Apa yang dimaksud dengan Atribusi Kausalitas atau Causal Attribution?

Causal Attribution adalah pendekatan yang menyarankan bahwa orang akan percaya jika tindakan orang lain disebabkan oleh factor internal dan eksternal yang dipengaruhi oleh tiga tipe informasi, yaitu:

  • Consensus, kejadian di mana orang lain berperilaku sama dengan orang yang sedang dinilai.
  • Consistency, kejadian di mana orang yang sedang kita nilai berperilaku sama di waktu yang lain.
  • Distinctiveness, kejadian di mana orang berperilaku dengan manner yang sama di dalam konteks yang lain.

Apa yang dimaksud dengan Causal Attribution ?

Fritz heider adalah orang pertama kali mengatakan bahwa “pada dasarnya orang selalu termotivasi untuk memahami perilaku orang lain dlm interaksi sosial dr hari ke hari”.

Teori Atribusi kausal bertujuan untuk memahami perilaku orang lain tersebut menggunakan prinsip kausalitas yg bersifat intuitif & common sense.

Untuk menentukan atribusi kausal ini didasarkan pada faktor internal (ability & effort) & eksternal (faktor situasi).

  • Faktor internal atau atribusi disposisional, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari diri orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh sifat–sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku).

  • Faktor eksternal atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari situasi tempat/lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan.

Bayangkan Ilustrasi berikut ini :

  • “Anda berencana untuk bertemu dengan seseorang saat makan siang, tapi dia tidak datang.”
  • “Anda meninggalkan pesan untuk teman anda, tapi dia tidak menjawab.”
  • “Anda mengharapkan promosi dalam pekerjaan, tapi tidak pernah terjadi.

Pertanyaan yang biasanya muncul pada benak anda dalam situasi tersebut adalah dengan membuat pertanyaan, “MENGAPA ???”

“Mengapa teman andatidak menepati janji?”
“Apakah dia lupa? Apakah dia sengaja melakukannya?”

Utk memudahakan pertanyaan tersebut, mulailah dengan pertanyaan:
“Apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal (sifat, motif/intensi), faktor eksternal (aspek fisik & situasi) atau kombinasi keduanya?”

Sebagai tambahan, psikolog Harold Kelley memberikan informasi tambahan yang diperlukan dalam melakukan atribusi kausal, yaitu aktor, situasi & stimulus.

Seperti halnya Heider, Kelley menggunakan semua informasi baikdari faktor internal maupun eksternal untuk menentukan perilaku seseorang. Dalam membuat atribusi yang akurat mengenai perilaku seseorang, dalam situasi tertentu ditentukan oleh:

  1. Distinctivenes
  2. Consistency
  3. Consensus

Konsensus (consencus) adalah situasi yang membedakan perilaku seseorang dengan perilaku orang lainnya dalam menghadapi situasi yang sama.

  • Bila seseorang berperilaku sama dengan perilaku orang kebanyakan, maka perilaku orang tersebut memiliki konsensus yang tinggi.

  • Tetapi bila perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka berarti perilaku tersebut memiliki konsensus yang rendah.

Contoh :

Pak Amin adalah penyuka lawakan yang dimainkan oleh group lawakan Srimulat. Setiap menonton pertunjukan Srimulat, pak Amin selalu tertawa terpingkal-pingkal dan orang lain pun juga tertawa. Dalam contoh ini dapat kita katakan bahwa perilaku pak Amin dalam hal tertawa menonton lawakan Srimulat berkonsensus tinggi (high consencus). Tetapi bila hanya pak Amin saja yang tertawa sedangkan orang lain tidak tertawa, maka perilaku pak Amin tersebut memiliki konsensus yang rendah.

Konsistensi (consistency) adalah sesuatu yang menunjukan sejauh mana perilaku seseorang konsisten (ajeg) dari satu situasi ke situasi lain.

Contoh :

Jika pak Amin selalu tertawa menonton Srimulat pada hari ini atau kapanpun pak Amin menonton Srimulat selalu tertawa, maka perilaku pak Amin tersebut memiliki konsistensi yang tinggi (high consistency). Semakin konsisten perilaku seseorang dari hari ke hari maka semakin tinggi konsistensi perilaku orang tersebut.

Keunikan (distinctivenss) menunjukan sejauh mana seseorang bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus atau peristiwa yang berbeda.

Contoh :

Kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat dan tertawa menonton lawakan lainnya juga (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin memiliki keunikan yang rendah (low distinctivess), tetapi kalau pak Amin hanya tertawa ketika menonton lawakan Srimulat sedangkan terhadap lawakan lainnya pak Amin tidak tertawa, maka perilaku pak Amin memiliki keunikan tinggi (high distictiveness).