Apa yang dimaksud dengan Alih Kode?

alihkode

Pada bidang sosiolinguistik, terdapat salah satu materi mengenai alih kode.
Apa yang dimaksud dengan Alih Kode?

Alih kode biasanya terjadi pada masyarakat bilingual atau multilingual. Menurut Hymes (1875:103) alih kode tidak hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Namun, karena di dalam suatu kode terdapat berbagai kemungkinan variasi (baik variasi resional, variasi kelas sosial, ragam, gaya atau register) maka peristiwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau alih register. Peralihan juga dapat diamati lewat tingkat-tingkat tata bunyi, tata kata, tata bentuk, tata kalimat, maupun tatawacananya. Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat multilingual.

Adapun menurut Apple (1976:79) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Sedangkan Spolsky (1998) mendefinisikan alih kode sebagai proses perubahan bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain di tengah suatu ujaran/tutur. Sejalan dengan, Spolsky Romaine (1989:110), Hoffman (1991) dan Muysken (1995) mendefinisikan alih kode sebagai proses pengalihan bahasa oleh seorang bilingual atau multilingual (yang menguasai lebih dari satu bahasa) dan digunakan dalam satu percakapan secara bersamaan.

Adapun Poplack (1998) berpendapat bahwa,

code switching is the alternation of two languages within a single discourse, sentence or constituent”.

Appel (dalam Chaer 2010) alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian Bahasa karena berubahnya situasi. Hymes (dalam Chaer 2010) menyatakan bahwa alih kode terjadi tidak hanya antarbahasa, tetapi terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu Bahasa.

Hymes (dalam Chaer dan Agustina: 2004) menyatakan lain tentang alih kode seperti halnya dikemukakan oleh Appel yang menyatakan bahwa peristiwa alih kode itu terjadi antarbahasa. Namun, Hymes menyatakan bahwa alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, melainkan dapat terjadi pula antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat di dalam satu bahasa. Secara lengkapnya, Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004), mengatakan ” code switching has become a common term for alternate us of two or more language, varieties of language, or even speech styles ”.

Dari pendapat kedua tokoh tersebut, jelas bahwa pengalihan bahasa (B1 ke B2) yang dilakukan yaitu berkenaan dengan berubahnya situasi dari situasi tidak formal ke situasi formal, ragam santai ke ragam resmi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat diketahui pula bahwa alih kode terjadi antar bahasa atau dalam bahasa satu ke bahasa kedua, misalnya peralihan dari bahasa Indonesia ke bahasa Prancis, bahasa Jawa ngoko ke bahasa Jawa krama, dan lain sebagainya.

Faktor Penyebab Alih Kode

Suwito (dalam Rahardi 2010) menyebutkan bahwa alih kode yaitu peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A dan kemudian beralih menggunakan kode B, peralihan Bahasa seperti itu disebut sebagai alih kode. Secara umum alih kode disebabkan oleh berbagai hal diantaranya:

  1. Pembicara atau penutur,

  2. Pendengar atau lawan tutur,

  3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga,

  4. Perubahan formal ke informal atau sebaliknya, dan

  5. Perubahan topik pembicaraan (Chaer:2010).

Gejala Alih Kode

Gejala peralihan pemakaian bahasa dalam suatu tindak komunikasi ditentukan oleh penutur dan mitra tutur, kehadiran P3, dan pengambilan keuntungan. Tindakan komunikasi seorang dwibahasawan dalam mengalihkan pemakaian bahasa ini dilakukan dengan adanya kesadaran dari si pemakai bahasa tersebut. Dengan demikian, alih kode itu sendiri merupakan suatu gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi karena berubahnya situasi. Alih kode terjadi antarbahasa, dapat pula terjadi antarragam dalam satu bahasa.

Macam-Macam Alih Kode

Poejosoedarmo (dalam Rahardi 2010) membagi alih kode menjadi alih kode sementara ( tempory code switcthing ), yaitu pergantian kode bahasa yang dipakai oleh seorang penutur yang berlangsung sementara, dan alih kode permanen ( permanent code switching ), yaitu peralihan bahasa yang terjadi berlangsung permanen.

