Apa yang dimaksud dengan Anggaran Tenaga Kerja (Direct Labor Cost Budget)?

Anggaran Tenaga Kerja (Direct Labor Cost Budget) adalah suatu rencana anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang jumlah jam kerja karyawan dan tenaga kerja untuk satu periode maupun periode yang akan datang.

Apa yang dimaksud dengan Anggaran Tenaga Kerja (Direct Labor Cost Budget) ?

Secara struktural, anggaran tenaga kerja harus sesuai dengan struktur rencana tahunan, oleh karena itu anggaran ini harus menunjukkan biaya dan jam kerja langsung menurut tanggung jawab, menurut waktu, dan menurut produk. Apabila waktu kerja standar dan tarif upah rata-rata dikembangkan dengan cara yang sehat yang mungkin dapat diterapkan sehingga penyusunan budget tenaga kerja dapat dengan mudah dilaksanakan.

Biaya kerja langsung sehari-hari terlepas dari pengawasan langsung. Banyak perusahaan mengembangkan standar-standar kerja yang realistis untuk banyak aktivitas. Standar ini dibandingkan dengan hasil sebenarnya dan dilaporkan setiap hari.

Laporan ini pada dasarnya menunjukkan:

  1. Jam yang dikerjakan sebenarnya
  2. Jam standar untuk produksi sebenarnya
  3. Selisih waktu

Disamping biaya kerja langsung sehari-hari, kadang laporan juga dibuat bulanan. Di dalam laporan ini harus menyajikan imformasi yang sebenarnya, menurut tanggung jawab mengenai kerja langsung yang dibandingkan dengan standart-standart yang telah ditetapkan. Laporan ini dimaksudkan manajemen untuk menilai status pengendalian. Laporan ini menggugah manajemen untuk melakukan efisiensi operasi yang lebih tinggi. Laporan pelaksanaan kerja langsung dapat berupa:

  1. Laporan-laporan tersendiri
  2. Dimasukkan dalam laporan departemen

Perencanaan Upah Tenaga Kerja Langsung


Pada dasarnya Budget tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan rencana laba tahunan, mengingat upah tenaga kerja merupakan pas biaya yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya lainnya. Budget tenaga kerja harus dikembangkan menurut jam kerja langsung dan biaya kerja langsung dan juga harus dikembangkan menurut tanggung jawab dan menurut priode antara, hal, ini penting untuk penaksiran biaya produksi tiap produk. Banyak perusahaan mengembangkan label- label tenaga kerja sebagai cara untuk membantu dalam merencanakan dan mengendalikan seluruh upah tenaga kerja. Dan perusahaan juga harus menetapkan sistem upah yang digunakan, dibawah ini ada beberapa sistem upah, yaitu:

  1. Sistem upah harian
  2. Sistem upah perpotong
  3. Sistem upah bonus

Berdasarkan sistem upah harian tiap karyawan diberi suatu jumlah untuk satu hari kerja. Satu jumlah jam kerja tertentu biasanya terdiri hari standart dan oleh karena sistem upah harian sama dengan sistem upah per jam. Sistem upah perpotong berdasarkan jumlah upah dari pada jumlah barang produksi yang diproduksi karena menurut teori karyawan harus dibayar menurut hasil kerja nyata.

Dalam sistem upah bonus setiap karyawan dibayar secara harian didalam memproduksi sejumlah minimum tertentu, dan untuk jumlah diatas minimum karyawan menerima tambahan kompensasi berupa bonus yang biasanya menurut jumlah potongannya. Dari penjelasan dari sistem upah ini, jelaslah sistem upah perpotonglah yang sesuai dengan atau untuk budget tenaga kerja.

Disamping mengenai sistem upah, laporan produksi yang dibuat didalam pabrik harus menunjukkan dan menggambarkan banyaknya jumlah barang yang diproduksi atau unit yang diproduksi dalam satu hari atau jam. Dalam laporan tenaga kerja harus menunjukan ongkos tenaga kerja produk itu, sehingga ongkos persatuan tenaga kerja dapat dengan segera ditentukan. Namun perlu diketahui bahwa dalam penyusunan Budget tenaga kerja perlulah kiranya kita membuat suatu perencanaan waktu kerja standart.

