Apa yang dimaksud dengan Apriori?

Apriori

Apriori atau a priori berasal dari bahasa Latin a (dari) prior (yang mendahului). A priori mengacu kepada apa yang dapat kita asalkan dari defenisi-defenisi dan apa yang tersirat dalam makna ide-ide yang sudah diterima. A priori berarti tidak tergantung pada pengalaman indrawi. A priori digunakan dalam konteks konsep-konsep seperti “niscaya”, “pasti”, “deduktif”, “benar secara universal”, “bawaan”, “intuitif”

Apriori menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. Atau dengan kata lain, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berpikir dan memiliki asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman dan akhirnya mengambil kesimpulan.

Immanuel Kant mengatakan bahwa pengenalan adalah sintesis antara unsur apriori dengan unsur aposteriori . Unsur apriori memaikan peranan bentuk dan unsur aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant, unsur apriori sudah ada pada taraf indrawi. Oleh karena itu, pengenalan selalu ada dua bentuk pengenalan apriori , yaitu ruang dan waktu. Jadi, ruang tidak merupakan ruang kosong, di mana benada-benda diletakkan; ruang pada dirinya sendiri. Dan waktu tidak merupakan arus tetap, di mana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan. Kedua-duanya merupakan bentuk apriori dari pengenalan indrawi. Karena itu, kedua-duanya berakar pada struktur subyek sendiri.

  • Pengenalan pada taraf akal budi
    Pengenalan pada taraf akal budi ( verstand ) yang dibedakan dengan rasio (vernunft). Tugas akal budi adalah menciptakan orde antara data-data indrawi. Dengan kata lain, akal budi adalah yang mengucapkan putusan-putusan. Pengenalan akal budi merupakan sintesis antara bentuk (form) dan materi. Materi adalah data-data indrawi dan betuk adalah apriori yang terdapat pada akal budi.

Bentuk apriori ini oleh Kant disebut “kategori” yang terbagi menjadi sebagai berikut:

  • Kuantitas yang terbagi lagi menjadi tiga; kesadaran kesatuan, kesadaran pluralitas, kesadaran totalitas.
  • Kualitas dibagi lagi menjadi tiga bagian; realitas, negasi dan pembatasan.
  • Relasi dibagi menjadi tiga; substansi- aksidensi, sebab-akibat dan komunitas.
  • Modalitas yang dibaginya menjadi tiga; kemungkinan dan kemustahilan, eksistensi dan non-eksistensi, keniscayaan dan kontigensi.

Salah satu contoh antara substansi dan kausalitas sebagai berikut; kita membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka sahnya putusan itu tidak mesti langsung dari realitas, melainkan kita harus memikirkan hubungan kausalitas antara A dan B. Dengan penjelasan bahwa ketika kita misalnya melihat sesuatu dengan memakai kaca mata hitam, maka kita akan melihat semua obyek yang kita lihat hitam, tapi hitamnya bahwa obyek yang kita lihat itu adalah hitam. Jadi, hitamnya obyek yang kita lihat itu hanyalah bentuk keniscayaan bagi kita sendiri karena kita melihatnya memakai kaca mata hitam. Karena itu, Kant meskipun menegaskan kepastian dan keabsolutan sains, ia tetap menilai bahwa sains masih mempunyai keterbatasan dan kerelativan. Terbatas pada objek empiris, relatif sesuai dengan cara kita melihat dan memahaminya.

Apabila kewajiban merupakan paham apriori akal budi murni-artinya, kewajiban itu tidak ditentukan oleh realitas empiris seperti kebutuhan, tujuan dan nilai- lalu bagaimana mengetahui tindakan moral itu? Kant menjawab bahwa kriteria itu adalah Imperatif Kategoris. Imperatif kategoris adalah suatu perintah mutlak dan tanpa syarat. Pertama, dia berupa perintah, kedua bahwa perintah itu kategoris. Suatu perintah yang mengungkapkan suatu keharusan (sollen). Dalam hal ini ada tiga perintah: pertama, imperatif hipotetis praktis; suatu perintah dari luar yang mempunyai kepastian didapat apa yang diharapkan, misalnya jika ingin lulus ujian, kamu harus belajar rajin. Imperatif hipotetis minum obat. Sedang keputusan yang diambil adalah keputusan analitis; keputusan yang menuntut semua orang pada pilihan sarana tertentu untuk mencapai tujuan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Apriori mempunyai arti beranggapan sebelum mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain Apriori merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berfikir dan berasumsi tentang sesuatu sebelum mengetahui hal yang sebenarnya.

Asal kata apriori adalah bahasa Latin prius yang berarti unsur-unsur, dan a berati “tidak” atau “sebelum”, jadi, apriori adalah unsur-unsur sebelum, yaitu sebelum bertemu dengan pengalaman. Dan unsur-unsur yang dimaksud adalah kategori-kategori yang dimiliki manusia yang dipakai untuk mengolah data inderawi sehingga menghasilkan pengetahuan yang sahih atau handal.

Istilah ini paling sering dan penting dikemukakan oleh Imanuel Kant seorang filsuf besar. Bagi Kant, apriori berangkat dari dugaan tanpa bergantung yang empiris atau pengalaman yang bisa ditangkap oleh inderawi. Istilah ini dipakai untuk menyatakan bahwa manusia sudah memiliki kesadaran dalam dirinya sebelum bertemu dengan pengalaman-pengalaman dalam lingkungan dan dunianya. Kant menyatakan bahwa pengetahuan yang sahih bukan hanya bergantung dari pengamalam saja, sebab hal ini kurang logis berkenaan dengan waktu dan asal mula.Bagi dia, terdapat hal-hal yang selalu tidak bisa ditangkap dan dijelaskan oleh inderawi saja. Imanuel Kant meyakini bahwa ada sesuatu yang menjadi “dalang” atas pikirannya.Dan dia memakai istilah “transenden” untuk menunjukkan subyek yang niscaya sudah ada itu.