Apa yang dimaksud dengan An-Nuur atau Maha Bercahaya ?

an-Nuur

Nilai yang terkandung di dalam an-Nuur:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Nuur” sebanyak 70x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah akan diberi pancaran sinar illahi dalam menerima petunjuk-Nya.

Apa yang dimaksud dengan An-Nuur atau Maha Bercahaya ?

Kata An-Nûr memiliki akar kata yang terdiri dari nun-wau- ra yang berarti cahaya. Kata An-Nûr sebagai nama Allah, dapat ditemui dalam Al-Qur`an pada surat an-Nûr: 35.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dalam pemakaiannya di Al-Qur’an, kata Nur mempunyai sebelas makna, yaitu :

  1. agama Islam,
  2. iman,
  3. Pemberi petunjuk,
  4. Nabi Muhammad Saw,
  5. cahaya siang,
  6. cahaya bulan,
  7. cahaya yang menyertai kaum mukmin ketika menyebrang shirath (titian),
  8. penjelasan tentang halal dan haram yang terdapat dalam Turat,
  9. injil,
  10. Al-Qur’an,
  11. keadilan.

Allah An-Nûr, Allah Maha Pemberi cahaya, Pemilik cahaya, sumber cahaya. Yang Mahajelas pada diri-Nya, yang bersumber dari-Nya segala yang jelas. Cahaya-Nya tidak pernah tersentuh kegelapan. Cahaya keberadaan dan kekuasaan-Nya, terpancarkan kepada seluruh alam dan makhluk ciptaan-Nya.

Seorang hamba yang meneladani nama An-Nûr, akan selalu memperbaiki dirinya serta memupuk cahaya keimanan, keislaman, dan ihsan dalam dirinya. Dia senantiasa membersihkan hatinya dari berbagai penyakit yang dapat menghambat pancaran cahaya ilahi dan menjauhkan dirinya dari berbagai hal yang dapat menghalanginya untuk mendekatkan diri kepada sumber cahaya hakiki dan abadi.

Ia selalu menegakkan cahaya keimanan, kebenaran, dan keadilan, di mana pun ia berada, sehingga tercipta masyarakat yang bermandikan cahaya keimanan, kebenaran, dan keadilan. Cahaya yang dimilikinya tidak hanya menyinari dirinya, tetapi juga menjadi penerang bagi sekitarnya. Pada akhirnya, cahaya itu mengantarkannya kepada kehidupan abadi kelak di akhirat.

Allah berkalam, yang artinya,

”(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (dikatakan kepada mereka): ”Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (al-Hadîd: 12).

Doa orang yang meneladani nama An-Nûr adalah,

”Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (at- Tahrîm: 8).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009