Apa yang dimaksud dengan Al-Wahhaab atau Maha Pemberi ?

al-Wahhaab

Nilai yang terkandung di dalam al-Wahhaab:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Wahhaab” sebanyak 300x pada setiap selesai shalat fardhu maka Allah SWT akan menjauhkan kesempitan dalam hidupnya, dimudahkan jalan rezekinya sehingga ia tidak pernah mendapat kemiskinan selama hidupnya.

Apa yang dimaksud dengan Al-Wahhaab atau Maha Pemberi ?

Nama Al-Wahhâb memiliki akar kata “wahaba” yang berarti memberi sesuatu tanpa mengharap imbalan. Dalam Al- Qur`an, nama Al-Wahhâb diulang sebanyak 3 kali, yaitu terletak dalam surat Ali Imran: 8, Shâd: 9 dan 35. Semuanya merupakan sifat Allah.

Allah Al-Wahhâb artinya Allah yang Maha Memberi tanpa mengharap kembali. Allah-lah yang memberikan berbagai kasih sayang dan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman kepada-Nya atau mengingkari-Nya. Allah memberi tanpa diminta dan pemberian-Nya terus berulang dan berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan manusia yang memberi, tapi tidak jarang mengharap balasan, baik materi atau nonmateri. Kalaupun manusia tidak mengharap balasan, ia tidak dapat memberi secara berkesinambungan, karena suatu saat ia juga membutuhkan orang lain.

Ketiga ayat yang memuat nama Al-Wahhâb, jika kita perhatikan, semuanya berkaitan dengan keluasan rahmat Allah.

  • Pertama, Ali Imran: 8. Allah berkalam, yang artinya, “(Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”

  • Kedua, Shâd: 9. Allah berkalam, yang artinya, “Atau apakah mereka itu memunyai perbendaharaan rahmat Rabbmu Yang Mahaperkasa lagi Maha Pemberi?”

  • Ketiga, Shâd: 35. Ayat ini berkaitan dengan doa Nabi Sulaiman as, “Ia berkata: “Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” Semua ayat di atas menunjukkan luasnya rahmat Allah yang Maha Memberi kepada seluruh makhluk-Nya. Maka, pantaslah jika Allah disebut sebagai Al-Wahhâb.

Seorang hamba yang memohon sesuatu kepada Allah, sebaiknya memperbanyak berzikir dengan nama Al-Wahhâb. Seorang mukmin yang meneladani nama Al-Wahhâb, akan selalu berusaha menjadi orang yang dermawan dan suka memberi tanpa harap kembali. Selalu mengulurkan tangan bagi siapa pun yang membutuhkan bantuan, tanpa melihat latar belakang orang yang meminta pertolongan. Karena, orang yang suka menolong sesama Muslim, maka Allah berjanji akan menolongnya, terutama di hari yang semua orang sulit mendapatkan pertolongan (HR. Muslim).

Sumber :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014

Al-Wahhab adalah nama Allah yang ke-16 dari 99 Asmaul Husna. Al-Wahhab artinya Yang Maha Pemberi. Apa yang telah diciptakan Allah di muka bumi ini, tanpa kecuali, semuanya diperuntukan oleh Allah kepada manusia. Betapa banyak anugerah yang telah diberikan Allah kepada manusia. Tak terhitung jumlah pemberian Allah yang telah dilimpahkan kepada manusia. Bahkan Allah menegaskan bahwa manusia tidak akan sanggup untuk menghitung jumlah pemberian Allah kepadanya. Pemberian Allah kepada manusia bisa jadi berupa sesuatu yang bersifat fisik dan juga non-fisik.

  • Pemberian Allah yang bersifat fisik antara lain keindahan dan keserasian tubuh yang kita miliki dan perlengkapan hidup lainnya seperti yang tersedia di alam sekitar kita.

  • Pemberian Allah yang bersifat non-fisik antara lain adalah akal, nafsu, hati dan petunjuk kehidupan yang berupa agama.

Allah Swt. berfirman dalam surat Ali Imran ayat 8:

Artinya: “(Mereka berdo’a): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau- lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali ‘Imran (3): 8).

Apabila seorang manusia menyadari sepenuhnya akan apa yang telah diterimanya dari Allah yang demikian melimpah ini, maka dengan serta merta ia akan mensyukuri hal itu. Orang yang memiliki kesadaran seperti ini, maka ia akan memanfaatkan dan menggunakan apa yang telah diterimanya itu sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah. Ia akan menggunakan apa yang telah dimilikinya sebagai sarana atau alat untuk mengabdi kepada Allah. Karena bagi orang itu, pengabdian yang dilakukannya belumlah dan bahkan tidak sebanding dengan apa yang telah diterimanya dari Allah.

Ketika seseorang misalnya, menduduki suatu jabatan tertentu, maka jabatan itu dipergunakan untuk kemaslahatan dan kebaikan banyak orang; tidak ada rumus dalam dirinya untuk korupsi dan memperkaya diri, atau bahkan menempatkan keluarganya dalam jabatan-jabatan lainnya. Ketika misalnya ia memiliki kekayaan yang cukup atau berlimpah, tidak sulit baginya untuk mengeluarkan zakat, sadaqah, dan infak; tidak hanya ditumpuk untuk kepentingan pribadi dan keluarganya semata. Oleh karena itu, hendaknya, kita pun bisa meneladani apa yang telah dicontohkan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi, karena itu sedapat mungkin, sesuai dengan apa yang kita miliki, kita harus memberikannya kepada pihak lain. Contohnya adalah seperti tersenyum , yang dalam ajaran Islam pun disebut sebagai sadaqah.