Apa yang dimaksud dengan Biaya Bahan Baku?

Biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh produk yang siap dijual.

Apa yang dimaksud dengan Biaya Bahan Baku ?

Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan baku penolong.

  • Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif besar.

    Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.

  • Bahan baku penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya relatif kecil.

    Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku penolong adalah minyak pelitur. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan baku penolong disebut biaya bahan baku penolong. Biaya bahan baku penolong merupakan bagian dari unsur biaya overhead pabrik.

PEROLEHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN BAKU

Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan jenis kegiatan/operasi normal dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut:

  1. Untuk setiap produk atau variasi produk, bagian produksi menentukan rute (routing) untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of material), yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan operasi tersebut.

  2. Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.

  3. Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.

  4. Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.

  5. Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang diterima dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.

  6. Bukti permintaan bahan (material requisition form) memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke departemen tertentu pada waktu tertentu.

  7. Kartu catatan bahan baku (material record cards) mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.

PEMBELIAN BAHAN BAKU

Biasanya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen pembelian yang berfungsi melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Manajemen bagian produksi bertanggung jawab atas kualitas bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan harga yang murah dan diterima tepat waktu. Ada tiga dokumen yang digunakan dalam pembelian bahan baku yaitu:

  1. Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan.

  2. Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada pemasok untuk mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.

  3. Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang dibuat pada saat bahan diterima.

Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada tingkat minimum pemesanan kembali (Reorder Point). Rumus Reorder Point (ROP):

  • Jika tanpa safety stock (SS) atau persediaan pengaman atau persediaan penyanggah:
    ROP = AU x LT

  • Jika dengan adanya safety stock:
    ROP = (AU x LT) + SS

dimana:
AU = average used (pemakaian normal bahan baku)
LT = lead time (selang/ tenggang waktu antara pemesanan bahan baku dan tersedianya bahan di pabrik yang siap digunakan dalam produksi)
SS = persediaan minimum yang diinginkan = (pemakaian maksimum - pemakaian normal) x lead time

Bila lead time lebih cepat dari yang diperkirakan maka biaya pemeliharaan akan bertambah.
Bila lead time lebih lambat dari yang diperkirakan maka perusahaan akan kekurangan persediaan.

Bagian penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang apabila barang yang dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan antara barang yang diterima dengan barang yang dipesan. Pencocokan ini berguna untuk meningkatkan pengendalian atas standar barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIBELI

Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok barang yang dibeli meliputi harga faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai dengan bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah biaya angkut pembelian.

Dalam praktiknya sering terjadi variasi untuk mengimplementasikan penentuan harga pokok bahan baku yang dibeli, misalnya perlakuan biaya angkut pembelian bahan baku untuk berbagai jenis bahan yang dibeli dalam satu paket pembelian. Hal ini dapat menimbulkan masalah pengalokasian biaya angkut pembelian tersebut untuk masing-masing jenis bahan baku yang diangkut.

Biaya angkut ini dapat diperlakukan sebagai:

  • Elemen biaya overhead pabrik.
    Perlakuan ini lebih praktis karena dapat mengurangi kesulitan pengalokasian sehingga kesulitan dalam perhitungan harga perolehan bahan bakupun dapat diminimalisasi, namun demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

  • Elemen harga pokok perolehan bahan baku (material).
    Perlakuan ini memerlukan dasar alokasi biaya angkutan bahan baku. Misalnya, perbandinganharga fakturyang dibeli atau perbandingankuantitas fisik bahan.

PENCATATAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIBELI

Dalam akuntansi ada dua sistem pencatatan bahan baku yaitu sistem pencatatan fisik (physical) dan sistem pencatatan perpetual. Jika arus bahan baku relatif kecil masih bisa menggunakan sistem pencatatan fisik karena jumlah barang relatif tidak banyak dan mutasi persediaan juga tidak tinggi sehingga pimpinan perusahaan masih mampu melakukan pengendalian persediaan.

Dalam perusahaan dengan arus bahan baku yang relatif tinggi sistem pencatatan perpetual lebih banyak digunakan dengan tujuan untuk mempermudah pengendalian persediaan.

Pimpinan perusahaan dapat setiap saat melihat jumlah barang yang ada di gudang lewat catatan pembukuan. Dalam sistem pencatatan fisik semua pembelian dicatat dalam rekening pembelian sedangkan dalam sistem pencatatan perpetual semua pembelian dicatat dalam rekening persediaan.

PENCATATAN BAHAN BAKU

Pemakaian bahan baku dalam perusahaan manufaktur melibatkan bagian produksi, bagian gudang, dan bagian akuntansi. Dalam rangka melakukan pengendalian bahan baku, perusahaan menetapkan prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku dimana bagian produksi mengisi bukti permintaan bahan (material requisition form) yang selanjutnya diserahkan ke bagian gudang.

Bukti permintaan bahan ini akan digunakan sebagai dokumen pembukuan atas transaksi pemakaian bahan. Pemakaian bahan baku ini selanjutnya dicatat oleh bagian gudang ke dalam kartu gudang. Bagian akuntansi akan melakukan pembukuan berdasarkan bukti permintaan bahan ke dalam kartu persediaan dan ke dalam buku jurnal.

PERHITUNGAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU

Dalam perhitungan pemakaian bahan baku, ada berbagai metode penilaian harga pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu:

  • Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out = FIFO).
    Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai (keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankaan pada arus biayanya dan bukan pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar pertama.

  • Metode Rata-Rata (Average).
    Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan disebut dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average). Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average). Dalam metode ini harga pokok per satuan bahan yang ada dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok semua bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya. Harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu harga pokok, yang dapat berubah setiap ada pembelian jika ada diskon pembelian dan atau terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.

PERLUNYA PENGELOLAAN BAHAN BAKU

Pengelolaan bahan baku/manajemen bahan baku adalah merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol aktivitas-aktivitas yang difokuskan pada arus bahan ke dalam, melalui dan dari organisasi.

Pengelolaan bahan baku / manajemen bahan baku memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
  • Berproduksi dengan efisiensi semaksimal mungkin.
  • Mengatur jumlah persediaan untuk mengendalikan dana yang tertanam dalam persediaan, dan lain-lain.

Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi, apakah produksinya berdasarkan pesanan atau produksinya berdasarkan produksi massal. Tujuan dari perencanaan bahan baku adalah untuk menekan (meminimumkan) biaya dan memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dengan dana tertentu.

Jika persediaan bahan < bahan yang dibutuhkan → proses produksi terhambat.
Jika persediaan bahan > bahan yang dibutuhkan → biaya penyimpanan meningkat.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pengendalian bahan yaitu:

  1. Tentukan jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah kebutuhan bahan, antara lain jumlah produksi yang akan dihasilkan dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk satu buah produk.

    Contoh: Pada tahun 2011, PT ABC merencanakan untuk berproduksi sebanyak 120.500 unit produksi, dimana untuk setiap produk memerlukan 2 kg bahan baku. Kebutuhan bahan selama setahun adalah 241.000 kg yaitu 120.500 dikali 2 kg.

  2. Jumlah bahan yang dibeli per pembelian.

  3. Kapan bahan harus dibeli.

  4. Persediaan minimum yang harus ada di gudang.

Sumber :
Sofia Prima Dewi, Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya, In Media

Menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999) biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan mengeluarkan biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi diklasifikasikan menjadi bahan baku (bahan langsung) dan bahan pembantu (bahan tidak langsung).

Akuntansi biaya bahan baku

Akuntansi biaya bahan baku diklasifikasikan menjadi dua kegiatan yaitu akuntansi pembelian dan pemakaian bahan.

  • Akuntansi pembelian bahan baku

    Pembelian bahan merupakan tanggung jawab bagian pembelian untuk mengadakan bahan dengan harga murah, kualitas baik dan tersedia tepat waktu. Dalam sistem pembelian bahan baku diperlukan dokumen-dokumen tersebut adalah surat permintaan pembelian, surat order pembelian laporan penerimaan barang dan faktur dari penjual.

  • Akuntansi pemakaian bahan baku

    Masalah yang timbul dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi adalah fluktuasi harga pembelian bahan baku. Harga beli bahan baku antara pembelian satu dengan pembelian yang lain biasanya berbeda, hal ini mengakibatkan harga pokok bahan baku persatuan yang ada digudang berbeda-beda, walaupun jenis bahan bakunya sama.

Unsur Biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli

Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku dari pembelian perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan perolehan bahan baku, seperti biaya pengangkutan dan biaya pergudangan.

image

Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi

Menurut Mulyadi (2005) dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang lain. Oleh karena itu persediaan bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok persatuan yang berebda-beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam pennetuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode pennetuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (materials costing methode) diantaranya adalah:

  • Metode identifikasi khusus.

  • Metode masuk pertama keluar pertama.

  • Metode masuk terakhir keluar terakhir.

  • Metode rata-rata bergerak.

  • Metode biaya standar.

  • Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.

Penentuan biaya bahan baku

Perencanaan dan pengendalian biaya bahan baku merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan, karena bila perencanaan dan pengendalian bahan baku dilakukan dengan baik dapat menghindari terjadinya kekurangan atau kelebihan bahan baku, yang keduanya dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti bagi perusahaan. Pada dasarnya perencanaan bahan baku dapat mengoptimalkan biaya, karena kelancaran arus dan harga bahan baku berpengaruh secara langsung terhadap biaya produksi. Apa yang tercantum dalam anggaran bahan baku merupakan sasaran yang harus dicapai pada periode yang akan datang.
Pengendalian biaya meliputi baik tindakan untuk memutuskan dan memotivasi usaha pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan memperbaiki tindakan yang efektif dan efisien.

Usaha yang dilakukan manajemen untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut adalah dengan memuat standar atau patokan, dalam hal ini adalah anggaran. Dengan demikian manajemen akan merasa dituntut untuk mencapai anggaran tersebut dan perusahaan juga harus dikendalikan pada arah tujuan tersebut.

Untuk tujuan pengendalian ini, manajemen akan membandingkan hasil-hasil operasi yang sesungguhnya dalam bentuk laporan dengan anggaran. Sehingga dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan tersebut akan dianalisis dan diselidiki untuk diketahui penyebabnya. Apabila penyimpangan dianggap tidak wajar, maka perusahaan akan mengambil tindakan atas penyimpangan tersebut.