Apa yang dimaksud dengan Body Image atau kesan terhadap fisik kita?

Body Image merupakan kesadaran kita akan tubuh kita sendiri, berupa refleksi tubuh kita dan pengalaman kita bersama tubuh kita. Body image dipengaruhi oleh sosial-budaya dan jenis kelamin seseorang.

Apa yang dimaksud dengan Body Image atau kesan terhadap fisik kita ?

Body image is a person perception, thoughts and feelings about his or her body Grogan (2008)

Berdasarkan kutipan tersebut dijelaskan bahwa body image adalah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang tentang tubuhnya.

Shilder mengartikan body image sebagai berikut :

“ The picture of our own body which we form in our mind, that is to say, the way in which the body appears to ourselves”

Body image adalah merupakan gambaran mengenai tubuh seseorang yang terbentuk dalam pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri.

Menurut Honigam dan Castle (2004), body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, dan bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya sendiri, dan atas penilaian orang lain terhadapa dirinya. Sebenarnya, apa yang dipikirkan dan rasakan, belum tentu mempresentasikan keadaan yang saat ini, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif.

Atwater (1999), mendefinisikan body image adalah sebagai salah satu cara individu dalam memandang dirinya, bukan yang tampak oleh orang tetapi yang ada pada tubuhnya sendiri. Body image merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membangun persepsi diri.Factor social dan budaya yang mempengaruhi adanya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap body image itu sendiri.

Defenisi lain diberikan Thompson (1996), bahwa body image merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya dalam bentuk kepuasan dan ketidakpuasan yang merupakan hasil dari penilaian subjektif individu itu sendiri.

Dimensi Body Image


Penelitian-penelitian yang terdahulu mengenai body image pada umumnya menggunakan Multidemensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scale ( MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash (2002.

Cash (2002) mengemukakan ada lima dimensi dalam pengukuran body image, yaitu :

  1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
    Evaluasi penampilan yaitu penilaian penampilan secara keseluruhan tubuh.

  2. Appearance orientation (orientasi penampilan)
    Orientasi penampilan yaitu pandangan yang mendasar tentang penampilan diri.

  3. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)
    Kepuasaan terhadap bagian tubuh, yaitu mengukur kepuasaan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik secara keseluruhan dari atas sampai bawah.

  4. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)
    Kecemasan menjadi gemuk yaitu kewaspadaan individu terhadap bertambahnya berat badan, dan akan membatasi pola makan.

  5. Self-classified weight (Pengkategorian ukuran tubuh)
    Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu pengklasifikasikan golongan tubuh, dari kurus sampai gemuk.

image

Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image


Banyak hal yang dapat mempengaruhi body image seseorang,termasuk pandangan atau penilaian orang lain terhadap penampilan diri sendiri.

Beberapa ahli menyatakan ada berbagi faktor yang dapat mempengaruhi body image seseorang adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image menurut Cash dan Pruzinsky adalah sebagai berikut :

1) Jenis kelamin

Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan body image seseorang. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Pada umumnya wanita, kurang puas terhadap tubuhnya dan memiliki body image yang negatif.

Menurut Longe (2008) wanita biasanya lebih kritis terhadap tubuh mereka baik secara keseluruhan maupun pada bagian tertentu, daripada laki-laki. Seorang laki-laki ,lebih memperhatikan masa otot ketika mempertimbangkan body image mereka.

Sebuah penelitian dari Cash dan Pruzinsky, 2002 menjelaskan bahwa sekitar 40 70% gadis remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka. ketidakpuasan biasanya berfokus pada jaringan adipose substansial dalam tubuh bagian tengah atau bawah, seperti pinggul, perut dan paha.

Di berbagai Negara maju, antara 50-80 gadis remaja ingin menjadi langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20 hingga 60%.

Menurut Jourard dan Secord (1955) laki-laki mempunyai ke puasan dengan tubuh mereka jika mereka bertubuh besar dan seorang wanita lebih puas dengan tubuh mereka bila tubuh mereka kurang baginya dari ukuran normal. Para pria memiliki tubuh lebih berat dan lebih besar sementara wanita ingin lebih ringan dan lebih kecil.

