computer vision syndrome dapat timbul karena beberapa sebab, yaitu :
• Saat menatap layar, mata terus bergerak dari satu titik ke titik yang lain dan melakukan fokus dalam waktu yang lama. Kegiatan ini membutuhkan kerja keras dari otot mata.
• Huruf-huruf pada layar komputer umumnya tidak setajam pada media cetak, sehingga secara tidak sadar akan memaksa mata kita untuk lebih fokus dalam membacanya.
• Kerlip dan silau cahaya yang berasal dari layar menambah beban kerja pada mata.
• Frekuensi mata untuk berkedip cenderung berkurang saat menatap layar. Hal ini menyebabkan mata menjadi lebih kering.

Cara Mencegah Computer Vision Syndrome

Sekitar 50-90% individu yang bekerja menggunakan komputer dilaporkan mengalami gejala CVS. Namun, Anda jangan khawatir. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini, yaitu:

  1. Sesuaikan cahaya lingkungan sekitar
    Pastikan cahaya di lingkungan sekitar Anda tidak terlalu terang atau terlalu gelap, dengan cara:
    • Menghindari duduk menghadap atau membelakangi jendela langsung, karena akan mengganggu penglihatan ke layar.
    • Menutup tirai jendela, jika sinar mataharidirasa terlalu silau.
    • Menyesuaikan posisi layar, untuk mengurangi refleksi cahaya dari jendela atau lampu.
    • Mengatur posisi cahaya lampu meja, agar tidak langsung mengarah ke mata.

  2. Susun meja kerja Anda
    Sesuaikan letak layar komputer, sehingga pandangan Anda tepat mengarah ke tengah layar dengan jarak 50-70 cm dari wajah Anda. Jika Anda bekerja menggunakan komputer dan buku, gunakan book stand untuk meletakkan buku agar sejajar dengan layar. Tujuannya adalah untuk mengurangi gerakan menunduk dan menengadah secara berulang.

  3. Ubah pengaturan pada layar komputer Anda
    Atur tingkat terang, kontras, dan ukuran huruf sesuai dengan kenyamanan Anda. Jika perlu, gunakan screen filter untuk mengurangi kilatan cahaya dari layar.

  4. Batasi waktu penggunaan komputer
    Sebaiknya, batasi waktu penggunaan gadget, termasuk komputer. Selama menggunakan komputer:
    • Sering kedipkan mata Anda untuk melembapkan mata selama bekerja.
    • Lakukan kiat 20-20-20, yaitu mengalihkan pandangan dari layar setiap 20 menit untuk menatap objek yang berjarak jauh (sekitar 20 kaki atau 6 meter) selama 20 detik. Dua puluh detik merupakan waktu yang dibutuhkan untuk otot mata akhirnya relaksasi.

  5. Gunakan obat tetes air mata buatan
    Jika perlu, Anda bisa meneteskan air mata buatan untuk membantu melembapkan mata. Obat tetes air mata buatan dapat dibeli tanpa resep dokter, namun pastikan obat tetes tersebut tidak mengandung bahan aktif obat atau pengawet, sehingga tidak menyebabkan efek samping pada mata.

  6. Atasi kondisi mata lain yang dimiliki
    Gunakan kacamata dengan lensa yang sesuai jika Anda menderita rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), mata silinder (astigmatisma), atau mata tua (presbiopia) untuk membantu kerja mata.

Gejala computer vision syndrome memang tidak berbahaya dan umumnya bersifat sementara. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan hambatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter spesialis mata jika gejala yang Anda alami tetap berlanjut atau bahkan semakin berat, meski Anda sedang tidak menggunakan perangkat berbasis komputer.

Menurut American Optometric Association, Computer Vision Syndrome adalah sekumpulan gejala yang terjadi pada mata yang disebabkan oleh penggunaan komputer, tablet, handphone atau alat elektronik lainnya.

Etiologi Computer Vision Syndrome (CVS)

Penyebab Computer Vision Syndrome adalah multi faktor. Banyak penelitian dan studi yang dilakukan didapatkan bahwa penyebab Computer Vision Syndrome belum ditemukan secara pasti. Menurut Raymond (2012) CVS disebabkan oleh penurunan frekuensi berkedip saat menggunakan komputer dalam waktu yang cukup lama. Studi menunjukan bahwa penurunan frekuensi berkedip ( 6-8 kali per menit ) menimbulkan keluhan mata kering (Anshel 2008, Rathore et al 2010 dalam Raymond 2012).

