Apa yang dimaksud dengan Berpikir ?

Berpikir

Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian dari psikologi kognitif. Berpikir merupakan aktivitas yang melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, misalnya pada saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.

Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.

Apa yang dimaksud dengan Berpikir ?

Berpikir merupakan aktifitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema yang harus dipecahkan. Arti lain dari berpikir ialah, daya jiwa kita yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara informasi dan pengetahuan yang kita miliki.

Oleh karena itu, berpikir berarti meletakkan hubungan antara bagian pengetahuan yang diperoleh manusia, yang dimaksud pengetahuan disini mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki atau yang diperoleh manusia. Hal senada dinyatakan oleh Anita taylor, et.al yang mendefinisikan berfikir sebagai proses menarik kesimpulan.

Macam-macam Berpikir

Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua macam:

  • Berpikir autistic (melamun), dengan berfikir autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.

  • Berpikir realistis (nalar/reasoning) adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Berpikir realistis ada 3 macam yaitu :

  • Berpikir deduktif yaitu mengambil dua kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum ke pernyataan yang khusus.

  • Berpikir induktif yaitu sebaliknya dimulai dari hal-hal yang khusus kemudian mengambil kesimpulan umum.

  • Berpikir evaluatif yaitu berfikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan.

Tingkat-Tingkat Berpikir Manusia


Menurut Frohn, salah satu seorang ahli jerman dari hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa tingkat-tingkat berpikir manusia ada tiga macam, yaitu :

  • Tingkatan Kongkret, yaitu Berpikir melalui bayag-bayang tanggapan khusus yang terjadi karena pengamatan panca indera, yang bersifat kongkrit, misalnya bayang- bayang (tanggapan)

  • Tingkat Skematis/Bagan, yaitu tingkat dimana bayang-bayang atau tanggapan tidak lagi begitu kongkrit. Misalnya orang telah memilih gambaran-gambaran/bayang- bayang umum oleh karena itu orang telah dapat membandingkan keadaan sifat-sifat dari berbagai benda yang pemah diamati.

  • Tingkat Abstrak, yaitu tingkat dimana orang telah menggunakan pengertian yang terbagi atas golongan-golongan. Misalnya dalam proses berfikinya orang tidak lagi membayangkan benda-benda.

Bentuk-bentuk Berpikir


Adapun bentuk-bentuk Berpikir adalah sebagai berikut:

  • Berpikir dengan pengalaman (routine thinking) Dalam bentuk Berpikir ini, banyak menghimpun berbagi pengalaman, dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita hadapi.

  • Berpikir respresentatif. Berpikir respresentatif sangat bergantung pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja. Tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan tersebut dignnakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.

  • Berpikir reproduktif. Dengan Berpikir reproduktif tidak menghasilkan sesuatu yang bam, tempi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah difikirkan sebelumnya

  • Berpikir Rasional. Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah digunakan cara-car Berpikir logis. untuk Berpikir ini tidak hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dan membanding-bandingkan hasil Berpikir yang telah ada, melainkan dengan keaktifan aka! untuk memecahkan masalah.

  • Berpikir kreatif. Dengan Berpikir kreatif dapat menghasilkan sesuatu yang baru, menghasilkan penemuan-penemuan baru.

Berpikir Secara kreatif harus memenuhi tiga syarat yaitu :

  • Kreatifitas melibatkan respon atau gagasan baru
  • Kreatifitas harus dapat memecahkan persoalan secara realistis
  • Kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan instight yang rasional, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.

Proses Berpikir kreatif ada lima tahap yaitu :

  • Orentasi: masalah dirumuskan, dan aspek- aspek masalah diidentifikasi;
  • Preparasi: pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang releven dengan masalah;
  • Inkubasi: pikiran istirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terns dalam jiwa bawah sadar kita;
  • lluminasi: masa inkubasi berakhir ketika pemikiran memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah;
  • Verifikasi: tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

Faktor yang secara umum menandai Berpikir kreatif

  • Kemampuan kognitif: kecerdasan diatas rata- rata, kemampuan melahirkan gagasan- gagasan baru, dan sebagainya.

  • Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal,

  • Sikap yang bebas, otonomi, dan percaya pada diri sendiri.