2) Media massa

Tiggeman mengatakan bahwa media massa yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figure perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.

Media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya social. Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan kebanyakan orang dewasa membaca surat kabar harian dan majalah.

Survey media massa menunjukkan bahwa 83 % majalah fashion khususnya dibaca oleh mayoritas permpuan maupun anak perempuan. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen dalam berbagai cara.

Isi tayangan media massa sering menggambarkan bahwa standart kecantika n perempuan adalah tubuh yang kurus , dalam hal ini berarti level kekurusan yang dimilki, kebanyakan wanita percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memilki tubuh yang berotot dan perut yang rata (Cash dan Pruzinsy, 2002).

Menurut Longe (2008) body image dapat dipengaruhi oleh pengaruh luar. Sumber media, seperti televise, internet, dan majalah sering menggambarkan orang lebih dekat dengan tipe tubuh yang ideal umum diterima daripada citra tubuh rata-rata , untuk menjual produk mereka. Akibatnya, orang-orang, terutama anak-anak dan dewasa muda yang terlalu dipengaruhi dan terpengaruh oleh penggambaran seperti citra tubuh tersebut.

Secara singkat media menciptakan citra seorang wanita itu langsing pada majalah fashion terbukti menyebabkan sejumlah efek negati secara langsung termasuk perhatian yang lebih besar tentang berat badan, ketidakpuasan tubuh, suasana hati yang negatif ,dan penurunan persepsi daya tarik diri.

3) Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya.

Rossen dan koleganya menyatakan feedback terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh

Dunn dan Gooke menerima feedback mengenai penampilan fisik mereka berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana seseorang melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

Dalam konteks perkembangannya, body image berasal dari hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis.

Menurut Thompson faktor-faktor yang mempengaruhi body image adalah Persepsi, Perkembangan dan Sosiokultural.

  1. Persepsi.
    Persepsi berhubungan dengan ketepatan seseorang dalam mempersepsi atau memperkirakan ukuran tubuhnya. perasaan puas atau ti daknya seseorang dalam menilai bagian tubuh tertentu berhubungan dengan komponen ini.

  2. Perkembangan
    Perkembangan, yaitu pengalaman di masa kecil dan remaja terhadap halhal yan berkaitan dengan body imagenya saat ini, khususnya saat pertama kali menstruasi serta perkembangan seksual sekunder yang terkait dengan kejadian penting terhadap body image.

  3. Sosiokultural
    Masyarakat akan menilai apa yang baik dan tidak baik tidak terkecuali dalam hal kecantikan. Trend yang berlaku di masyarkat berpengaruh terhadap body image seseorang. Trend tentang bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap tubuhnya

Di antara ketiga komponen tersebut, yang memiliki pengaruh lebih besar adalah sosiokultural yaitu bahwa keindahan tubuh dan standar tentang tubuh ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat menilai apa yang dikatakan indah, ideal, dan apa yang tidak. Kecantikan wanita yang ideal telah bervariasi dan berubah sesuai standar estetika jangka waktu tertentu dan sebagian besar wanita telah berusaha untuk mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi citra ideal ini.

Jika pada tahun 70an bentuk badan kurus dan rata seperti model Twiggy menjadi idola, saat ini bentuk tubuh yang padat, ukuran payudara yang besar, dada yang bidang, pinggang kecil, dan perut rata seolah menjadi idola yang muncul di masyarakat. Adanya trend mengenai citra ideal dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap tubuhnya, hal tersebut akan membuat individu cenderung membandingkan antara persepsi tubuh dan penampilannya sendiri dengan penampilan ideal yang mereka bayangkan, apabila terdapat kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh nyatanya dengan tubuh idealnya, individu akan merasa kecewa, frustasi, sedih atau merasa ada satu kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Penelitian lain menekankan bahwa kecenderungan untuk membandingkan penampilan fisik sendiri pada orang lain secara kuat terkait dengan ketidakpuasan tubuh (Thompson, 2000).

