Apa yang dimaksud dengan As Salaam atau Maha Pemberi Keselamatan ?

As Salaam

Nilai yang terkandung di dalam as-Salaam:

Barangsiapa yang terus-menerus membaca lafaz “Ya Salaam” sebanyak 141x setiap hari, Insya Allah akan terhindar dari segala bencana.

Apa yang dimaksud dengan As Salaam atau Maha Pemberi Keselamatan ?

Allah swt. adalah As-Salam, artinya Dia terhindar dari segala kekurangan, dari segala aib dan kepunahan yang dialami oleh para makhluk. Atau Yang menyelamatkan kaum mukminin dari siksaan.

Kata As-Salâm diulang dalam Al-Qur`an sebanyak 5 kali. Satu kali sebagai sifat Allah, yaitu terdapat pada surat al-Hasyr: 23. As-Salâm sebagai sifat Allah, menurut ulama, memiliki arti bahwa Allah Mahaselamat dari adanya sesuatu yang menyerupai-Nya, selamat (terhindar) dari segala cacat atau noda, selamat dari segala sesuatu yang mengurangi kesempurnaan-Nya, dan selamat dari segala sekutu yang pernah tebersit dalam pikiran manusia.

Zat Allah, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya, seluruhnya terhindar dari segala noda, keburukan, dan kekurangan. Tidak ada yang lahir dari perbuatan Allah kecuali kebaikan dan Dia selamat dari segala keburukan.

Allah berkalam, yang artinya,

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya….” (as-Sajdah: 7).

Semua yang datang dari Allah adalah kebaikan, sekalipun menurut pandangan manusia tidak baik. Contoh, penyakit yang diderita seseorang adalah sebuah keburukan, menurut orang tersebut. Namun, bagi dokter adalah sebuah ‘kebaikan’. Bisa jadi suatu musibah bagi sebagian orang adalah keburukan, tetapi bagi sebagian lainnya adalah kebaikan.

Hal tersebut dikarenakan pengetahuan manusia yang sempit dan dangkal. Sedangkan seluruh perbuatan Allah terjadi sesuai dengan ilmu Allah yang Mahaluas, sesuai dengan keadilan dan kebijakan-Nya. Allah berkalam, yang artinya,

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah: 216).

Dengan demikian, pada hakikatnya tidak ada kejadian di muka bumi ini yang buruk, karena semua berasal dari perbuatan Allah. Untuk itu, Allah berhak untuk dipuji dalam segala hal. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah, Rasulullah saw ketika melihat sesuatu yang menyenangkan, maka beliau mengucapkan:

“Segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan-Nya, segala kebaikan menjadi sempurna.”

Namun, jika beliau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, beliau mengucapkan

“Segala puji bagi Allah dalam segala kondisi.”

Di antara makna As-Salâm juga adalah Allah Maha Pemberi keselamatan bagi seluruh makhluk-Nya. Tidak ada yang mampu memberi jaminan keselamatan hakiki, kecuali Allah yang memiliki keselamatan sempurna. Maka, sudah seharusnya manusia hanya memohon kepada Allah agar diberikan keselamatan di dunia dan akhirat.

Sebagaimana Rasulullah saw mengajari kita sebuah doa:

“Ya Allah, Engkau Pemberi keselamatan dan keselamatan itu hanyalah dari-Mu. Mahasuci Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan.” (HR. Muslim).

Seseorang yang selalu berzikir dengan nama As-Salâm, serta menghayati dan meneladaninya, akan selalu berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesama. Minimal, ia mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan orang lain, baik berupa ucapan maupun perilaku. Hati dan pikirannya pun selalu ia jaga dari segala penyakit hati. Karena dari hati yang busuk, akan lahir perilaku yang kotor. Ia sadar bahwa seorang yang mengaku beragama Islam, harus memberikan keselamatan bagi orang lain (HR. Muslim) dan membawa kedamaian di mana pun berada. Karena ia tahu, bahwa kata Islam sendiri memiliki akar kata yang sama dengan nama Allah, As-Salâm.

