Apa yang dimaksud dengan Al Mu’min atau Maha Memberi Keamanan ?

Al Mu’min

Nilai yang terkandung di dalam al Mu’min:

Apabila seseorang yang beriman membaca “Ya Mu‟min” sebanyak 168x setelah selesai shalat fardhu maupun sunnah, maka Allah SWT akan melimpahkan rasa percaya diri kepadanya dan kekuatan memelihara amanah serta mengaruniai keamanan kepadanya.

Apa yang dimaksud dengan Al Mu’min atau Maha Memberi Keamanan ?

Al- Mu’min diambil dari akat kata amina. Semua kata yang terdiri dari huruf-huruf alif, mim dan nun, mengandung arti “pembenaran” dan “ketenangan hati”. Quraish Shihab memahami kata mu’min dalam arti pemberi rasa aman seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surat Quraish [106]: 4,

“Dan Dia (Allah) memberi mereka rasa aman dari ketakutan.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kaum kafir pun memperoleh rasa aman, namun tentu saja rasa aman yang sempurna dirasakan oleh orang-orang mukmin.

Kata Al-Mu’min sebagai nama Allah, terdapat dalam AlQur’an satu kali, yaitu surat al-Hasyr: 23.

“Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23)

Jika mengacu kepada makna pembenaran, maka nama agung Al-Mu`min dapat diartikan Allah yang Maha Membenarkan diri-Nya atas keesaan-Nya, sebagaimana Allah kalamkan, yang artinya,

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah)….” (Ali Imran: 18).

Juga, Maha Membenarkan para nabi dan utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, janjijanji-Nya, dan para hamba-Nya yang mukmin kelak di akhirat dengan memberikan balasan surga.

Dengan demikian, nama Al-Mu’min menegaskan kepada kita, bahwa Allah adalah Maha Tepercaya atas segala-galanya, sehingga tidak pernah tebersit dalam pikiran manusia bahwa Allah berbohong atau mengkhianati. Allah berkalam, yang artinya,

“…Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (ar-Rûm: 6).

Az-Zajjaji mengatakan bahwa al-Mukmin dalam sifat Allah ada dua macam:

  • Diambil dari kata al-aman (keamanan)
    Dengan demikian, maknanya ialah mengamankan hamba-hamba-Nya yang beriman dari siksa-Nya sehingga mereka merasa aman darinya. Hal ini seperti dikatakan (dalam bahasa Arab),

    Fulan mengamankan Fulan, yakni memberikan kepadanya pengamanan sehingga dia merasa tenteram dan merasa aman.

    Demikian juga dikatakan bahwa Allah adalah al-Mukmin (Allah yang Maha Mengamankan), yakni memberikan pengamanan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Maka dari itu, tidak ada yang aman selain yang diberi pengamanan oleh-Nya.

  • Diambil dari kata al-iman yang berarti pembenaran.
    Berdasarkan kata ini, al-Mukmin mempunyai dua pengertian:

    • Allah adalah al-Mukmin, yakni Maha Membenarkan hamba-hamba-Nya yang beriman. Maksudnya, Allah ‘azza wa jalla membenarkan/ memercayai keimanan mereka. Jadi, pembenaran Allah terhadap mereka adalah penerimaan kejujuran mereka dan keimanan mereka serta pemberianpahala atas hal itu.

    • Allah adalah al-Mukmin, yakni membenarkan atau membuktikan kebenaran apa yang telah Dia janjikan kepada para hamba-Nya.

      Hal ini seperti ungkapan bahasa Arab,

      “Fulan jujur dalam ucapannya dan membuktikan kejujurannya.”

      Kalimat di atas diungkapkan apabila dia mengulang-ulang ucapannya dan menekankannya…. Jadi, berdasarkan pengertian kedua ini, Allah ‘azza wa jalla membenarkan apa yang Dia janjikan kepada hamba-hamba-Nya dan membuktikannya.

Ibnu Qutaibah mengatakan,

“Di antara sifat Allah adalah al-Mukmin, (dari kata al-iman, -red.). Asal makna iman adalah pembenaran. Jadi, seorang hamba yang mukmin ialah yang membenarkan dan membuktikan (keimanannya). Adapun Allah al-Mukmin artinya membenarkan apa yang Dia janjikan dan membuktikannya atau Allah menerima keimanannya. Bisa jadi pula, al-Mukmin diambil dari kata alaman, yakni tidak ada yang aman selain yang diamankan oleh Allah.”