Di dalam perencanaan waktu kerja standart ada empat macam rancangan yang umum digunakan, diantaranya adalah:

  1. Studi-studi waktu dan gerak
    Di dalam studi ini di analisa kerja yang dibutuhkan suatu produk (per departemen) dengan memperinci sederetan operasi atau aktivitas. Pada umumnya analisa ini dilakukan oleh para insinyur. Hasil dari analisa ini dapat digunakan sebagai dasar input dasar guna pengembangan kebutuhan-kebutuhan jam kerja langsung untuk memenuhi kebutuhan produksi yang telah direncanakan. Studi ini umumnya merupakan pendekatan kearah penetapan waktu kerja standart

  2. Biaya standart
    Penelahaan seksama jam kerja langsung pada dasarnya harus dilakukan mengingat didalam akuntansi biaya digunakan biaya-biaya standart. Didalam biaya standart, penyimpangan-penyimpangan pasti terjadi. Dan penyimpangan tersebut harus dibudgettir dari jam-jam kerja standart yang dimasukkan dalam rencana laba tahunan.

  3. Penaksiran langsung oleh pengawas
    Untuk melakukan penaksiran ini pengawas harus bertumpu pada:

    • Pertimbangan
    • Pelaksanaan oleh departemen yang dilaporkan dari priode berjalan
    • Bantuan dari pengawas.
  4. Taksiran-taksiran statistik oleh kelompok staf
    Pendekatan ini sering digunakan untuk departemen produksi yang menghasilkan produk lebih dari satu Rasio historis jam kerja langsung terhadap sesuatu ukuran produksi fisik dihitung dan kemudian disesuaikan dengan perobahan-perobahan yang direncanakan dalam pusat tanggung jawab itu. Kebenaran perhitungan ini tergantung pada kebenaran catatan-catatan biaya. Kelemahan metode ini ialah pemborosan-pemborosan diwaktu lalu diproyektir kewaktu akan datang.

Dari rancangan diatas, walaupun suatu metode praktis untuk suatu departemen belum tentu praktis untuk departemen lain. Jadi prosedur-prosedur perlu diperbaiki terus menerus dan prosedur baru yang lebih praktis harus digunakan.

anggaran tenaga kerja

Tarif tenaga kerja


Jika mungkin untuk mengaitkan jumlah produksi dengan jam kerja langsung dan terhadap rencana tarif upah untuk tiap departemen produksi, maka perhitungan biaya kerja langsung hanya menyangkut perkalian satuan dengan yang lainnya. Dalam suatu perusahaan tertentu mungkin terdapat satu departemen produksi atau lebih dimana pendekatan langsung ini lebih praktis penggunaannya.

Penentuan tarif upah langsung rata-rata dalam suatu departemen produksi atau pusat biaya tertentu biasanya tidak menimbulkan suatu problema yang gawat. Ancangan demikian yang dipilih menaksir tarif-tarif dengan jalan menghitung tenaga kerja langsung di departemen ini dan tarif upah mereka yang diharapkan. Kemudian menghitung rata-ratanya.

Suatu pendekatan yang kurang cermat terhadap suatu penentuan rasio historis antara uapah yang dibayar dengan jam kerja langsung yang dikerjakan di departemen produksi. Rasio historis ini kemudian disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang telah berubah atau memang diharapkan berubah. Perlu dipahami, bahwa upah rata-rata yang didasarkan pada data historis hanya berguna untuk perencanaan waktu yang akan datang apabila terdapat konsistensi-konsistensi dalam aktivitas dan jam-jam yang dikerjakan ditetapkan dengan tarif yang berbeda.

Dalam beberapa hal, besar departemen, diversivitas pekerjaannya, dan variasi-variasi dalam upah per jam dapat berbeda, sehingga departemen ini harus dibagi lebih lanjut menjadi pusat-pusat biaya. Kemudian untuk rnasing-masing pusat biaya harus direncanakan taksiran kerja langsung dan tarifupah rata-rata tersendiri.

Jika departemen akuntansi biaya menggunakan sistem harga pokok standart, maka tarif upah standart yang digunakan untuk hal ini (penyusunan budget tenaga kerja) akan tetapi kita perlu membudgetir selisih-selisih tarif upah tertentu antara kelonggaran-kelonggaran perencanaan budget.

Sumber :

Narumondang Bulan Siregar, Penyusunan Anggaran Perusahaan sebagai Alat Manajemen dalam Pencapaian Tujuan, Universitas Sumatera Utara