Apa yang dimaksud dengan Behaviour Finance

Behaviour Finance atau yang disebut dengan perilaku keuangan, apakah itu?

Analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tingkah laku atau perilaku keuangan (Behaviour Finance).

Shefrin (2000) mendefinisikan behaviour finance adalah studi yang mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para pemain saham tersebut dimana Shefrin (2000) menyatakan tingkat laku para praktisi.
Nofsinger (2001) mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan (a financial setting). Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Kedua konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi.

Perilaku keuangan ini mulai dikenal berbagai pihak terutama akademisi setelah Solvic (1969 dan 1972) mengemukakan aspek psikologi pada investasi dan stockbroker Tversky dan Kahneman (1974) menyampaikan penilaian pada kondisi ketidakpastian yang bisa menghasilkan heuristik atau bias. Kahneman dan Tversky (1979) dengan teori prospek dan dilanjutkan dengan pada tahun 1992 tentang Teori prospek Lanjutan. Thaler (1985) tentang Mental Accounting; Shefrin (1985, 2000) dengan berbagai tulisan untuk pengembangan perilaku keuangan dan sebuah buku Beyond Greed and Fear. Bondt (1998) menguraikan Potrait investor individu. Statman (1995), Golberg dan Nitzsch (1999) dan Forbes (2009) tentang Perilaku Keuangan.

Behavioral Finance adalah suatu kajian mengenai faktor psikologi yang mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Setelah menerima informasi dan fakta, investor mengambil keputusan berdasarkan faktor kognitif dan faktor emosi. Masalahnya kedua faktor tersebut sangat mudah mengalami bias atau penyimpangan.

  1. Bias kognitif:
    Kognisi adalah proses pemahaman, pengolahan, pengambilan kesimpulan atas suatu informasi atau fakta. Bias kognitif menggambarkan adanya penyimpangan atau kesalahan dalam proses tersebut.

2.Bias emosional:
Emosi lebih menitikberatkan perasaan dan spontanitas dibandingkan fakta. Bias emosional menggambarkan kesalahan keputusan karena mengabaikan fakta.

Behavioral finance menurut Riciardi (2000) ilmu yang di dalamnya ada interaksi dari berbagai disiplin ilmu ( interdisipliner ) dan terus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan isolasi. Behavioral finance tumbuh dari berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Dalam behavioral finance juga melibatkan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang ada pada diri manusia sebagai makhluk intelektual dan social yang akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan dalam melakukan tindakan.
Konsep Behavioral Finance
image
Sumber: Ricciardi 2000

Pompian (2006) juga berpendapat bahwa untuk mengerti behavioral finance perlu adanya pembagian menjadi dua sub topik, pertama behavioral finance micro yaitu menguji perilaku atau bisa dari investor individu berbeda dengan rational actors envisioned in classical economic theory. Kedua, behavioral finance macro yaitu mendeteksi dan menggambarkan bahwa behavioral models dapat menjelaskan terjadinya anomalies (penyimpangan) in Efficient Market Hyphotesis . Mike Brooks (2008) : “ Behavioral finance is based on the alternative notion that investors, or at least a significant minority of them, are subject to behavioral biases that mean their financial decisions can be less than fully rational ”. Berdasarkan definisi tersebut, maka pada dasarnya Investor akan menggunakan behavior finance sebagai alternatif pengambilan keputusan dalam berinvestasi, karena dari behavior finance dapat memberikan informasi untuk memprediksi bagaimana peluang ( opportunity ) berinvestasi, dalam hal ini investor bersikap secara rasional. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Harry Markowich dalam jurnalnya yang berjudul “ Portfolio Selection ” pada tahun 1952. Beliau menerangkan bahwa seorang Investor akan selalu berusaha menghindari risiko investasi. Hal yang dilakukan untuk meminimalisir risiko maka perlu dilakukan diversifikasi investasi. “ Don’t put all your egg in one basket ”, artinya jangan meletakkan telur pada satu keranjang, tapi letakkanlah pada lebih dari satu keranjang”. Diversifikasi investasi berarti melakukan investasi pada beberapa jenis investasi, beberapa bidang, dan bisa investasi yang berbeda arah.