Apa yang dimaksud dengan Bullwhip Effect?

Bullwhip Effect

Bullwhip effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory yang mendefinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain.

Apa yang dimaksud dengan Bullwhip Effect?

Distorsi informasi mengakibatkan pola permintaan yang semakin fluktuatif kearah hulu supply chain . Meningkatnya fluktuasi atau variabilitas permintaan dari hilir ke hulu suatu supply chain dinamakan Bullwhip effect. Bullwhip effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventori yang mendefinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain .

Bullwhip yaitu cambuk, alat untuk mengendalikan sapi atau banteng. Konsepnya adalah suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain , dimana permintaan dari customer mengalami perubahan, baik semakin banyak atau semakin sedikit, perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan dari setiap stage supply chain . Distorsi tersebut menimbulkan efek bagi keseluruhan stage supply chain yaitu permintaan yang tidak akurat.

Bullwhip effect mengakibatkan banyak inefisiensi pada supply chain . Misalnya pabrik memproduksi dan mengirim lebih banyak dari yang sesungguhnya dibutuhkan akibat salah membaca signal permintaan dari pemain bagian hilir supply chain . Kegiatan dari pabrik dan pemasok lebih fluktuatif sehingga mereka sering lembur menghadapi pesanan yang berlebih atau menganggur karena distributor/ritel tidak memesan dalam waktu yang relatif panjang akibat mereka melakukan forward buying . Bullwhip effect adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil di level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh dari konsumen (Baihaqi).

Efek dari kondisi ini adalah semakin tidak akuratnya data permintaan. Berikut Ilustrasinya :

image

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya Bullwhip effect ini. Dalam hal ini menurut Lee et al (1997) mengidentifikasi 4 penyebab utama dari Bullwhip effect yaitu:

1. Demand

Demand yang jarang sekali stabil mengakibatkan peramalan permintaan yang kita buat juga jarang sekali akurat, sehingga terjadinya error pada forecast dimana perusahaan mengantisipasi dengan membuat safety stock . Namun jika ditarik dari produk jadi yang diserahkan ke customer sampai ke raw material yang ada di pabrik maka akan terlihat lonjakan demand yang sangat tajam. Pada periode dimana demand sedang melonjak maka seluruh partisipan pada chain akan meningkatkan inventorinya namun jika demand pada periode tertentu sedang turun maka partisipan harus menurunkan inventorinya. Akibat dari besarnya safety stock berpengaruh pada tidak efisiensinya produksi, dan juga mengakibatkan rendahnya utilization pada pendistribusian. Dapat juga berpengaruh pada buruknya customer service dan juga buruknya image perusahaan dikarenakan stock yang sudah terlalu lama, sehingga produk menjadi rusak. Terlebih lagi hiring dan lay-off pekerja berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan akibat dari training dan juga pembayaran pesangon pekerja.

2. Order Batching

Pada saat inventory pada perusahaan sudah menurun, maka perusahaan biasanya tidak langsung memesan barang, ini dikarenakan perusahaan memesan berdasar order batching atau akumulasi permintaan sebelum memesan pada supplier. Biasanya order batching ada dua macam yaitu periodic ordering and push ordering. Perusahaan biasanya memesan secara mingguan, dua mingguan atau bahkan bulanan. Jadi yang dihadapi oleh supplier ketika perusahaan memesan secara periodik adalah terjadinya tingkat permintaan yang tinggi untuk bulan ini disusun dengan kekosongan di bulan berikutnya. Pemesanan secara periodik ini mengakibatkan Bullwhip effect . Salah satu masalah yang dihadapi untuk melakukan pemesanan secara frekuensi adalah masalah biaya transportasi, dimana terdapat perusahaan akan rugi jika memesan barang dengan muatan yang tidak penuh.

