Apa yang dimaksud dengan Analytic Phylosophy?

Analytic phylosophy atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai filosofi analitik yang kemudian istilah ini berasal dari bahasa Yunani yakni Ana yang berarti ‘sepanjang’, Lysis yang berarti ‘kalah’ dan Filosofi yang berarti ‘pecinta kebijaksanaan’ adalah gerakan filosofis abad ke-20, dominan di Inggris Raya dan Amerika Serikat sejak Perang Dunia Kedua, terutama dengan cara bahasa menyandikan konsep.

Catatan: Para pendiri gerakan ini adalah filsuf Inggris G.E. Moore (1873- 1958) dan Bertrand Russell. Moore dan Russell mengklaim bahwa tugas utama Filsafat adalah menentukan bagaimana bahasa kebenaran atau kepalsuan yang dikodekan atas dasar itu struktur logis. Ide seperti itu menarik Cambridge, filsuf Austria Ludwig Wittgenstein, yang kemudian menjadi tokoh sentral dalam gerakan dunia. Menurut Wittgenstein, pada akhirnya adalah terdiri dari fakta-fakta sederhana tujuan bahasa untuk disandikan, metafisik, pernyataan teologis, dan etis, oleh karena itu, secara faktual tidak ada artinya. Secara paradoks, Wittgenstein menyangkal pendapatnya sendiri pandangan dalam Philosophical yang diterbitkan secara anumerta Investigations (1953), memperdebatkan hal itu pekerjaan yang setelah perhatian diarahkan ke cara bahasa sebenarnya digunakan dalam bahasa biasa wacana, fluiditas kaya linguistik makna memperjelas proposisi itu melakukan lebih dari sekedar fakta encode sederhana. Filsafat Wittgenstein menyimpulkan, dengan demikian harus memfokuskan upayanya pada penyelesaian masalah yang muncul sebagai akibat dari inbuilt "'ambiguitas dalam bahasa. Filsuf John * Austin kemudian mempertahankan itu, pada kenyataannya, sebagai titik awal untuk penyelidikan filosofis harus menjadi analisis perbedaan yang sangat halus digambar dalam * tindak tutur yang dibawakan selama percakapan biasa. Willard Quine (1908-) juga mengemukakan hal itu berbicara dengan satu cara daripada yang lain adalah a keputusan yang benar-benar pragmatis, bukan ontologis satu. Filsuf analitik kontemporer sekarang pertahankan perhatian itu pada struktur logis dari bahasa dan bagaimana caranya bahasa digunakan dalam wacana sehari-hari harus menjadi titik awal

Referensi: Marcel Danesi, 2000, Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and Communications, University of Toronto Press.