Faktor Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)

Menurut Del-castillo (2013), terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Computer Vision Syndrome ini.

  1. Faktor Lingkungan
    Cornea yang merupakan bagian anterior dari mata, sangat sensitif dengan suasana sekitar, seperti pada perkantoran, adanya gangguan ventilasi, udara yang kering dapat mempengaruhi terjadinya kejadian CVS. Pada umumnya pencahayaan ruangan pada lingkungan kerja yang menggunakan VDT (Visual Display Terminal) atau sering juga disebut dengan monitor sering menggunakan penerangan yang tinggi. Penerangan yang tinggi dapat menyilaukan mata, sehingga terjadi penurunan fokus pada mata (Del – castillo, 2013).

  2. Frekuensi berkedip
    Kebanyakan orang berkedip sebanyak 10 – 15 kali dalam satu menit. Studi menunjukan bahwa terjadi penurunan frekuensi berkedip pada individual yang menggunakan komputer. Penurunan frekuensi ini disebabkan karena konsentrasi pada hal yang dilakukan pada komputer. Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban juga mempengaruhi lamanya berkedip. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah cenderung menyebabkan penurunan frekuensi berkedip. Penurunan frekuensi berkedip mengakibatkan terjadinya penurunan produksi air mata. Penurunan produksi air mata dapat memicu gejala CVS (Del – castillo, 2013).

  3. Jenis Kelamin
    Prevalensi Dry Eye Disease atau keluhan mata kering dua kali lebih sering dialami perempuan (4,8%) dibandingkan laki – laki (2,2%) . Penipisan tear film pada wanita terjadi lebih cepat dibandingkan pada pria. Menurut Versura et al. (2005) dalam Aryanti (2011) melaporkan bahwa prevalensi terjanya Sindroma Mata Kering (SMK) lebih tinggi dijumpai pada wanita, terutama wanita yang menopause. Mata kering merupakan salah satu gejala CVS.

  4. Usia
    Produksi air mata mengalami penurunan dengan meningkatnya usia. Studi yang dilakukan oleh Bhanderi et al. (2008) Menunjukan hubungan yang signifikan antara pengaruh usia dengan meningkatnya kejadian CVS. Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa individual yang berusia diatas dari 45 tahun dua kali lebih berisiko menderita CVS dibandingkan individual yang berumur 15 sampai 25 tahun.

  5. Lamanya Penggunaan Komputer
    Studi menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingginya prevalensi gejala visual terhadap individual yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam dalam sehari. (Rosignol et al, 1987). Studi yang dilakukan oleh Sanchez – Roman pada tahun 1996 juga menunjukan bahwa penggunaan komputer lebih dari 4 jam menunjukan gejala astenopia. Bhanderi et. al. Mengatakan bahwa terdapat beberapa laporan yang berbeda mengenai hubungan durasi penggunaan komputer dengan munculnya gejala astenopia.

    Hanne et, al melaporkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap individual yang menggunakan komputer lebih dari enam jam dibandingkan yang kurang dari enam jam. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Kanitkar et.al (2005) dalam Bhanderi (2008) Dalam penelitiannya yang menunjukan hasil bahwa durasi penggunaan komputer sangat berhubungan dengan gejala yang muncul pada mata dan lamanya gejala tersebut hilang. Penggunaan komputer tanpa diselingi waktu istirahat dapat menurunkan kemampuan akomodasi mata sehingga gejala dari Computer Vision Syndrome ini semakin berat.

    Penelitian menunjukan bahwa, apabila diselingi istirahat secara reguler selama pemakaian komputer, terjadi peningkatan kualitas kerja. The National Institute of Occupational Safety and Health menyatakan bahwa istirahat yang dilakukan beberapa kali menurunkan ketidaknyamanan yang dirasakan pengguna komputer dan meningkatakan produktivitas kerja dibandingkan istirahat sekali dalam waktu yang lama di waktu – waktu tertentu.

  6. Lama Bekerja dengan Komputer
    Bhanderi et. Al. (2008) melaporkan bahwa angka kejadian CVS lebih tinggi pada individual yang menggunakan komputer kurang dari lima tahun. Namun penelitian lain melaporkan hasil yang berbeda, Wang melaporkan bahwa kejadian CVS lebih tinggi pada individual yang menggunakan komputer lebih dr 10 tahun (azkadina, 2012).

