Apa yang Dimaksud dengan Classicism atau Klasisisme?

Classicism690x350

Classicism atau klasisisme ialah sikap terhadap sastra yang menunjukkan kekaguman kualitas keseimbangan formal, proporsi, dan pengekangan yang terkait dengan karya-karya utama sastra Yunani dan Romawi kuno (‘klasik’) dalam preferensi terhadap penyimpangan setelahnya. Terkenal sejak sekitar tahun 1800 hingga kebebasan artistik yang diproklamasikan oleh romantisisme.

Karya klasik adalah karya kelas tertinggi, dan juga diartikan sebagai karya yang cocok untuk dipelajari di kelas sekolah. Selama dan sejak renaisans, makna yang tumpang tindih ini mulai diterapkan pada (dan hampir identik dengan) tulisan-tulisan penulis utama Yunani dan Romawi dari Homer hingga Juvenal, yang dianggap sebagai model keunggulan yang tak tertandingi. Kata sifat klasik, yang biasanya diterapkan pada kumpulan tulisan ini, telah diperpanjang hingga periode kreatif yang luar biasa dari literatur lain: abad ke-17 dapat dianggap sebagai zaman klasik sastra Prancis, dan abad ke-19 sebagai periode klasik novel Barat. Sementara itu, fiksi terbaik Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19, dari Cooper hingga Twain, disebut oleh D.H. Lawrence sebagai Sastra Amerika Klasik (terlepas dari pertentangan antara pandangan seni ‘klasik’ dan ‘romantis’, sebuah karya romantis sekarang masih dapat menjadi klasik).

Gaya atau pendekatan klasik terhadap komposisi sastra biasanya merupakan gaya yang meniru model Yunani atau Romawi dalam materi penelitian (misalnya legenda Yunani) atau dalam bentuk (dengan mengadopsi genre seperti tragedi, epik, ode, atau bait satire), atau keduanya. Sebagai doktrin sastra, klasisisme berpendapat bahwa penulis harus diatur oleh aturan, model, atau konvensi, bukan oleh inspirasi yang tidak patuh: dalam bentuknya yang paling terkodifikasi pada abad ke-17 dan ke-18, diperlukan ketaatan aturan yang diturunkan dari Aristoteles Poetics (abad ke-4 SM) dan Horace Ars Poetica (20 SM), terutama yang sopan dan dramatis.

Klasisisme Jerman kemudian pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 dibedakan oleh minat eksklusifnya pada model-model Yunani, yang bertentangan dengan bias Romawi pada klasisisme Prancis dan Inggris. Setelah akhir abad ke-18, ‘klasik’ menjadi kontras dengan ‘romantis’ dalam pertentangan istilah yang semakin umum yang mencakup suasana hati dan sikap serta karakteristik karya aktual. Sementara pendukung romantisisme mengaitkan klasik dengan artifisial yang kaku dan romantis dengan kreatif bebas, klasikis mengutuk ekspresi diri romantis sebagai kesenangan diri yang eksentrik, atas nama kewarasan dan ketertiban klasik. Penulis Jerman terkemuka yakni J. W. von Goethe meringkas pemahamannya terhadap prinsip-prinsip klasik dengan mendefinisikan yang klasik sebagai sehat, yang romantis sebagai yang sakit. Sejak saat itu, klasisisme sastra sering kali bukan sekadar masalah meniru model Yunani dan Romawi, melainkan menolak klaim romantisisme dan semua yang dianggapnya (Protestan, liberalisme, demokrasi, anarki).

Sumber:
The Concise Oxford Dictionary of Literary Terms (2001)