Menurut Ibnu Faris, kata Al-Wakil yang terambil dari akar kata wakala mempunyai makna pengandalan pihak lain tentang urusan yang seharusnya ditangani oleh yang mengandalkan. Mewakilkan artinya menyerahkan kepada yang lain, bisa berupa materi atau nonmateri. Kata Al-Wakîl sebagai nama Allah dalam Al-Qur`an disebutkan sebannyak 11 kali.
Allah Al-Wakîl, Yang Maha Mewakili, mengurus, dan memelihara segala urusan makhluk-Nya. Kepada-Nya-lah segala permasalahan dan urusan diserahkan dan dikembalikan. Karena Dia-lah yang Maha Mencukupi, mengurus, dan menanggung segala kebutuhan makhluk-Nya. Hanya kepada-Nya tempat menyerahkan diri dan Dia Maha Mencukupi siapa saja yang menyerahkan urusannya kepada-Nya.
Allah berkalam, yang artinya,
“dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Wakîl (Pemelihara).” (al-Ahzâb: 3).
Dalam ayat lain dijelaskan,
“…Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala- berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?” Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku.” Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri.” (az- Zumar: 38).
Seorang hamba yang meneladani nama Al-Wakîl, akan selalu mengikat dan menyandarkan seluruh usaha dan hasilnya hanya kepada Allah. Ia paham dan mengerti bahwa sekuat apa pun usaha dan ikhtiar manusia, sangatlah lemah dan tidak berdaya di hadapan kekuasaan dan ketentuan Allah. Makhluk boleh berusaha dan menentukan, tetapi tidak akan terjadi kecuali apa yang menjadi ketentuan-Nya. Sementara ketentuan-Nya adalah rahasia-Nya.
Kewajiban seorang hamba hanyalah berusaha sekuat tenaga dan sepenuh jiwa, lalu menyerahkan segalanya kepada Allah Al-Wakîl dengan sepenuh pikiran dan keyakinan. Kebenaran orang dalam bertawakal kepada Allah adalah terletak kepada kebenarannya dalam berusaha. Jika seseorang sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, niscaya ia akan sungguh-sungguh dalam berusaha. Karena usaha dan tawakal, keduanya adalah perintah Allah swt.
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009