Orang yang mampu meneladani sifat As-Salâm dengan benar, maka ia akan kembali kepada Allah dengan hati selamat (asy-Syu’arâ`: 89) dan Allah masukkan ke surga yang penuh kedamaian dan kesejahteraan, Dâr as-Salâm (al-An’âm: 127). Allah pun akan mengucapkan salam kepada mereka sebagai balasan di akhirat (Yâsîn: 58).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman , Semarang, Pustaka Nuun, 2009

Al-Salam adalah nama Allah yang ke-5 dari 99 Asmaul Husna. Al-Salam berari Yang Maha Menyelamatkan atau Yang Maha Sejahtera. Kata Al-Salam hanya disebut sekali dalam al-Quran, yaitu pada surat al-Hasyr (59): 23.

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Kata Al-Salam berasal dari kata salima yang berarti keselamatan, ketenteraman, kedamaian, dan yang semisalnya. Allah dinamai Al-Salam karena Dia terhindar dari segala aib, kekurangan, dan kepunahan yang dialami oleh para makhluk. Al-Salam dapat juga berarti bahwa Allah yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaan-Nya. Ada lagi yang mengartikan Al-Salam bahwa Allah yang memberi salam kepada hamba-hamba-Nya di surga kelak. Makna ketiga inilah yang ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yasin (36): 58).

Menurut al-Ghazali, Allah dinamai Al-Salam karena terhindarnya Zat Allah dari segala aib, sifat-Nya dari segala kekurangan, dan perbuatan-Nya dari segala kejahatan dan keburukan, sehingga dengan demikian tiada keselamatan atau keterhindaran dari aib dan keburukan yang diraih dan terdapat di dunia ini kecuali merujuk kepada-Nya dan bersumber dari-Nya.

Jika seseorang telah merasa yakin akan kesempurnaan Allah dan bahwa segala yang dilakukan-Nya adalah baik dan terpuji, maka ia harus percaya bahwa tidak sedikit keburukan atau kejahatan pun yang bersumber dari-Nya.

Seseorang yang meneladani Allah dalam sifat Al-Salam dituntut untuk menghindarkan hatinya dari segala aib dan kekurangan, dengki dan hasad, serta berkehendak untuk berbuat kejahatan. Al-Ghazali mengatakan: “Siapa yang selamat hatinya dari hal-hal tersebut, maka akan selamat pula anggota badannya dari segala kejahatan dan selamat pula hatinya dari kejungkir-balikan dan ketolak-belakangan, dan dengan demikian ia akan datang menghadap Allah dengan hati yang selamat.

Seseorang yang meneladani sifat Al-Salam ini, bila tidak dapat memberi manfaat kepada selainnya, maka paling tidak jangan sampai mencelakakan orang lain. Jika ia tidak dapat memberikan rasa gembira ke dalam hati orang lain, maka paling tidak ia jangan sampai meresahkannya. Dan jika ia tidak dapat memuji orang lain, maka paling tidak jangan sampai ia mencelanya.

Al-Quran menganjurkan untuk selalu menyampaikan salam tidak terbatas kepada yang berbuat baik saja, tetapi juga kepada yang berbuat jahil sekalipun. Allah berfirman:

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik…” (QS. al-Furqan (25): 63).

Begitu besarnya makna Al-Salam untuk diteladani, sehingga kita dianjurkan untuk selalu berdoa untuk mendapatkan salam dari Allah. Doa yang dapat dibaca selesai shalat wajib lima waktu misalnya adalah:

Artinya: “Ya Allah, Engkaulah As-Salam, dari-Mu bersumber As-Salam, dan kepada- Mu pula kembalinya As-Salam. Hidupkanlah kami, ya Allah, di dunia ini dengan As- Salam, dan masukkanlah kami kelak di negeri As-Salam (surga). Maha Suci Engkau, Maha Mulia Engkau, Ya Dzal Jalali wal Ikram.”