Apa yang dimaksud dengan Bunuh Diri ?

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan

Apa yang dimaksud dengan Bunuh Diri ?

Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981) (dikutip oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16% masalah dengan saudara.

RENTANG RESPONS PROTEKTIF DIRI

Rentang Respons Protektif Diri
Gambar Rentang Respons Protektif Diri

Keterangan :

  1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin, dan kesadaran diri meningkat.

  2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.

  3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.

  4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit jari.

  5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.

PROSES TERJADINYA PERILAKU BUNUH DIRI

Psikodinamika Upaya Percobaan Bunuh Diri
Gambar Psikodinamika Upaya Percobaan Bunuh Diri

Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi untuk bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri, mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang salah) tentang bunuh diri.

MITOS TENTANG BUNUH DIRI

  1. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius.
    Fakta: Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.

  2. Mitos: Bunuh diri tidak memberi tanda.
    Fakta: Delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.

  3. Mitos: Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada pasien.
    Fakta: Hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri pasien.

  4. Mitos: Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan.
    Fakta: Tidak ada data dan hasil riset yang menyokong pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.

KLASIFIKASI BUNUH DIRI

Jenis Bunuh Diri, antara lain :

  1. Bunuh diri egoistik, Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
  2. Bunuh diri altruistik, Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
  3. Bunuh diri anomik, Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu.

Pengelompokan Bunuh Diri adalah sebagai berikut :

  1. Isyarat bunuh diri

    Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

  2. Ancaman bunuh diri

    Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

  3. Percobaan bunuh diri

    Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

Faktor Risiko

Menurut Hatton, Valente, dan Rink, 1977, beberapa faktor risiko bunuh diri ada manusia terlihat di dalam tabel berikut ini,

Tabel Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Hatton, Valente, dan Rink
image

Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale), faktor risiko bunuh diri dikelompokkan sebagai berikut :

  • Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
  • Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
  • Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
  • Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
  • Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.

Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1987), beberapa faktor risiko bunuh diri ada manusia terlihat di dalam tabel berikut ini,

Tabel Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Stuart dan Sundeen
Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Stuart dan Sundeen

Faktor Perilaku

  1. Ketidakpatuhan

    Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan yang dilakukan (pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh diri memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.

  2. Pencederaan diri

    Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.

  3. Perilaku bunuh diri

    Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

    • Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.

    • Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.

    • Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

Faktor Lain

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995).

  1. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.

    • Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
    • Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan barang berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
    • Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan.
    • Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
    • Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
  2. Petunjuk gejala

    • Keputusasaan.
    • Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.
    • Alam perasaan depresi.
    • Agitasi dan gelisah.
    • Insomnia yang menetap.
    • Penurunan berat badan.
    • Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
  3. Penyakit psikiatrik

    • Upaya bunuh diri sebelumnya.
    • Kelainan afektif.
    • Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
    • Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
    • Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
    • Kombinasi dari kondisi di atas.
  4. Riwayat psikososial

    • Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
    • Hidup sendiri.
    • Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami.
    • Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).
    • Penyakit medis kronis.
    • Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
  5. Faktor-faktor kepribadian

    • Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
    • Kekakuan kognitif dan negatif.
    • Keputusasaan.
    • Harga diri rendah.
    • Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
  6. Riwayat keluarga

    • Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
    • Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduanya.

Faktor Predisposisi

Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak pendapat tentang penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut.

  1. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
  2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
  3. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
  4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
  5. Tangisan minta tolong.

Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut.

  1. Diagnosis psikiatri

    Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan penyalahgunaan zat.

  2. Sifat kepribadian

    Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

  3. Lingkungan psikososial

    Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

  4. Riwayat keluarga

    Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko penting untuk perilaku destruktif.

  5. Faktor biokimia

    Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.

Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook dan Fontaine, 1987).

  1. Penyebab bunuh diri pada anak

    • Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
    • Situasi keluarga yang kacau.
    • Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
    • Gagal sekolah.
    • Takut atau dihina di sekolah.
    • Kehilangan orang yang dicintai.
    • Dihukum orang lain.
  2. Penyebab bunuh diri pada remaja.

    • Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
    • Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
    • Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
    • Perasaan tidak dimengerti orang lain.
    • Kehilangan orang yang dicintai.
    • Keadaan fisik.
    • Masalah dengan orang tua.
    • Masalah seksual.
    • Depresi.
  3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.

    • Self ideal terlalu tinggi.
    • Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
    • Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.
    • Kompetisi untuk sukses.
  4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.

    • Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
    • Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
    • Perasaan tidak berarti di masyarakat.
    • Kesepian dan isolasi sosial.
    • Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
    • Sumber hidup bergantung.

Faktor Presipitasi

  1. Psikososial dan klinik

    • Keputusasaan
    • Ras kulit putih
    • Jenis kelamin laki-laki
    • Usia lebih tua
    • Hidup sendiri
  2. Riwayat

    • Pernah mencoba bunuh diri.
    • Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
    • Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
  3. Diagnostis

    • Penyakit medis umum
    • Psikosis
    • Penyalahgunaan zat

Sumber :

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika, 2015.

Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).

Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000).
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup.

Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:

  1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
  2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
  3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
  4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa bunuh diri secara umum adalah perilaku membunuh diri sendiri dengan intensi mati sebagai penyelesaian atas suatu masalah.

Memiliki sedikit definisi yang berbeda, percobaan bunuh diri dan bunuh diri yang berhasil dilakukan memiliki hubungan yang kompleks (Maris dkk.,2000). Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi dan komorbid antara etiologi kedua perilaku tersebut. Di samping itu, kebanyakan pelaku bunuh diri melakukan beberapa percobaan bunuh diri sebelum akhirnya berhasil bunuh diri. Beck (dalam Salkovskis, 1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri sebagai sebuah situasi dimana seseorang telah melakukan sebuah perilaku yang sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan intensi menghabisi hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum berakibat pada kematian.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah upaya untuk membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat pada kematian.

Kata Suicide berasal dari kata latin Sui yang berarti diri ( self ), dan kata Caedere yang berarti membunuh ( to kill ). (Husain, 2005:6) Sedangkan menurut aliran human behavior, bunuh diri ialah bentuk pelarian parah dari dunia nyata, atau lari dari situasi yang tidak bisa ditolerir, atau merupakan bentuk regresi ingin kembali pada keadaan nikmat, nyaman dan tentram. (Kartono, 2000).

Berikut merupakan beberapa definisi mengenai bunuh diri yang diambil dari beberapa kamus dan ensiklopedi : (Dalam Kartono, 2000)

  1. Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi dengan seseorang yang dibenci, dengan membunuh diri sendiri orang yang bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.

  2. Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi, misalnya berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa dan lain-lain.

  3. Bunuh diri adalah prakasa/intisari perbuatan yang mengarah pada kematian pemrakarsa.

  4. Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk melakukan destruksi/pengrusakan diri sendiri.

  5. Bunuh diri adalah inisiasi perbuatan yang mengarah pada motivasi kematian, membunuh, dan dibunuh.

  6. Bunuh diri merupakan keadaan hilangnya kemauan untuk hidup.

  7. Bunuh diri ialah suatu derajat sentral dari keputusan pelaku yang memutuskan untuk memprakarsai satu perbuatan mengarah pada kematian sendiri.

  8. Bunuh diri adalah derajat ketegasan dan ketegaran keputusan untuk memprakarsai perbuatan yang mengarah pada kematian sendiri.

  9. Bunuh diri ialah kemauan berbuat mengarah pada kematian sendiri.

  10. Bunuh diri ialah derajat efektifitas satu perbuatan yang disengaja dan bertujuan, yang mengakibatkan kematian.

  11. Bunuh diri ialah pengetahuan seorang mengenai relasi dirinya dengan kondisi obyektif dari kematian.

Macam-macam Bunuh Diri

Sosiolog Emile Durkheim (1897, 1951) membedakan bunuh diri menjadi empat jenis yaitu : (Upe, 2010)

  1. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan kesatuan sosialnya,

  2. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar sesama individu yang satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan masyarakat yang memiliki integritas yang kuat, misalnya bunuh diri harakiri di Jepang,

  3. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan moral dimana individu yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan dan norma dalam hidupnya,

  4. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh Durkheim. pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana nilai dan norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa berlebihan.