Fungsi Berpikir


Fungsi Berpikir ada tiga macam yaitu, membentuk pengertian, membentuk pendapat/opini, dan membentuk kesimpulan;

Membentuk pengertian

Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses Berpikir (dengan memanfaatkan isi ingatan) bersifat riel, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakikat sesuatu.

Pengertian dapat dibedakan menjadi dua bagian :

  • Pengertian Empiris (pengalaman) dapat diperoleh melalui pengalaman hidup sehari- hari, sehingga terdapat pengalaman yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya.

  • Pengertian logis dapat diperoleh dengan aktifitas pikir dengan sadar dan sengaja, dalam memahami sesuatu.

Menurut pembentukannya, terdapat 3 macam pengertian, Yaitu :

  • Pengertian pengalaman. Artinya pengertian itu terbentuk dari pengalamanpengalaman yang berturut-turut. Misalnya terbentuknya pengertian kursi.

  • Pengertian kepercayaan. Artinya pengertian itu terbentuknya melalui dari kepercayaan. Bukan karena apa-apa dan tidak pemah dialami. Misalnya pengertian tentang Tuhan, neraka dan surga.

  • Pengertian logis. Artinya pengertian itu terbentuk dan satu tingkat ke tingkat yang lain. Pengertian ini dapat terjadi dengan jalan:

    • Menganalisis. Misalnya pengertian tentang manusia, adalah analisa dari makhluk yaitu makhluk yang Berpikir.

    • Membanding-bandingkan. Misalnya membandingkan anak yang kurus terhadap yang gemuk.

    • Menjeratkan. Misalnya pengertian sesuatu yang nyata ditambah atau dikurangi, sehingga menjadi abstrak.

Membentuk Pendapat

Dapat diartikan sebagai hasil pekerjaan pikir dalam meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan yang lain, antara pengertian satu dengan yang lain, dan dinyatakan dalam suatu kalimat.

Ada dua macam pembentukan pendapat :

  • Pendapat yang positif, ialah pendapat yang menggabungkan, misalanya: Anak laki-laki, Anak pak amat, yang pincang, yang sekarang kelas 5 SD, yang nakal sekali, adalah Amat.

  • Pendapat yang negatif, ialah pendapat yang menceraikan. Misalnya amat, yang anak pak amat, yang pincang yang sekarang kelas 5 SD, adalah nakal sekali.

Membentuk kesimpulan

Membentuk kesimpulan dapat diartikan sebagai membentuk pendapat bam yang bedrdasar atas pendapat-pendapat lain yang sudah ada. Dalam menariok kesimpulan dapat menggunakan berbagai cara diantaranya adalah :

Kesimpulan yang diambil atas dasar analogi. Kesimpulan yang ditarik atas dasar induktif sintetis Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif analitis.

  • Kesimpulan analogi yang berarti benar, artinya kesimpulan analogi itu adalah kesimpulan yang di tarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain.

  • Kesimpulan induksi adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang kusus untuk mendapat yang umum. besi kalau dipanaskan akan memuai.

  • Kesimpulan deduksi ialah kesimpulan yang di tarik dari keputusan yang umum untuk mendapat keputusan yang kusus. Contoh, Semua manusia pasti mati.

Sumber : Andi Thahir, Psikologi Belajar

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, berpikir berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Secara sederhana berpikir diartikan sebagai memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Berpikir juga merupakan penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Dalam hal ini berpikir menjadi sebuah representasi symbol dari beberapa peristiwa atau item.

Menurut Plato, berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional.

Menurut pendapat Plato diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Di sisi lain, pendapat yang dikemukakan oleh kaum fungsionalis, yaitu bahwa berpikir merupakan kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua obyek atau lebih.

Terdapat 3 pandangan mendasar tentang berpikir, yaitu:

  • Berpikir adalah proses kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku.

  • Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif.

  • Berpikir diarahkan pada solusi atau menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah. Kemampuan individu satu dengan individu yang lain dalam pemecahan masalah adalah tidak sama. Kecepatan seseorang dalam menyelesaikan masalah antara lain tergantung kepada kemampuan inteligensi seseorang.

Referensi :

  • Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001
  • Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2012
  • Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013.

Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang telah diperoleh melalui indra dan ditujukan untuk mencapai kebenaran (Rakhmat, 1991).