3. Price Fluctuation

Manufacture dan distributor biasanya membuat promosi secara periodikal, sehingga membuat pembeli melakukan permintaan menjadi lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan. Promosi semacam ini dapat membuat supply chain menjadi terancam, ini dikarenakan pembeli akan memesan lebih banyak dari yang dibutuhkan ketika sedang ada promosi dan ketika harga menjadi normal maka tidal ada pembelian karena customer masih memiliki stock barang. Ini membuat peta permintaan tidak menunjukkan pola yang sebenarnya. Dan variasi dari pembelian lebih besar dari variasi consumsion rate sehingga ini menimbulkan Bullwhip effect .

4. Rationing and Shortage Gaming

Pada saat salah satu rantai dari supply chain management ada yang melakukan “permainan” yang mengakibatkan pabrik tidak mengetahui permintaan pasar yang sebenarnya sehingga terjadi kekurangan atau kelebihan stock di pasaran yang mengakibatkan kekacauan di downstream, atau ada salah satu mata rantai yang melakukan penimbunan barang agar terjadi scarcity dan menimbulkan kekacauan di mata rantai SCM, sehingga permintaan meningkat dari downstream . Ini juga mengakibatkan Bullwhip effect

Bullwhip effect bisa dikurangi dengan mengerti terlebih dahulu sebabnya. Cara-cara tersebut adalah melakukan information sharing (terutama data permintaan dengan dari pelanggan akhir), memperpendek lead time , memperpendek/mengubah struktur supply chain , menciptakan stabilitas harga, dan mengurangi ongkos-ongkos tetap untuk kegiatan produksi maupun pengiriman.

Dalam pengukuran Bullwhip effect ini tidaklah semudah yang kita bayangkan. Menurut Fransoo dan Wouters (2000) mengusulkan ukuran Bullwhip effect di suatu eselon supply chain sebagai perbandingan antara koefisien variansi dari order yang diciptakan dan koefisien variansi dari permintaan yang diterima dari eselon yang bersangkutan. Secara matematis dapat di tuliskan sebagai berikut:

image

CVo = koefisien variansi order

CVd = koefisien variansi demand

so = standar deviasi order

sd = standar deviasi demand

muo = nilai rata-rata order

mud = nilai rata-rata demand

Nilai rata-rata (mu) dalam Microsoft office Excel dihitung dengan menggunakan fungsi AVERAGE.sedangkan untuk nilai dari Standar deviasi (s) menggunakan fungsi STDEV

Bullwhip Effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory yang mendefinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain. Definisi dari Bullwhip Effect menurut Thalita (2009) yaitu, peristiwa peningkatan variabilitas permintaan yang terjadi di setiap level rantai pasok. Dapat diartikan juga bahwa Bullwhip Effect merupakan bentuk gambaran kondisi adanya distorsi informasi dan permintaan konsumen yang fluktuatif pada rantai distribusi industri.

Handfield and Nichols (2002) menyatakan bahwa informasi yang tidak akurat atau informasi yang terdistorsi pada setiap level supply chain dari bawah ke atas dapat menimbulkan beberapa masalah penting, diantaranya :

  1. Persediaan yang berlebihan

  2. Hilangnya pendapatan

  3. Turunnya tingkat kepuasan konsumen

  4. Pengiriman yang tidak efektif

  5. Kesalahan dalam penjadwalan produksi

  6. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien

Faktor penyebab Bullwhip Effect

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya Bullwhip Effect . Menurut Lee et al. (1997), terdapat empat penyebab utama dari Bullwhip Effect yaitu:

  1. Pembaruan peramalan permintaan

Permintaan yang tidak stabil mengakibatkan peramalan yang dibuat menjadi kurang akurat, sehingga terjadinya kesalahan peramalan. Pada saat tertentu permintaan melonjak tidak terhingga yang mengakibatkan kelangkaan produk, tetapi ketika produsen memproduksi dalam jumlah besar sedangkan permintaan sedikit maka akan menimbulkan kerugian produksi dan penyimpanan.