Cara atau Bentuk Bunuh Diri

Metode yang digunakan sebagai percobaan bunuh diri umumnya selain memiliki fungsi untuk mengakhiri hidup juga memiliki makna tersendiri seperti motif atau harapan yang mendasari. Secara umum metode yang digunakan untuk bunuh diri yaitu sebagai berikut:

  1. Gantung diri,

  2. Melukai diri dengan benda tajam seperti tradisi harakiri di jepang, memotong urat nadi, atau menembak dirinya dengan senjata api atau pistol,

  3. Menelan racun atau obat-obatan sampai over dosis,

  4. Menjatuhkan diri dari atap gedung,

  5. Membakar diri,

  6. Menabrakkan diri.

Tanda-tanda Awal Bunuh Diri

Menurut Santrock (2003) terdapat tanda-tanda awal bunuh diri khususnya pada remaja yaitu sebagai berikut :

  1. Mengancam akan bunuh diri, misalnya ”aku berharap mati saja”; ”keluargaku pasti akan lebih baik kalau aku tidak ada”; ”aku tidak punya apa-apa yang membuatku tetap hidup.”

  2. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya, sekecil apapun empat dari lima orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya telah melakukan sedikitnya satu percobaan bunuh diri.

  3. Tersirat unsur-unsur kematian dalam musik, seni dan tulisan-tulisan pribadinya.

  4. Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat kematian, diabaikan, atau putusnya suatu hubungan.

  5. Gangguan dalam keluarga, seperti tidak memiliki pekerjaan, penyakit yang serius, pindah, perceraian.

  6. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan.

  7. Menurunnya nilai-nilai disekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah atau kegiatan yang sebelumnya dianggap penting.

  8. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja yang senang sekali berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi pemalu dan menarik diri.

  9. Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam.

  10. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh orang yang berarti bagi dirinya.

  11. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan sebaliknya mulai menata kerapihan.

  12. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, mengabaikan keselamatan diri, menerima tantangan yang berbahaya.

Karakteristik pada pelaku bunuh diri

Munurut Kartono (2000) terdapat beberapa ciri karakteristik dari orang-orang yang cenderung melakukan dan sudah melakukan perbuatan bunuh diri, antara lain ialah :

  1. Ada ambivalensi yang sadar atau tidak sadar antara keinginan untuk mati dan untuk hidup.

  2. Ada perasaan tanpa harapan, tidak berdaya, sia-sia, sampai pada jalan buntu, merasa tidak mampu mengatasi segala kesulitan dalam hidupnya.

  3. Dia merasa pada batas ujung kekuatan, merasa sudah mencapai total, secara fisik dan secara mental.

  4. Selalu dihantui atau dikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi, marah, dendam, dosa atau bersalah.

  5. Ada kekacauan atau khaos dalam kepribadiannya, mengalami kondisi disorganisasi dan disintegrasi personal, tanpa mampu keluar dari jalan buntu dan tanpa kemampuan memperbaikinya.

  6. Terayun-ayun dalam macam-macam suasana hati/stemming yang kontroversal, agitasi lawan apati, ingin lari lawan dari berdiam diri, memiliki potensialitas kontra kelemahan dan ketidak beranian.

  7. Terdapat pengerutan kognitif, ada ketidakmampuan melihat dengan wawasan bening, tidak mampu melihat alternatif lain, bahkan meyakini limitasi dan kelemahan dari potensialitas sendiri.

  8. Hilangnya kegairahan hidup, hilang minat pada aktivitas sehari-hari, pupus kegairahan seksnya, tanpa minat terhadap masyarakat sekitar.

  9. Banyak penderitaan jasmaniah, mengalami insomnia (tak bisa tidur), mengalami anoreksia atau tidak suka makan dan menderita psikastenia dan simptom-simptom psikosomatis lainnya.

  10. Penderita pernah sekali atau beberapa kali mencoba melakukan upaya bunuh diri.

Mencegah Tindakan Bunuh Diri

Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, menurut Edwin Sneidman seorang pelopor yang mengembangkan strategi umum dalam pencegahan bunuh diri mengungkapkan tiga hal yaitu sebagai berikut: (Davison. 2006)

  1. Mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang mendalam Menurut beberapa ahli pelaku percobaan bunuh diri biasanya memiliki setidaknya satu gangguan psikologis yang mendasarinya, sehingga penangganan secara psikologis dianggap upaya yang sangat tepat untuk mencegah bunuh diri.

  2. Membuka pandangan, yaitu memperluas pandangan yang terbatas dengan membantu individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstreem dengan membiarkan penderitaan dan ketiadaan terus berlangsung.

  3. Mendorong orang yang bersangkutan meskipun hanya selangkah dari tindakan yang menghancurkan diri sendiri.