Maxwell, (2004) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Menurut Khodijah (2006) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.

Menurut Solso, berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu

  1. berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku,

  2. berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan

  3. berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian- bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006).

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.

Berpikir adalah suatu aktivitas mental. Proses berpikir manusia memiliki dua ciri utama, yaitu:

  • Covert / unobservable (tidak terlihat).
    Proses berpikir terjadi pada otak manusia dan secara fisik tidak dapat dilihat prosesnya (dalam pengertian pemrosesan informasinya). Sejumlah ahli yang mencoba memantau proses berpikir secara fisik hanya menemukan aktivitas listrik arus lemah dan proses kimiawi pada otak manusia yang sedang berpikir.
    Dengan demikian, proses pengolahan informasi tak dapat diamati dan dilihat secara fisik maupun secara kimiawi. Pengolahan makna, baik semantic maupun visual bersifat abstrak sehingga tidak dapat dideteks denan panca indera.

  • Symbolic (melibatkan manipulasi dan penggunaan simbol)
    Dalam berpikir, manusia mengolah (memanipulasikan) informasi yang berupa symbol-simbol, (baik simbol verbal maupun visual). Simbol-simbol itu akan memberikan makna pada informasi yang diolah.

Proses berpikir merupakan salah satu rangkaian dalam mekanisme penafsiran terhadap stimuli. Dalam berpikir semua proses kognitif dilibatkan, mulai dari sensasi, persepsi dan memori.

Secara garis besar, ada dua macam cara berpikir, yaitu cara berpikir autistik dan berpikir realistik.

  • Berpikir autistik seringkali disebut sebagai mengkhayal, melamun atau berfantasi. Dengan berpikir autistik orang melarikan diri dari kenyataan, melihat hidup sebagai gambar-gambar yang fantastic.

  • Berpikir realistik disebut sebagai nalar (reasoning), yaitu berpikir secara logis, berdasarkan fakta-fakta yang ada dan menyesuaikan dengan dunia nyata, beserta semua dalil/hukum-hukumnya.

Berpikir realistik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

  • Berpikir deduktif
    Berpikir deduktif adaiah proses berpikir yang rnenerapkan kenyataan-kenyataan yang berlaku umum kepada hal-hai yang bersifat khusus. Kesimpulan yang dihasilkan dalam berpikir deduktif dimulai dari hal-hal umum menuju hal-hal khusus.

  • Berpikir induktif
    Berpikir induktif justru sebaliknya, dimulai dari hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Kesimpulan yang dihasilkan dalam berpikir induktif merupakan generalisasi dari hal- hal khusus.

  • Berpikir evaluatif.
    Berpikir evaluatif adalah dengan menilai baik-buruknya atau tepat-tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, seseorang tidak menambah atau mengurangi gagasan, tetapi menilainya berdasarkan kriteria tertentu.

Paling tidak ada tiga tujuan yang Ingin dicapai melalui berpikir, yaitu:

  • Untuk mengambil keputusan (Decision Making)
    Decision making memiliki tiga ciri, yaitu :

    1. Keputusannya adalah hasil dari suatu usaha intelektual,
    2. Keputusannya melibatkan pilihan dari berbagai alternatif,
    3. Melibatkan tindakan nyata.
  • Untuk memecahkan pesoalan (Problem Solving)
    Problem solving dilakukan melalui enam tahap, yaitu: identifikasi masalah menggaliingatan memahami situasi. Mencari jawaban dan kesimpulan. Mencoba dengan penyelesaian rnekanis (trial&error). Menemukan pemecahan masalah (insight solution).

    Problem solving juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor personal, Faktor situasional (mudah- sulitnya masalah, masalahnya baru sekali dihadapi sudah terbiasa, penting urang pentingnya masalah, ompleks sederhananya masalah) Faktor sosio-psikoiogis (motivasi, kebiasaan, emosi, sikap, dsb)

  • Untuk menciptakan gagasan baru (Create Ideas)
    Berpikir kreatif memiliki paling tidak dua sifat, yaitu: melibatkan/menghasilkan respons atau gagasan baru bersifatorisinal salah satu ciri berpikir kreatif adalah digunakannya pola berpikir divergen, yaitu dengan menghasilkan sejumlah kemungkinan (alternatif). Pola berpikir divergen dapat diukur dari ciri-cirInya, yaitu: Fluency, Flexibility, Originality

Berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.

Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan:

  • Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.

  • Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian- bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.

Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:

  • Pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya. Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.

  • Sempitnya pandangan, sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

Gambaran ini dapat dilihat bahwa berpikir pada dasarnya adalah proses psikologis kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya.

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko.

Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.

Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.

Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Solso (1998 dalam Khodijah, 2006) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.

Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan berpikir manusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subyek yang bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur bahas yang dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir dilakukan (Sudarminta, 2000).

Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional (Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995). Pada pendapat ini dikemukakan dua kenyataan, yakni:

  1. Berpikir adalah aktivitas; jadi subyek yang berpikir aktif.
  2. Aktivitas bersifat ideasional; jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.

Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006) membagi dua jenis berpikir, yaitu;

  1. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.

  2. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.

Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006) ada enam pola berpikir, yaitu :

  1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.

  2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

  3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

  4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya

  5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

  6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.

Solso (2001) mengemukakan bahwa berpikir adalah sebuah proses representasi mental yang dibentuk melalui transformasi informasi dan interaksi atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seseorang.

Tipe-Tipe Berpikir

Sternberg (1997) mengelompokan berpikir dalam tiga tipe:

1. Berpikir analitis

Berpikir analitis adalah dasar untuk memproses informasi. Komponen dari berpikir analitis meliputi kemampuan untuk memperoleh atau menyimpan informasi, memindahkan informasi, membuat perencanaan, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah serta menerjemahkan pikiran ke dalam performansi.

2. Berpikir kreatif.

Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan cepat.

3. Berpikir praktis

Berpikir praktis adalah kemampuan dalam menempatkan berbagai cara penyelesaian masalah dan kemampuan khusus untuk memperoleh pengalaman dari orang lain.

Williams (2005) membagi berpikir menjadi dua tipe:

1. Berpikir positif

Berpikir positif adalah kecenderungan individu untuk memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir optimis terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

2. Berpikir negatif

Berpikir negatif merupakan kecenderungan individu untuk memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu dengan pola pikir negatif selalu menilai bahwa dirinya tidak mampu dan terus menerus mengingat hal-hal yang menakutkan.

Pikiran negatif merupakan faktor yang berkontribusi terhadap depresi (Beck 1963; 1964). Orang yang berpikir negatif merasa putus asa dengan masa depannya. Mereka mempunyai sudut pandang yang negatif tentang dirinya, dunia, dan masa depan.

Integrasi keilmuan dapat ditinjau berdasarkan proses berpikir dengan asumsi bahwa pengetahuan, baik knowledge maupun sains merupakan hasil dari proses berpikir. Al-Quran mengajari manusia untuk berpikir. Berpikir identik dengan menggunakan akal. Berbeda dengan otak, akal bukanlah organ dari tubuh manusia. Akal identik dengan kemampuan dan proses berpikir. Berpikir dalam arti berusaha untuk memahami realitas untuk sampai pada kesimpulan tertentu.

Berpikir memiliki karakteristik tersendiri. Berpikir lebih bersifat empiris-faktual. Karena itu, berpikir akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam bentuk teori yang bersifat empiris, memiliki implikasi bagi pemecahan permasalahn umat manusia, serta mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Melakukan kajian terhadap sesuatu yang tidak bersifat empiris tidak termasuk proses berpikir. Hoodbhoy mengkritik para ilmuan Pakistan pada zaman Presiden Zia ul-Haq yang mengembangkan sains Islam yang tidak bersifat empiris, seperti analisis tentang struktur kimia-fisika jin, derajat kemunafikan, dan rembetan panas api neraka.[1]

