Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa brand awareness adalah sebuah tujuan umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Dengan menciptakan brand awareness, pemasar berharap bahwa kapanpun kebutuhan kategori muncul, merek tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan.
Peter dan Olson (2000) menyatakan tingkat brand awareness dapat diukur dengan meminta konsumen menyebutkan nama merek yang mana yang dianggap akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang atau brand awareness sudah memadai tergantung dimana dan kapan suatu keputusan pembelian dilakukan. Strategi brand awareness yang tepat tergantung pada seberapa terkenal merek tersebut di mata konsumen. Kadang kala tujuan promosi adalah untuk memelihara tingkat brand awareness yang sudah tinggi.
Brand awareness menggambarkan keberadaan merek dalam benak konsumen yang dapat menjadi penentu dalam kategori (Durianto dkk, 2004).
Definisi-definisi para ahli mengenai brand awareness dapat ditarik kesimpulan bahwa, brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, merek
tersebut akan muncul kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, brand awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu merek.
Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu selalu dapat kita rasakan, sebab sebuah merek dengan brand awareness tinggi
biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
- Diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh masyarakat.
- Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, keberadaan merek yang telah berlangsung lama menunjukkan bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.
- Jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.
- Merek tersebut dikelola dengan baik.
Merek dengan top of mind tinggi mempunyai nilai pertimbangan tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam benak konsumen adalah merek-merek yang disukai dan dibenci (Durianto, 2004).
Peran brand awareness dalam ekuitas merek tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen. Durianto dkk (2004) menyatakan bahwa brand awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara sebagai berikut:
- Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen.
- Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus ada hubungannya antara brand dengan kategori produknya.
- Memakai slogan lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat merek.
- Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat dihubungkan dengan mereknya.
- Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat konsumen.
- Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, brand, maupun keduanya.
- Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa brand awareness memiliki empat peranan utama yaitu: menjadi sumber asosiasi lain, menimbulkan rasa suka atau familier, sumber komitmen terhadap brand, menjadi bahan pertimbangan untuk membentuk brand.
Tingkatan Brand Awareness
Brand awareness memiliki beberapa tingkatan, dari tingkatan yang paling rendah (tidak menyadari merek) sampai tingkatan yang paling tinggi yaitu Top of Mind, yang biasa digambarkan dalam sebuah piramida.
Piramida brand awareness dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi adalah sebagai berikut:
- Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen yang satu kali muncul dalam benak konsumen atau merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen (Durianto, 2004).
- Brand Recall (pengingatan kembali merek) pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall).
- Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkatan dimana pengenalan suatu merek muncul kembali setelah dilakukan pengingatan kembali melalui bantuan (aided recall).
- Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida brand awareness dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
Referensi
https://eprints.uns.ac.id/8804/1/159632408201003061.pdf