Suandi (2014) menyatakan alih kode adalah pemakaian bahasa atau kode itu masih mendukung fungsinya sendiri-sendiri sesuai dengan isi (konteks) yang dipendamnya. Sementara itu, Ritchie dan Bhatio (1996) dalam Nahdiah (2012) mengelompokkan fungsi alih kode menjadi beberapa jenis, yakni;

1)Kutipan (quotation),
2) Spesifikasi Lawan bicara (addressee specification),
3) Interjeksi atau pelengkap kalimat (interjection or sentence filler),
4) Pengulangan pernyataan (reiteration),
5) Penjelas pesan (message qualification).

Poplack (1980), dalam Romaine, 1989) alih kode terdiri dari tiga jenis yaitu, tag switching, intersentensial, dan intrasentensial. Tag switching adalah jenis yang tergolong dalam satuan elemen bebas yang terdapat dalam bahasa pada sebuah kalimat pertanyaan atau pernyataan yang biasanya terletak di awal atau akhir kalimat.

Intrasentensial Switching menurut (Appel & Muysken 1987, dalam Nahdiah, 2012) menyebutkan bahwa intrasentensial switching occurs within a sentence or a clause‘.Alih kode intrasentensial terjadi dalam sebuah kalimat atau sebuah klausa’. Biasanya ditemukan dalam bentuk kata atau frasa.

Intersentensial Switching menurut Poplack (1980) dalam Hendar dan Tina Sesar Yunita (2012) “this is the most complex type of code switching because the speaker has to control two linguistic system simultaneously.”

Intersentensial switching adalah jenis yang paling jarang digunakan karena dibutuhkan keluwesan bagi pembicara untuk dapat berbicara dalam dua bahasa sekaligus dalam bentuk yang lebih kompleks yaitu dalam bentuk klausa atau kalimat.

Berkaitan dengan alih code (code switching) ini, Chaer and Agustina (2010) menjelaskan bahwa alih kode adalah penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur dalam kaadaan tertentu dangan sadar.

Menurut Poplack (1980), dalam Romaine (1989) alih kode terdiri dari tiga jenis yaitu, tag switching, intersentensial, dan intrasentensial. Tag switching adalah jenis tergolong dalam satuan elemen bebas yang terdapat dalam bahasa pada sebuah kalimat pertanyaan atau pernyataan. Contoh Tag switching yang termasuk ke dalam discourse markers adalah you know, I mean, by the way, hi, okay, dan lain-lain.

Intrasentensial Switching menurut (Appel & Muysken 1987,dalam Nahdiah, 2012) menyebutkan bahwa Intrasentensial switching occurs within a sentence or a clause‘. Intrasentensial terjadi pada sebuah kalimat atau sebuah klausa’. Biasanya ditemukan dalam bentuk kata atau frasa.

Intersentensial Switching menurut Poplack mengatakan “this is the most complex type of code switching because the speaker has to control two linguistic system simultaneously” hal ini merupakan tipe alih kode yang paling kompleks karena penutur harus mengendalikan dua sistem bahasa secara bersamaan.

Intersentensial switching adalah jenis alih kode yang membutuhkan keluwesan bagi pembicara untuk dapat berbicara dalam dua bahasa sekaligus dalam bentuk yang lebih kompleks yaitu dalam bentuk klausa atau kalimat (Hendar dan Tina Sesar Yunita2012). Lebih lanjut, faktor penyebab terjadinya alih kode dalam masyarakat tertentu dapat disebabkan oleh beberapa hal.

Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti latar belakang. Chaer dan Agustina (2010), menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadi antaranya yaitu: 1) Penutur, 2) Mitra tutur, 3) Hadirnya penutur ketiga, 4) Perubahan situasi, 5) Topik pembicaraan.