  1. Penjadwalan pemesanan

Pada saat inventory pada perusahaan sudah menurun, maka perusahaan biasanya tidak langsung memesan barang, ini dikarenakan perusahaan memesan berdasar order batching atau akumulasi permintaan sebelum memesan pada supplier.

  1. Fluktuasi harga

Manufaktur dan distributor biasanya membuat promosi secara periodikal, sehingga membuat pembeli melakukan permintaan menjadi lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan. Promosi semacam ini dapat membuat supply chain menjadi terancam, ini dikarenakan pembeli akan memesan lebih banyak dari yang dibutuhkan ketika sedang ada promosi dan ketika harga menjadi normal maka tidak ada pembelian karena customer masih memiliki stok barang.

  1. Rationing dan shortage gaming

Pada saat salah satu rantai dari supply chain ada yang melakukan “permainan” yang mengakibatkan pabrik tidak mengetahui permintaan pasar yang sebenarnya sehingga terjadi kekurangan atau kelebihan stok di pasaran yangmengakibatkan kekacauan di downstream, atau ada salah satu mata rantai yang melakukan penimbunan barang agar terjadi kelangkaan dan menimbulkan kekacauan dimata rantai SCM, sehingga permintaan meningkat dari downstream.

Pengukuran Bullwhip Effect

Ukuran Bullwhip Effect di suatu level supply chain merupakan perbandingan antara koefisien variansi dari order yang diciptakan dengan koefisien variansi dari permintaan yang diterima oleh echelon yang bersangkutan. Menurut Fransoo dan Wouters (2000) ada beberapa metode digunakan untuk mengukur Bullwhip Effect , yaitu:

  1. Urutan agregasi data permintaan

  2. Membuat daftar bermacam-macam penyebab adanya Bullwhip Effect

Sebuah supply chain terdiri dari beberapa echelon. Dimana echelon adalah satu tingkat pada pada supply chain yang ada di dalamnya terdiri dari beberapa outlet. Sebuah echelon bisa terdiri dari outlet pararel misalnya beberapa distribution centre (DC) bersama-sama membentuk echelon “DC”, beberapa toko bersamasama membentuk sebuah echelon “ retail shop ”.

Cara mengurangi Bullwhip Effect

Bullwhip Effect dapat dikurangi atau diatasi dengan beberapa pendekatan. Beberapa pendekatan yang diyakini dapat mengurangi Bullwhip Effect adalah (Pujawan, 2005):

  1. Information Sharing

Model kolaborasi CPFR ( Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment ) merupakan solusi yang baik untuk mensinkronkan informasi di semua pihak. Salah satu konsep CPFR yang menerapkan kolaborasi atau koordinasi dekat antar produsen dan retailer adalah vendor managed inventory .

  1. Mengubah struktur supply chain

Dengan struktur supply chain yang lebih ramping dan pendek, perusahaan dapat langsung menerima pesanan dari pelanggan akhir sehingga perusahaan dapat mengetahui pola permintaan yang sebenarnya.

  1. Pengurangan biaya-biaya tetap

Biaya-biaya tetap yang terlalu tinggi mengakibatkan produksi maupun pengiriman tidak bisa dilakukan dengan ukuran batch yang kecil. Beberapa cara untuk menghasilkan ukuran batch yang lebih kecil adalah mengurangi waktu setup produksi, mengurangi ukuran lot pemesanan, dan melakukan inovasi pada manajemen transportasi dan distribusi.

  1. Menciptakan stabilitas harga

Pemberian potongan harga (diskon) oleh penyalur ritel harus dikurangi atau diarahkan ke pengurangan harga secara kontinyu. Ataupun jika kegiatan promosi diadakan, semua pihak pada supply chain harus mengetahui situasi tersebut.

  1. Pengurangan Lead Time

Lead time dapat diperpendek dengan mengubah struktur supply chain mode transportasi atau dengan cara-cara inovatif seperti cross docking dan perbaikan manajemen penanganan order, penjadwalan ulang produksi maupun perbaikan pengiriman yang lebih baik.