  7. Lama Istirahat Setelah Pemakaian Komputer
    Penelitian menunjukan bahwa penggunaan komputer yang diselingi istirahat menurunkan gejala yang muncul pada mata. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thompson (1998) menunjukan bahwa penggunakan komputer yang diselingi istirahat selama 5 sampai 10 menit secara teratur memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan istirahat setiap dua atau tiga jam. Namun ada beberapa pendapat lain yang melaporkan hasil yang berbeda.

  8. Penggunaan kacamata
    Penggunaan kacamata yang bertujuan untuk mengoreksi gangguan refraksi juga merupakan salah satu faktor risiko dari Computer Vision Syndrome. Dalam studi yang dilakukan Edema et. al. dalam Azkadina (2012) didapatkan bahwa dari 136 sample, ditemukan keluhan penglihatan kabur pada 19 subjek (59,4%), mata tegang saat menggunakan video display terminal (VDT) sebanyak 18 subjek (56,3%), dan keluhan sakit kepala ditemukan pada 20 subjek (62,5%). Hasil ini menunjukan bahwa terdapat keluhan astenopia yang signifikan antara pengguna VDT yang menggunakan kacamata dengan yang tidak menggunakan kacamata.

  9. Penggunaan Lensa Kontak
    Penggunaan lensa kontak menyebabkan peningkatan penguapan lapisan airmata yang diikuti dengan suatu kompensasi berupa peningkatan osmolaritas dari lapisan air mata yang pada akhirnya menimbulkan jejas pada permukaan mata. Dalam penelitian terdahulu, mendapatkan bahwa keluhan computer vision syndrome lebih berat terjadi pada individual yang menggunakan kontak lensa dibandingkan dengan yang tidak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kojima et. Al. Dalam Azkadina (2012) menemukan bahwa nilai tinggi tear meniscus dan volume tear meniscus lebih buruk pada pekerja pengguna komputer yang menggunakan lensa kontak lebih dari 4 jam dibandingkan dengan pekerja yang tidak menggunakan lensa kontak dalam waktu yang sama.

  10. Faktor Komputer
    Posisi monitor terhadap mata, sudut dan jarak penglihatan serta jenis komputer merupakan faktor – faktor yang juga mempengeruhi munculnya gejala Computer Vision Syndrome. Posisi monitor yang baik adalah posisi yang ketinggian horizontal sejajar dengan mata. Posisi monitor yang lebih tinggi dari posisi mata akan menyebabkan sudut penglihatan mata lebih besar dan menurunkan frekuensi berkedip. Hal ini dapat menyebabkan mata menjadi kering (Miller, 2001).

Patofisiologi Computer Vision Syndrome

Gambar pada layar komputer yang memiliki kontras yang tidak baik sehingga berakibat mata sulit untuk fokus. Hal ini menyebabkan mata harus meningkatkan kemampuannya untuk lebih fokus (continuous focusing), peningkatan frekuensi pergerakan bola mata (ocular motility) dan terjadi peningkatan pergerakan otot (muscular activity) (Akinbinu dan Mashalla, 2014). Karakter pada komputer terbuat dari titik – titik kecil yang disebut dengan pixels. Setiap pixels akan terang pada bagian tengah dan penerangan menurun pada bagian tepi.

Dari sebab itu, karakter pada layar elekronik memliki sisi yang kabur pada bagian tepi dibandingkan dengan gambaran pada surat yang telah dicetak yang terlihat dengan jelas. Hal ini menyebabkan mata sulit bertahan untuk tetap fokus atau disebut juga sebagai Resting point of accomodation (RPA). Agar mata dapat kembali untuk fokus, mata akan menjadi tegang. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kerja dari otot ciliaris mata yang mengakibatkan mata lelah.

Mata yang lelah juga mengakibatkan penurunan frekuensi berkedip sehingga mata menjadi kering (<5 N= 15/ menit). Dalam usaha untuk mempertahankan agar mata tetap fokus, postur tubuh yang terus berubah atau postur yang salah dapat menyebabkan ketegangan otot pada leher dan spinal cervical. Hal ini memicu terjadinya nyeri pada leher dan punggung (Hazarika, 2014).