Mohyi (2012) mengungkapkan pengertian budaya organisasi sebagai sistem nilai, norma-norma atau aturan, falsafah, kepercayaan dan sikap (perilaku) yang dianut bersama para anggota (karyawan) yang berpengaruh pada pola kerja serta pola manajemen organisasi.
Menurut F.E Kast dan J.E. Rosenzweig (Mohyi, 2012), budaya organisasi merupakan seperangkat nilai, kepercayaan dan pemahman yang penting yang sama-sama dimiliki oleh para anggotanya. Nilai-nilai, ide-ide dan kepercayaan ini dianut oleh anggotanya dengan wujud alat-alat simbolis seperti mitos, upacara, cerita, legenda dan bahasa khusus.
Menurut Kilmann, dkk (1988) dalam Sutrisno (2010) budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumtions), atau norma- norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota dalam organisasi sebagai pedomann perilaku dan pemecahan masalah- masalah organisasinya. Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai tiap orang yang ada di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi.
Menurut Gerald Graham yang dikutip oleh Adi Sujak dalam Mohyi (2012) bahwa, ―Kultur organisasi adalah norma-norma, keyakinan, sikap dan filosofi organisasi. Dari definisi tersebut mengandung arti bahwa orang yang berada dalam organisasi dapat membentuk kultur dan menjadi peran sentral. Kultur juga dapat dibentuk dari cara pengelolaan, pemahaman anggota terhadap misi organisasi dan pengembangan sikap anggota organisasi dalam rangka pencapaian misi organisasi.
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2005) menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas perusahaan. Yaitu satu wujud yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Keith Davis dan John W. Newstrom (1989) dalam Mangkunegoro (2005) mengemukakan bahwa, budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai dan norma yang diakui secara bersama oleh anggotanya. Dari referensi yang sama, John R. Scermerhorn dan James G. Hunt (1991) mengemukakan bahwa, budaya organisasi merupakan sistem kepercayaan bersama dan nilai yang berkembang di dalam organisasi yang mengatur perilaku dari anggota-anggotanya.
Creemers dan Reynolds (1993) dalam Soetopo (2012) menyatakan bahwa, budaya organisasi adalah pola dari perilaku dan harapan yang diakui secara bersama oleh anggota organisasi. Masih dari sumber yang sama Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi. Greenberg dan Baron (1995), menekankan budaya organisasi sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku dan ekspektasi yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap individu dalam organisasi mempelajari budaya yang berlaku dalam organisasinya Sutrisno (2010).
Budaya organisasi menurut Robbins dalam Sopiah (2008) mengatakan bahwa, budaya organisasi mengacu kesuatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu budaya dengan lainnya. Dari sumber yang sama, Robbins (1994) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai;
-
Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi,
-
Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan,
-
Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu,
-
Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat diantara anggota organisasi.
Tingkatan Budaya Organisasi
Dalam mempelajari budaya organisasi terdapat beberapa tingkatan budaya organisasi. Dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang tersembunyi (dasar). Dalam Mohyi (1999), apabila disusun dalam sebuah skema bertingkat, tingkatan organisasi meliputi;
1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku dan fisik adalah manifestasi nyata dari budaya organisasi.
2. Perspektif
Perspektif merupakan aturan-aturan dan norma yang dapat diaplikasikan dalam kontek tertentu seperti, cara untuk menyelesaikan permasalahan dan bagaimana anggota organisasi membaca situasi.
3. Nilai
Nilai adalah dasar titik berangka evaluasi yang dipergunakan anggota organisasi untuk menilai organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yang ada di dalam organisasi.
4. Asumsi
Asumsi merupakan keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain dan tentang hubungan mereka dengan orang lain serta tentang hakikat organisasi mereka.