Apa yang dimaksud dengan butan bakau atau hutan mangrove?

Hutan mangrove

Hutan mangrove, sering juga disebut hutan bakau, merupakan jenis dari marga Rhizophora sebagai individu. Dalam hubungannya mangrove sebagai vegetasi dimana faktor biotik dan abiotik saling berhubungan dan saling ketergantungan maka mangrove lebih mengarah pada suatu ekosistem. Ekosistem mangrove adalah ekosistem unik karena terdapat pada daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem darat dan laut yang mempunyai kaitan erat di antara keduannya

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muarasungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Istilah bakau hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan mangrove, yaitu Rhizopora spp . Oleh karena itu, istilah hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk mangrove forest (Dahuri, 1996).

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999). mencapai 25 persen dari total luas mangrove dunia. Namun sebagian kondisinya kritis.

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda, dipantai utara Jawa, pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di bagian timur Indonesia, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

Definisi hutan mangrove menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

  • Hutan bakau (mangrove) menurut Steenis (1978) adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut.

  • Nybakken (1988) memberi definisi hutan mangrove sebagai sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak- semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

  • Menurut Soerianegara (1990) hutan mangrove mempunyai pengertian sebagai hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:

    1. tidak terpengaruh iklim; 2) dipengaruhi pasang surut;
    2. tanah tergenang air laut;
    3. tanah rendah pantai;
    4. hutan tidak mempunyai struktur tajuk;
    5. jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api ( Avicenia s p.), pedada ( Sonneratia sp .), bakau ( Rhizophora sp .), lacang ( Bruguiera sp .), nyirih ( Xylocarpus sp .), nipah ( Nypa sp .)

Struktur Vegetasi Hutan Mangrove


Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Di dalam hutan mangrove, paling tidak terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam 4 famili: Rhizoporaceae (Rhizopora, Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia) dan Meliaceae Xylocarpus (Bengen 2001).

Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona (Noor dan Suryadiputra, 1999), yaitu:

  • Mangrove Terbuka.
    Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp . Pada zonasi ini, biasanya berasosiasi dengan Sonneratia spp . yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik (Bengen, 2001).

  • Mangrove Tengah.
    Mangrove di zona ini terletak di belakang mangrove zona terbuka. Di zona ini umumnya didominasi oleh Rhizopora spp . Selain itu sering juga dijumpai Bruguiera spp . dan Xylocarpus spp. (Noor dan Suryadiputra , 1999 dan Bengen, 2001).

  • Mangrove Payau.
    Zona ini berada di sepanjang sungai berair payau sampai tawar. Zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa dan Sonneratia (Noor dan Suryadiputra, 1999).

  • Mangrove Daratan.
    Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang utama ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus, Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus spp . dan Xylocarpus moluccensis . Zona ini memiliki kekayaan jenis tinggi daripada zona lainnya (Noor dan Suryadiputra , 1999).

Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove (Macnae,1968).

Dalam bahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan untuk individu jenis tumbuhan, dan kata mangal dipergunakan untuk komunitas hutan yang terdiri atas individu-individu jenis mangrove. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata mangrove dipergunakan baik untuk komunitas pohon-pohonan atau rumput-rumputan yang tumbuh di kawasan pesisir maupun untuk individu jenis tumbuhan lainnya yang tumbuh yang berasosiasi dengannya.

Selain itu, Mastaller menyebutkan bahwa kata mangrove adalah berasal dari bahasa Melayu-kuno, yaitu mangi- mangi yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia, dan sampai saat ini istilah tersebut masih digunakan untuk kawasan Maluku. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai macam istilah yang digunakan untuk memberikan sebutan pada hutan mangrove, antara lain adalah coastal woodland, mangal dan tidalforest (Macnae 1968).

Secara umum, Saengeret al. (1983) memberikan pengertian bahwa hutan mangrove adalah sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya pasang-surut air laut, dengan keadaan tanah yang anaerobik.

Sedangkan Sukardjo (1996), mendefinisikan hutan mangrove sebagai sekelompok tumbuhan yang terdiri atas berbagai macam jenis tumbuhan dari famili yang berbeda, namun memiliki persamaan daya adaptasi morfologi dan fisiologi yang sama terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut.

Sementara Sorianegara (1987) memberi definisi hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai, yang eksistensinya selalu dipengaruhi oleh air pasang-surut, dan terdiri dari jenis Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa.

Tomililnson (1986) mendefinisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang-surut maupun sebagai komunitas.

Terkait dengan definisi di atas, maka hal yang paling mendasar dan penting untuk dipahami adalah bahwa jenis tumbuhan man- grove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan. Sementara itu, organ yang lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara mengembangkan sistem akar napas untuk memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang hidup pada substrat yang anaerobik.

Disamping itu, beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Ceriops sp. mampu berkembang dengan menggunakan buah (propagul) yang sudah berkecambah sewaktu masih menempel pada pohon induknya atau disebut sebagai vivipar. Namun sebagaimana halnya dengan jenis tumbuhan lainnya, tumbuhan mangrove ini tetap membutuhkan air tawar secara normal, unsur hara dan oksigen. Selain itu, keberadaan hutan mangrove di kawasan pesisir tersebut biasanya tumbuh dan berkembang berkaitan erat dengan ekosistem lainnya, seperti padang lamun, algae dan terumbu karang.

Referensi

.

  • MacNAE, W. 1968. A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forests in the Indo-West Pacific Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270
  • SAENGER, P., E. J. HEGERL and J. D. S.
  • DA VIE 1983. Global status of mangrove ecosystems. By the working group on mangrove ecosystems on the IUCN Commission on Ecology. The environ- mentalist, Vol. 3. Supplement No.: p. 88.
  • TOMLINSON, P.B. 1986. The botany of man- grove. Cambridge University Press. Cambridge, London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney: p. 413.
  • SUKARDJO, S. 1996. Gambaran umum ekologi mangrove di Indonesia Lokakarya Strategi Nasional Pengelolaan Hutan Mangrove di Indonesia. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi lahan, Departemen Kehutanan, Jakarta: 26 hal.
  • SOERIANEGARA, I.1987. Masalah penentuan jalur hijau hutan mangrove. Pros. Sem. III Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 3947.