Apa yang dimaksud dengan bauksit laterit?

Bauksit adalah endapant yang mengalami pemerkayaan alumunium oksida yang terbentuk dari batuan yang memiliki kadar alumunium nisbi tinggi. Bauksit memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan banyak digunakan dalam industri seperti otomotif, pesawat dan perkapalan.

Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline, syenit granit, andesit, dolerite, gabbro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite, dengan kandungan feldspar tinggi. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral-mineral alkali dan alkali tanah, sedangkan mineral-mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.

Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat seperti lempung akan terpecah-pecah, kemudian silikanya terpisahkan, sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup lama dan produk pelapukan yang terhindar dari erosi akan menghasilkan endapan lateritik.

Kandungan alumunium yang tinggi pada batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi. Laterit adalah zona endapan yang terbentuk sebagai hasil pelapukan. Kondisi-kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah:

  • adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
  • adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
  • porositas batuan yang tinggi sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
  • adanya pergantian musim atau cuaca hujan dan kemarau
  • adanya bahn yang tepat untuk pelarutan
  • relief bentuk permukaan yang relatif rata, yang memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
  • waktu yang cukup untuk terjadinya pelapukan

Penampang laterit

Secara umum penampang endapan bauksit laterit dari bawah ke atas secara berurutan adalah sebagai berikut:

  • Batuan Dasar (bedrock)
    Batuan dasar umumnya didominasi oleh batuan yang mengandung alumunium seperti nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabbro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite yang masih segar dan belum mengalami pelapukan sertaa tekstur asli batuan masih terlihat jelas

  • Zona Pelindian (intermediate horizon)
    Horizon ini merupakan zona transisi dari bedrock ke zona nodular di atasnya. Pada zona ini akan terjadi perubahan geokimia unsur dimana kadar SiO2 akan naik dan kandugnan Al2O3 DAN Fe2O3 akan turun. Mineral yang terdapat di zona ini adalah clay atau lempung yang mengandung unsur silika, sedikti alumunium dan besi dengan bentuk butiran halus.

  • Zona Nodular
    Pada zona nodular, hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi. Kadar Al2O3 dan Fe2O3 akan naik, sedangkan kadar Si)2 akan turun. Zona ini didominasi oleh mineral gibsit disamping juga terdapat hematit. Zona nodular merupakan zona endapan bauksit laterit.

  • Zona Tanah Penutup
    Zona ini umumnya didominasi oleh humus yang bersifat gembur

Faktor-faktor yang memengaruhi laterisasi

Faktor-faktor yang memengaruhi dalam pembentukan endapan bauksit laterit adalah sebagai berikut:

  • Batuan asal
    Batuan asal dalam pembentukan endapan bauksit laterit adalah batuan sedimen kaolinit serta batuan granit dan basalt. batuan ini memiliki elemen Al paling banyak dibandingkan dengan batuan lainnya, kadar Fe rendah dan banyak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung kuarsa sama sekali, mineral-mineralnya mudah lapuk (tidak stabil), dan komponen-komponennya mduah larut yang memungkinkan terbentuknya endapan bauksit.

  • Iklim
    Adanya pergantian musim hujan dan musim kemarau dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapt menyebabkan terjadinya proses akumulasi dan pemisahan unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapuka mekanis, dimana akan timbul rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.

  • Reagen-reagen kimia dan vegetasi
    Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. CO2 yang terlarut bersama air memegang peranan penting dalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus dapat menyebabkan dekomposisi batuan dan merubah pH laruan. Asam-asam humus ini erat hubungannya dengan vegetasi, dimana vegetasi akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti akar-akar pepohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak, humus akan lebih tebal. Vegetasi dan bakteri akan mempercepat proses pelapukan. Selain itu vegetasi dapat menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

  • Struktur geologi
    Struktur yang menyebabkan deformasi pada batuan, yang paling dominan dalam pembentukan endapan bauksit adalah struktur rekahan dibandingkan dengan struktur patahan. Batuan aluminosilikat memiliki permeabilitas dan porositas yang kecil sehigga penetrasi air menjadi sulit. Akan tetapi dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan air masuk dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

  • Topografi
    Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulais air dan ragen-reagen lain. untuk daerah landai air akan bergerak perlahan-lahan sehingga mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi yang lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan biasanya terdapat pada daerah landai sampai kemiringan sedang yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum. Hal ini menggambarkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam jumlah air yang meluncur lebih banyak dari pada air yang meresap, sehingga dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

  • Waktu
    Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang intensif dengan akumulasi unsur bauksit cukup tinggi.