Apa yang dimaksud dengan Break-Even Point (BEP)?

Break Even Point (BEP) adalah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.

Referensi: Black, A.C. (2006). Dictionary of Economics Over 3,000 Terms Clearly Defined. London:A & C Black Publishers Ltd

1 Like

Menurut Darsono (2008), Break Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Rumus Analisis Break Even :

BEP = Total Fixed Cost / ( Harga perunit - Variabel Cost Perunit )

Keterangan :

  1. Fixed Cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
  2. Variable Cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang diproduksi.

Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik, baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan besaran biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti belum diperoleh keuntungan, dengan kata lain tidak untung tidak rugi.

Sehingga dimana jumlah penjualan melampaui angka BEP, maka selisih besaran nilai antara titik impas dengan total penjualan menunjukkan keuntungan yang diperoleh. Sasaran Analisis BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.

Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan.

Suatu perusahaan akan berada pada titik Break Even Point apabila dalam suatu periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita kerugian. Artinya, jika seluruh pendapatan yang diperoleh perusahaan dijumlahkan, maka jumlah tersebut akan sama besarnya dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan.

Menurut Munawir (2004) menyatakan bahwa:

“Break Even Point dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya ) ”.

Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (Revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

Menurut Sadeli (2001) mengungkapkan bahwa :

“ Titik kembali pokok adalah tingkat operasi yang perlu bagi perusahaan agar tidak menghasilkan suatu kerugian neto atau pendapatan neto, titik operasi yang total biayanya sama dengan total pendapatan dapat dinyatakan dalam unit atau rupiah ”.

Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan perhitungan Break Even Point adalah harus terdapat biaya, yang dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dimana pemisahan antara kedua biaya ini harus dilakukan secara cermat dan benar sehingga hasil perhitungan Break Even Point nantinya akan lebih akurat.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penentuan harga pokok produksi yang digunakan dalam analisis Break Even Point adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan pendekatan Variable Costing.

Asumsi Dasar Dalam Analisis Break Even Point

Untuk mengalinisis Break Even Point terdapat beberapa anggapan dasar atau asumsi yang harus dipenuhi. Mulyadi (2001) menyatakan secara rinci asumsi yang mendasari analisis Break Even Point yaitu :

  1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
  2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkatan kegiatan
  3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap.
  4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
  5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
  6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
  7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Dengan adanya anggapan-anggapan tersebut, maka dalam grafik Break Even Point garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya (baik biaya tetap maupun biaya variabel), semua nampak lurus karena semua perubahan dianggap sebanding dengan volume penjualan.

Kegunaan Break Even Point

Analisis Break Even Point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

  1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
  4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Menurut Munawir (2004) kita dapat menggunakan analisis Break Even Point untuk mengetahui :

  1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
  2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
  3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
  4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisis Break Even Point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa Break Even Point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang Break Event Point saja, akan tetapi analisa Break Even Point mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Metode Perhitungan Break Even Point

Dalam melakukan analisis Break Even Point dapat menggunakan dua metode yakni:

  1. Pendekatan Matematika.
  2. Pendekatan Grafik.

Terdapat banyak pendapat mengenai Break Even Point (BEP) atau dalam kata lain titik impas. Para ahli menyatakan dengan pendapat yang berbeda-beda namum memiliki konsep dasar yang sebenarnya sama. Mulyadi (2000) menjelaskan bahwa :

“Impas (Break Even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja”.

Adapun Horngren et al. (2006) mengatakan bahwa :

“The Break Even Point (BEP) is that quantity of output sold at which total revenues equal total cost, that is the quantity of output sold at which the operating income is 0”.

Menurut Carter dan Usry (2005) yang berpendapat bahwa :

“Titik impas yaitu titik dimana biaya dan pendapatan adalah sama, tidak ada laba maupun rugi pada titik impas”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa break even point atau titik impas merupakan sebuah keadaan atau kondisi dimana dalam usahanya tidak mendapatkan untung dan tidak mendapatkan rugi. Total pendapatan yang diperoleh sama dengan total biaya yang dikeluarkan, artinya tidak ada laba yang dapat diambil dari usaha tersebut.

Adapun pengertian analisis Break Even Point menurut Mulyadi (2000) :

“Analisis Break Even Point adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol)”.

Menurut Carter dan Usry (2005) berpendapat bahwa :

“Analisis break even point digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut”.

Sedangkan Welsch et al. (2000) mengatakan sebagai berikut :

“Analisis break even point menekankan pada tingkat keluaran atau aktivitas produktif dimana pendapatan penjualan tepat sama dengan biaya total, tidak terdapat laba maupun rugi. Analisis break even point mengandalkan dasar dari variabilitas biaya-identifikasi dan pengukuran terpisah atas komponen biaya tetap dan variabel”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis break even point sebuah metode atau alat untuk mengukur tingkat minimum penjualan yang harus dilakukan guna menutupi biaya dengan melibatkan beberapa komponen yakni biaya, volume kegiatan dan harga jual. Selain itu, analisis break even point sangat berguna untuk menentukan kebijaksanaan dalam perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.