Dengan menjadikan realitas sebagai obyek berpikir, Taqyuddin an-Nabhani[2] membagi metode berpikir menjadi dua bagian: metode berpikir rasional (at-thariqah al–‘aqliyyah) dan metode berpikir sains (at-thariqah al-‘ilmiyyah). Kedua metode berpikir tersebut sebenarnya tidak berbeda. Berpikir sains bersifat rasional, sistematis dan terorganisasi. Hanya saja, berpikir rasional cenderung mengandung perspektif tertentu sebagai pengaruh dari informasi yang dimiliki, baik berasal dari lingkungan sosial budaya, ideologi, kepercayaan, keyakinan atau agama. Berpikir rasional mengandung unsur subyektivitas; sedangkan berpikir sains lebih bersifat netral, obyektif dan bersifat eksperimental-laboratoris. Al-Quran mengajarkan metode berpikir rasional yang bertolak dari fakta. Metode berpikir rasional ialah metode al-Quran, metode Islam. Karena itu, berpikir rasional dapat menjadi acuan dalam merumuskan perspektif berpikir untuk mewujudkan integrasi keilmuan. Berpikir itu sendiri merupakan sesuatu yang paling berharga bagi manusia, paling mahal harganya dalam kehidupan, sekaligus menjadi tempat bergantungnya jalan kehidupan. Oleh karena itu, kita harus bersungguh-sungguh untuk memperhatikan aktivitas berpikir ini.

Hakikat dan Unsur-unsur Berpikir

Apakah berpikir itu? Berpikir pada hakikatnya merupakan usaha untuk memahami fakta (realitas empiris). Karena itu, salah satu unsur berpikir yang penting ialah fakta. Berusaha untuk memahami sesuatu yang berada di luar jangkauan indera (tidak empiris) bukan termasuk kegiatan berpikir. Berpikir harus menyimpulkan sesuatu yang berkaitan dengan realitas. Karena itu, berpikir memiliki implikasi yang sangat produktif bagi perumusan teori yang bersifat empiris, bagi pemecahan persoalan umat manusia dan bagi pengembangan masyarakat. Penemuan ilmiah hanya bisa dilakukan jika seseorang melakukan pengamatan terhadap reaslitas. Hoodbhoy[3] mengkritik para ilmuan Pakistan yang berusaha melakukan islamisasi sains dengan menjadikan obyek kajian hal-hal yang tidak empiris seperti struktur kimia dan fisika jin, derajat kemunafikan, rambatan panas api neraka, dan lain sebagainya yang tidak bersifat empiris. Berpikir tentang realitas memerlukan fakta yang terindera. Karena itu, unsur berpikir yang kedua ialah indera. Yang dimaksud dengan fakta yang terindera ialah fakta yang dapat diindera, baik langsung ataupun tidak langsung. Peralatan sebenarnya merupakan perpanjangan indera manusia, seperti kaca pembesar atau instrumen lainnya.

Kesimpulan tentang fakta sebagai hasil dari proses berpikir disimpan dalam benak. Karena itu, benak/otak manusia (ad-dimag) merupakan salah satu unsur penting dalam proses berpikir.

Unsur lain yang paling penting dalam berpikir ialah adaya informasi yang sudah dimiliki (ma’lumat sabiqah). Informasi dapat berasal dari lingkungan sosial, budaya, keyakinan, kepercayaan, ideologi, agama, termasuk keyakinan tentang tidak adanya Tuhan (atesis).

Berpikir atau sebut saja berpikir rasional atau metode ‘aqliyyah, merupakan proses pengkajian untuk mengetahui realitas sebagai obyek kajian dengan cara mentransfer fakta ke otak melalui indera, disertai dengan adanya sejumlah informasi pendahulu yang sudah dimiliki (ma’lumat sabiqah) yang akan digunakan untuk menafsirkan/menilai fakta yang ada. Penilaian ini, menurut Taqyuddin an-Nabhani, pada hakikatnya merupakan pemikiran (fikr) atau kesadaran rasional (al-idrak al-‘aqli). Karena itu, berpikir merupakan proses yang melibatkan: (1) fakta/realitas; (2) indera; (3) otak; dan (4) informasi yang dimiliki. Dengan proses berpikir ini akan terbentuklah sebuah kesadaran. Apa yang disebut ‘teori ilmiah’ pada hakikatnya merupakan kesadaran seseorang terhadap realitas. Dengan sendirinya ‘teori’ itu sarat nilai, baik nilai yang berasal dari agama (wahyu), ideologi maupun lingkungan social-budaya tertentu. Dalam konteks ini, an-Nabhani mempertanyakan obyektivitas teori-teori ilmiah yang tidak bersifat fisikal dan eksperimen yang melakukan kontrol variabel.[4]
Referensi Apa itu Berfikir? | Kuliah Pemikiran Islam