Pada studi lain, terdapat indikasi bahwa mayoritas variasi dari body image dan gangguan pola makan bisa dikaitkan dengan kecenderungan untuk menyadari dan menginternalisasikan norma sosiokultural mengenai penampilan yang menari.

Selain itu, Thompson juga menjelaskan pentingnya faktor media massa dalam membentuk nilai-nilai yang dianut masyarakat. Melalui media massa, tubuh yang ideal terbentuk di masyarakat. Di Indonesia sendiri dapat dilihat bahwa peran media massa mulai mempunyai pengaruh dalam membentuk pikiran tentang penampilan dan body image, pada iklan-iklan kosmetik sering digunakan model wanita dengan kulit yang putih, tubuh yang langsing, secara tidak sadar masyrakat menganggap tubuh ideal seorang wanita adalah yang memiliki kulit putih dan bertubuh langsing.

Body image (citra tubuh) ialah persepsi seseorang terhadap bentuk atau berat tubuhnya, dan perilaku sesorang yang selalu mengubah tubuhnya dan penampilan fisiknya (Cash & Pruzinsky, 2002). Pendapat lain juga menjelaskan bahwa body image merupakan gambaran tubuh seseorang yang terbentuk dalam pikiran seorang individu (Bell & Rushforth, 2008). Pembentukan body image merupakan hasil dari timbal balik antara kognitif, afektif, dan perilaku individu mengenai penampilan fisiknya yang dikonsep oleh seorang individu dalam pikirannya (Cash & Pruzinsky, 2002).

Body image merupakan gambaran seseorang tentang bentuk tubuh ataupun penampilannya yang diikuti dengan persepsi mereka terhadap karakteristik tubuhnya. Body image punya tiga komponen penting, yaitu; yang pertama perceptual (persepsi) dapat diartikan sebagai persepsi seseorang melihat bentuk tubuhnya, attitudinal (sikap) yang artinya ialah perasaan seseorang mengenai penampilannya, dan behavioral (perilaku) yaitu perilaku seseorang memperbaiki penampilannya. Oleh sebab itu dapat disimpulakan bahwa persepsi dan sikap mempengaruhi perilaku seseorang (Bell & Rushforth, 2008).

Disisi lain gambaran diri dan evaluasi seseorang mengenai penampilan orang lain, persepsi dan sikap dalam bertingkah laku disebut juga dengan body image (Bell & Rushforth, 2008). Lebih jauh dijelaskan body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian penampilan secara positif dan negatif.

Seseorang yang memberikan penilaian yang baik tentang kondisi tubuhnya bisa disebut juga dengan body image positif, dan jika seseorang memberikan penilaian yang buruk terhadap kondisi tubuhnya bisa disebut juga dengan body image negatif.

  1. Body image positif terlihat jika seseorang memiliki perasaan puas, dan menerima penampilan dirinya dan tidak khawatir mengkonsumsi makanan secara bebas. Selain itu, body image positif merupakan peranan penting dalam membentuk kesehatan psikologis dan perkembangan fisik bagi mahasiswi (wanita).

  2. Body image negatif diartikan sebagai jika seseorang memberikan penilaian yang buruk pada tubuhnya. Secara umum body image negatif terjadi pada saat seseorang mengalami gangguan persepsi, adanya rasa tidak puas dan perasaan negatif mengenai ukuran dan berat badan, serta adanya upaya dalam merubah penampilan dan bentuk tubuh demi terpenuhinya
    penampilan yang ideal, yang pada akhirnya mendapatkan penilaian yang baik dari orang lain (Bell & Rushforth, 2008).

Cash menjelaskan bahwa terdapat 5 aspek pada penilaian seseorang mengenai citra tubuhnya (Cash, 2012) yaitu diantaranya:

  1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan) yaitu suatu penilaian tingkat kebahagiaan dan kepuasan tentang bentuk tubuh/penampilannya secara keseluruhan baik dari penilaian diri sendiri maupun reaksi orang lain.

  2. Appearance orientation (orientasi penampilan) yaitu suatu usaha yang dilakukan individu utuk memperbaiki penampilannya baik melalui upaya merubah penampilan ataupun melakukan perawatan pada dirinya.

