Apa yang dimaksud dengan Al-Mumiit atau Maha Mematikan ?

al-Mumiit

Nilai yang terkandung di dalam al-Mumiit:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Mumiit” sebanyak 90x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah baginya akan dibangkitkan semangatnya yang asalnya ia sudah berputus asa.

Apa yang dimaksud dengan Al-Mumiit atau Maha Mematikan ?

Kata Al-Mumît memiliki akar kata maut, yang berarti mati. Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Mumit, Allah ingin menegaskan bahwa Dia pemegang kematian bagi makhluk-makhluk-Nya. Jika Dia sudah memutuskan kematian bagi seseorang maka tak seorang pun yang mampu menahannya.

Kata Al-Mumît tidak terdapat dalam Al-Qur`an, walaupun kata kerja dari kata tersebut yang pelakunya adalah Allah, terdapat dalam beberapa ayat.

Allah Al-Mumît, Allah yang Maha Mematikan yang hidup, sesuai dengan ketentuan –Nya. Dia-lah yang menciptakan dan memiliki kehidupan maupun kematian. Semua tunduk pada ketentuan-Nya. Tidak ada satu pun makhluk yang mampu menghindar dari kematian yang telah Allah tentukan baginya.

Allah berkalam, yang artinya,

“Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (al-Hadîd: 2).

Sebagaimana kehidupan dan kematian makhluk Dia yang menentukan, Dia juga menentukan kehidupan dan kematian sebuah bangsa dan masyarakat. Allah berkalam, yang artinya,

“Tiap-tiap umat memunyai batas waktu (kejayaan dan keruntuhan). Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (al-A’râf: 34).

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Mumît, selalu berusaha mensyukuri kehidupan yang telah dianugerahkan kepadanya, dengan berbagai amal yang dapat menjadi bekal kelak ketika ia kembali kepada Allah. Termasuk mensyukuri nikmat kehidupan adalah terus menjaga kesehatan dan kehidupan yang Allah berikan dengan olah raga serta mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi.

Beberapa cara untuk meneladani nama Al-Mumît adalah dengan mematikan bisikan nafsu jahat, egoisme, dan perilaku jahat, mematikan keangkuhan dan kedengkian hati, mematikan kemarahan dan keinginan untuk balas dendam, sehingga hati akan terus hidup dan bersih. Dengan demikian, mudah untuk menerima pancaran sinar ilahi, sehingga hati selalu hidup dan sensitif terhadap segala sesuatu yang dapat merusak kesuciannya. Akhirnya, bisa kembali kepada Sang Pencipta kehidupan dan kematian, dengan hati yang penuh ketenangan.

Allah berkalam, yang artinya,

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai- Nya. masuklah ke dalam surga-Ku” (al-Fajr: 27-30).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009