Apa yang dimaksud dengan An-Naafi’ atau Maha Pemberi Manfaat ?

an-Naafi

Nilai yang terkandung di dalam an-Naafi’:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Naafi”sebanyak 70x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah dapat menentramkan hati yang risau.

Apa yang dimaksud dengan An-Naafi’ atau Maha Pemberi Manfaat ?

Kata An-Nâfi’ berasal dari kata nafa’a yang berarti bermanfaat. Nama ini tidak ditemukan dalam Al-Qur`an, tetapi ada beberapa yang menunjukkan bahwa Allah adalah yang memberi manfaat.

Allah sebagai Yang Maha Pemberi Manfaat, dijelaskan dengan sangat indah oleh Syaikh Al-Jerrahi sebagai berikut:

" Allah adalah Pencipta kebaikan. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya yang paling baik dan telah memberikan kepada kita karunia yang membuat kita unik dan unggul di antara seluruh makhluk yang lain. Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada manusia adalah akal, hati nurani, dan iman. "

Allah An-Nâfi’, Allah yang Mahakuasa menganugerahkan manfaat kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Maka, tidak ada satu pun orang yang mampu mencegah-Nya atau menghalangi- Nya. Semua terjadi sesuai dengan apa yang menjadi kehendak- Nya. Hanya Dia yang memiliki kemudaratan dan kemanfaatan.

Allah berkalam, yang artinya,

”Katakanlah: ”Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (al- A’râf: 188).

Seorang hamba yang meneladani nama An- Nâfi’, selalu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, baik yang berupa kemudaratan atau kemanfaatan, sesungguhnya adalah dari Allah. Tidak ada satu pun yang mampu menolak atau menghalangi apa yang menjadi kehendak Allah. Namun, sebagai hamba yang meneladani Allah, tidak akan menisbatkan keburukan atau kemudaratan kepada Allah. Sebagaimana Allah kalamkan,

”Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (an-Nisâ`: 79).

Dalam meneladani An-Nâfi’, ia selalu melakukan sesuatu yang memberikan manfaat, baik untuk dirinya atau orang lain. Sebagaimana Rasulullah sabdakan, yang artinya,

”Sebaik-baik orang adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR. Baihaqi).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009