Apa yang dimaksud dengan Asy-Syahiid atau Maha Menyaksikan ?

asy-Syahiid

Nilai yang terkandung di dalam asy-Syahiid:

Barangsiapa berdzikir dengan “Ya Syahiid”,Insya Allah menjadikan orang yang mengamalkannya kembali kepada kebenaran dari kebatilan.

Apa yang dimaksud dengan Asy-Syahiid atau Maha Menyaksikan ?

Kata Al-Syahid berasal dari akar kata syahida, yang terdiri dari huruf-huruf syin, ha’, dan dal, yang makna dasarnya berkisar pada “kehadiran”, “pengetahuan, informasi dan kesaksian.” Kata Asy-Syahîd sebagai nama Allah dalam Al-Qur`an diulang sebanyak 20 kali.

Allah Asy-Syahîd, Allah Maha Menyaksikan seluruh makhluk-Nya. Tidak ada yang tersamarkan atau terlewatkan. Persaksian-Nya sempurna dan menyeluruh, baik lahir maupun batin, dekat atau jauh, samar atau jelas, yang telah, sedang, atau akan terjadi, di mana pun dan kapan pun. Semuanya sama bagi-Nya.

Allah berkalam, yang artinya,

“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupa- kannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (al- Mujâdilah: 6).

Persaksian Allah adalah persaksian yang sempurna dan agung. Sehingga cukuplah Allah sebagai saksi. Kalam-Nya, yang artinya,

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (al-Fath: 28).

Allah Asy-Syahîd, Allah Maha Disaksikan rububiyah-Nya, keagungan-Nya, kesempurnaan-Nya, dan penciptaan-Nya. Allah berkalam, yang artinya,

“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. ” (al-A’râf: 172).

Karena itu, sebenarnya tidak ada keraguan atas keberadaan-Nya, bahwa Dia-lah Rabb pencipta alam semesta. Allah berkalam, yang artinya,

“Berkata rasul-rasul mereka, “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? ” (Ibrahim: 10).

Seorang hamba yang meneladani nama Asy-Syahîd, harus mampu menjadi pribadi yang jujur di mana pun dan kapan pun. Ia mampu menjadi saksi yang jujur dan menegakkan persaksian karena Allah. Lebih dari itu, ia harus mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain, sehingga kebaikannya dapat disaksikan oleh seluruh manusia, seperti firman-Nya

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah: 143).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009