Apa yang dimaksud dengan Asma bronchiale?

Asma bronchiale atau asma

Asma bronchiale atau asma adalah kondisi ketika saluran udara meradang, sempit dan membengkak, dan menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas.

Apa yang dimaksud dengan Asma bronchiale ?

Asma bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronchial berespons secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu.

Asma bronchiale adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi klinis adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah baik secara spontan maupun dari pengobatan (The American Thorasic Sociaety).

Penyebab


Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperesponsif terhadap iritan. Alergi mempengaruhi keberadaan maupun tingkat keparahan asam, dan atopi atau predisposisi genetic untuk perkembangan respo Ig-E terhadap allergen udara yang umum merupakan factor predisposisi terkuat untuk berkembangnya asma.

  1. Pajanan allergen (orang yang sensitive) dan allergen yang umum: debu, Jamur, dan bulu binatang.
  2. Infeksi virus.
  3. Iritan : Polusi udara, asap, parfum,sabun deterjen.
  4. Jenis makanan tertentu (terutama zat yang ditambahkan dalam makanan) 5). Perubahan cepat suhu ruangan.
  5. Olahraga terutama yang berlebihan.
  6. Stres psikologis. (Muscari, 2005).

Patofisiologi


Stimulus atau terpapar allergen menyebabkan reaksi inflamasi. Stimulasi allergen dapat meningkatkan sirkulasi Ig E, mast sel dan makrofag sehingga menyebabkan pengeluaran histamine, basophil, eosinophil, neutropil, platelet, limposit T dan prostaglandin. Akibat inflamasi maka bronchus mengalami kontriksi, edema mukosa dan meningkatnya produksi secret sehingga terjadi obstruksi dan sumbatan jalan nafas, yang mana menyebabkan perubahan Ventilasi-perfusi, meningkat pernafasan, hipercapnea, dan hipoksemia jika tidak segera diatasi akan menyebabkan gagal nafas. (Potts dan Mandleco, 2005).

Manifestasi Klinis


Manifestasi klasik pada anak dengan asma bronchiale adalah terdengar Wheezing saat ekspirasi, batuk kronis, dyspnea. Keluhan lain adalah tachypnea, nyeri dada, kelelahan, peka terhadap rangsang, penggunaan otot pernafasan, cuping hidung dan ortopnea, pada anak yang besar saat duduk tampak bahu diangkat ke atas dengan tangan menahan pada paha dan posisi agak membungkuk.

Pada anak yang sering mengalami kekambuhan maka bentuk dada Barrel Chest dan penggunaan otot pernafasan saat berbafas. Sedangkan pada anak yang mengalami distress nafas berat akan mengalami diaphoresis, cyanosis, dan pucat. (Potts dan Mandleco, 2005).

Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik


Diagnosa asma dibuat berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostic yang terdiri dari :

  1. Pemeriksaan fungsi parru untuk menentukan luasnya/beratnya asma.

  2. Pemeriksaan Peak exspiratory flow rate (PEF) dilakukan diakhir ekspirasi untuk mengukur aliran udara perliter dalam satu menit, PEF rendah/lambat selama episode akut sebab perubahan ekspirasi dan tertahanya secret sehingga terjadi obstruksi jalan nafas.

  3. Pemeriksaan rongsen (X-Ray) untuk mengetahui penyakit lain.

  4. Pemeriksaan test kulit untuk mencari faktor reaksi allergen yang dapat menyebabkan reaksi asma.

  5. Pemeriksaan analisa gas darah umumnya normal dan untuk memeriksa adanya hipoksemia, hiperkapnea atau asidosis.

  6. Kadar leukosit naik jika terdapat infeksi. (Potts dan Mandleco, 2005).

Komplikasi


Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan asama brochiale adalah:

  1. Status asmatikus
  2. Pneumotorak
  3. Atelektasis
  4. Empisema

Penatalaksanaan


Menurut Depkes (2008) penatalaksanaan secara umum meliputi:

  1. Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernafasan bias dirawat dirumah denag terapi penujang. Tidak perlu diberi bronchodilator.

  2. Anak dengan distress pernafasan atau mengalami wheezing berulang beri salbutamol dengan nebulasi atau MDI (metered dose inhaler), jika tidak tersedia salbutamol maka beri beri suntikan epineprin/adrenalis subcutan. Kaji kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan terapi selanjutnya :

    • Jika distress pernafasan membaik dan tidak ada nafas cepat maka dirawat dirumah dan berikan salbutamol hirup atau sirup atau peroral.

    • Jika distress pernafasan menetap maka anak dirawat di rumah sakit dan berikan terapi oksigen, bronchodilator kerja cepat.

  3. Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bias minum maka dirawat, berikan terapi oksigen dan bronchodilator dan obat lain (jenis obat)

  4. Jika dirawat maka berikan oksigen, bronchodilator kerja cepat dan berikan steroid dosis pertama dengan segera. Respons positif (distress pernafasan berkurang, udara masuk trdengar elbih baik saat auskultasi) harus terlihat dalam 20 menit. Bila tidak terjadi beri bronchodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.

  5. Jika tidak ada respons setelah 3 dosis nronchodilator keja cepat maka beri aminopilin intra vena.

Jenis obat-obatan


Menurut Depkes (2008), Obat-obatan Bronchodilator kerja cepat, meliputi:

  1. Salbutamol Nebulasi
  2. Salbutamol MDI
  3. Epineprin (adrenalin) sub cutan
  4. Bronchodilator oral : Steroid, aminopilin dan antibiotik.

Penatalaksanaan


Pemberian obat digunakan untuk membantu memperbaiki obstruksi jalan nafas dan meningkatkan fungsi pernafasan. Intervensi keperawatan difokuskan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, memenuhi kebutuhan cairan, meningkatkan istirahat dan menghilangkan stress pada anak dan orangtua. Dukungan pada keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak serta memberikan informasi cara mengatasi serangan akut:

  1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
    Jika anak mengalami kesulitan bernafas maka berikan suplemen oksigen dengan menggunakan kanule atau masker, posisi anak dengan semifowler atau duduk tegak dengan penyangga, observasi menggunakan oksimetri dan status pernafasan serta jelaskan pada keluarga semua prosedur yang diberikan pada anak. Monitor efek samping pemberian obat aerosol dan observasi tanda vital.

2). Memenuhi kebutuhan cairan.
Pemberian cairan sering diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan keseimbangan cairan dan mengatasi sumbatan oleh secret dan penyempitan jalan nafas. Hindari pemberian berlebihan karena dapat menyebabkan edema paru. Cairan peroral diberikan secara perlahan, obervasi intake dan output dan observasi status hidrasi.

3). Meningkatkan istitahat dan menghilangkan stress.
Anak yang mengalami serangan asama akut sering mengalami kelelahan dan kehabisan tenaga sehingga anak ditempatkan diruangan khusus bila memungkinkan dan tenang.

4). Dukungan keluarga untuk berpartisipasi.
Berikan penjelasan pada keluarga dan orangtua tentang perkembangan kondisi anak minimal 2x/hari dan libatkan keluarga dalam perawatan anak.