  3. Body areas satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) yaitu sebuah tingkat kepuasan seorang individu terhadap bagian tubuhnya secara spesifik, seperti warna kulit, wajah, rambut, perut, pinggang, lengan dan kaki, dimana individu melakukan perbandingan dengan orang lain yang dia anggap lebih sempurna bagian tubuhnya.

  4. Overweight preoccupation (kecemasan untuk menjadi gemuk) yaitu perasaan cemas seorang individu mengenai berat badannya seperti kegemukan ataupun kekurusan yang kemudian melakukan pengaturan pola makan.

  5. Self-classified weight (pengkategorian tubuh) yaitu sebuah persepsi individu mengenai berat badannya (ideal atau tidak ideal).

Body image pada diri seseorang memiliki faktor yang dapat mempengaruhi (Cash & Pruzinsky, 2002), diantaranya :

  • Pengaruh budaya seseorang,
  • Pengalaman yang dimiliki sebelumnya
  • Bentuk fisik seseorang
  • Kepribadian seseorang

Pada faktor kepribadian, self-esteem merupakan faktor yang sangat penting terkait dengan perkembangan body Image . Seseorang yang memiliki self-esteem yang positif akan mengembangkan evaluasi yang positif terhadap tubuhnya, namun sebaliknya seseorang yang memiliki self-esteem yang buruk akan meningkatkan body image yang negatif.

Seawell dan Burg (2005) menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah konstruk yang multidimensional yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan atribut fisik. Hal ini sejalan dengan penjelasan oleh Rombe (2014) yang menjelaskan bahwa body image merupakan suatu sikap atau perasaan puas dan tidak puas yang dimiliki oleh seseorang atau suatu individu tertentu terhadap tubuhnya sehingga dapat melahirkan suatu penilaian yang positif atau negatif pada dirinya tersebut. Body image didefinisikan sebagai perasaan, evaluasi dan persepsi diri seseorang tentang tubuhnya sendiri yang melibatkan penampilan fisik, penampilan wajah, kedewasaan dan fitur tubuh lainnya seperti tinggi dan berat badan (Moeen, Muazzam & Zubair, 2013).

Aspek-aspek Body image


Cash dan Smolak (2011) mengemukakan bahwa ada empat aspek terkait dengan body image, yaitu:

  1. Global Subjective
    Satisfaction Komponen kepuasan subjektif global dikonsepkan sebagai sebuah cara bagi individu untuk mengevaluasi secara keseluruhan, hal ini berkaitan dengan persepsi atau ketepatan individu dalam melakukan penilaian terhadap ukuran, bentuk, dan berat badan. Komponen adalah salah satu pertanyaan bagi individu, apakah invidu menilai bentuk tubuh yang menarik atau tidak, memuaskan atau tidak memuaskan, serta nyaman atau tidak nyaman.

  2. Affective Distress Regarding Appearance
    Komponen afektif berkaitan dengan emosi atau perasaan individu yang berkaitan dengan penampilan. Hal-hal yang berkaitan dengan komponen afektif ini bisa dari tekanan, kecemasan, dan perasaan individu dengan penampilan dan bentuk fisik.

  3. Cognitive Aspect Of Body image
    Komponen kognitif adalah suatu komponen yang berkaitan dengan body image seperti skema penampilan, believes (kepercayaan) atau suatu pemikiran yang menyimpang terhadap tubuh, serta investasi kognitif dalam penampilan.

  4. Behavioral aspect Of Body image
    Komponen perilaku merupakan hasil dari ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuh. Hal ini sering dilakukan oleh seseorang dengan cara menghindari perilaku tertentu, sehingga muncul perilaku baru seperti pola makan yang tidak wajar, olahraga berlebihan, dan hal ekstrim yang dilakukan seseorang adalah mengisolasi diri karena merasa bentuk tubuh tidak sesuai dengan harapan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body image


Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) bahwa perkembangan body image itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Sosialisasi kebudayaan
    Budaya menentukan berbagai cara untuk mengubah tubuh sehingga mencapai harapan masyarakat misalnya dengan diet, berolahraga, dan menggunakan produk kecantikan.

  2. Pengalaman-pengalaman interpersonal
    Sosialisasi tentang makna tubuh seseorang melibatkan lebih dari pesan berbasis budaya dan media. Komunikasi verbal dan nonverbal disampaikan dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman sebaya, dan bahkan orang asing. Komentar dan kritik dari orangtua mengungkapkan tingkat penampilan fisik yang dinilai di dalam keluarga akan berpotensi membentuk standar untuk membandingkan seorang anak dengan dirinya sendiri. Selain itu, saudara kandung dapat memberikan standar perbandingan sosial untuk penilaian penampilan anak.

  3. Karakteristik fisik
    Pengembangan body image tentu saja dipengaruhi oleh karakteristik fisik seseorang. Fisik seseorang mempengaruhi bagaimana orang diperlakukan oleh orang lain. Pada tahun 1990, Lerner dan Jovanovic menyajikan “model kebaikan” yang mengusulkan bahwa seberapa baik penampilan seseorang sesuai dengan standar sosial, daya tarik fisik mungkin sangat penting dalam evaluasi diri seseorang. Proses ini dapat dimediasi oleh umpan balik sosial, seperti anak-anak dengan kelebihan berat badan menerima lebih banyak godaan dan penolakan sosial. Namun, evaluasi body image mungkin juga berasal dari penilaian diri sendiri sehubungan dengan standar internal yang tidak sesuai dengan standar.

  4. Faktor kepribadian
    Faktor kepribadian individu juga mempengaruhi pembentukan citra tubuh. Harga diri mungkin yang paling penting dari faktor-faktor ini. Harga diri yang positif dapat memfasilitasi pengembangan evaluasi positif tubuh seseorang dan berfungsi sebagai penyangga terhadap peristiwa yang mengancam citra tubuh seseorang.

Thompson (2000) menyatakan bahwa body image adalah evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat tubuh ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah pada penampilan fisik seseorang.

Menurut Cash and Pruzinky (2002), body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Body image dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada bagaimana individu tersebut menyikapinya.

Meningkatkan Body image


Menciptakan body image positif dimulai dari menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, hal ini membutuhkan kepercayaan diri, sikap positif, dan stabilan emosi.

  1. Perbaikan kepercayaan diri
    Rasa percaya diri akan muncul ketika memiliki pandangan yang baik terhadap kepribadian dan menemukan bahwa orang lain juga merasa nyaman dengan diri kita.

  2. Tumbuhkan sikap positif
    Sikap positif akan muncul ketika menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Sikap negatif cenderung mambuat seperti seorang perfeksionis, senang membandingkan, dan sangat kritis atau menghakimi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

  3. Fokus pada bagian yang disukai
    Menghargai apa yang tubuh dapat lakukan seperti berlari, menari, bernapas, tertawa, dan sebagainya. Melihat tubuh sebagai satu kesatuan jaringan jangan berfokus pada salah satu anggota tubuh saja.

  4. Kuatkan emosi saat menghadapi orang lain
    Kestabilan emosi akan muncul ketika mampu mempertahankan hubungan antara perasaan, pikiran, dan keinginan ketika berbagi pengalaman orang lain.

Dampak Body image Negatif


Menurut Tadabbur (2008) orang yang memiliki body image negatif akan cendereung mengalami hal-hal sebagai berikut :

  1. Cemas, depresi, rendah diri, dan sulit berkonsentrasi

  2. Terdorong untuk melakukan tindakan yang berisiko mengenai kesehatannya

  3. Memutuskan kehidupan sosialnya dengan orang lain akibat rasa minder dan rendah dirinya tersebut

  4. Menjadi malas untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang mengharuskannya untuk menunjukkan bentuk tubuhnya seperti berolahraga, pergi ke dokter, dan melalukan hubungan intim dengan suami/istri

  5. Penyakit-penyakit mental yang cukup serius seperti anoreksia (gangguan nafsu makan), bulimia (gangguan nafsu makan yaitu mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak sekaligus, kemudian dimuntahkan).

1 Like