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa al-Mukmin adalah salah satu nama Allah ‘azza wa jalla, Dzat yang mengesakan diri-Nya dengan firman-Nya,

“Dan Ilah kalian adalah Ilah Yang Esa.” (al-Baqarah: 163)

dan firman-Nya,

“Allah bersaksi bahwa tiada Ilah yang benar selain Dia.” (Ali Imran: 18)

Dikatakan pula bahwa maknanya ialah yang memberi keamanan kepada para wali-Nya dari siksa-Nya.

Ada pula yang mengatakan, bahwa al-Mukmin dalam sifat Allah artinya yang makhluk merasa aman dari kezaliman-Nya.

Dikatakan pula bahwa maknanya ialah yang membuktikan janji-Nya kepada para hamba-Nya.

Semua hal di atas termasuk sifat-sifat Allah ‘azza wa jalla. Sebab, Allah ‘azza wa jalla telah membenarkan dengan firman-Nya dakwah tauhid yang diserukan oleh hamba-hamba-Nya, seolah-olah Dia mengamankan makhluk dari kezaliman-Nya. Demikian pula apa yang Allah ‘azza wa jalla janjikan, berupa kebangkitan, surga bagi yang beriman kepada-Nya, serta ancaman neraka bagi yang kafir terhadap-Nya, maka Allah ‘azza wa jalla pasti akan membuktikannya. Tiada serikat bagi Allah ‘azza wa jalla. (dikutip dari kitab Shifatullah al-Waridah fil Kitab was Sunnah)

Adapun Ibnul Qayyim menjelaskan nama Allah al-Mukmin sebagai berikut. Di antara nama-Nya adalah al-Mukmin. Nama itu, menurut salah satu dari dua penafsirannya, bermakna Yang Membenarkan. Dia mendukung kebenaran orang-orang yang jujur dengan bukti-bukti yang Dia tegakkan guna mendukung kejujuran mereka. Allah ‘azza wa jalla pula yang mendukung kebenaran para rasul dan nabi-Nya dalam hal apa yang mereka sampaikan dari-Nya. Allah ‘azza wa jalla pun bersaksi bahwa mereka adalah orang-orang yang jujur.(Allah ‘azza wa jalla membuktikannya) dengan berbagai mukjizat yang menunjukkan kejujuran mereka, baik dengan takdir- Nya maupun dengan ciptaan-Nya.

Sebab, sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla mengabarkan—dan kabar-Nya adalah benar, ucapan-Nya pun benar—bahwa manusia mesti melihat tanda-tanda al-ufuqiyah (kauniyah) dan an-nafsiyah (yang ada pada jiwa manusia), yang menerangkan kepada mereka bahwa wahyu yang disampaikan oleh para rasul mereka adalah benar. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. …” (Fushshilat: 53)

Maksudnya, kebenaran al-Qur’an, karena al-Qur’anlah yang disebutkan terlebih dahulu dalam firmannya,

Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika (al-Qur’an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya? …” (Fushshilat: 52)

Lantas Dia mengatakan,

“… Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Rabbmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat: 53)

Maka dari itu, Allah ‘azza wa jalla bersaksi untuk rasul-Nya dengan firman-Nya bahwa yang dibawa oleh rasul adalah benar. Allah ‘azza wa jalla menjanjikan pula bahwa Dia akan memperlihatkan kepada manusia sebagian ayat-ayat-Nya, baik yang fi’liyah maupun khalqiyah, yang mendukung hal tersebut…. (Madarijus Salikin, 3/466)

Buah Mengimani Nama Allah al-Mukmin

Seorang hamba yang selalu berzikir asma Allah Al-Mu`min, maka dengan izin-Nya, Allah akan memberikan rasa aman, ketenangan jiwa, dan percaya diri.

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Mu`min, akan selalu berusaha untuk bisa dipercaya, amanah, menjauhi kebohongan dan korupsi, serta selalu berusaha untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada orang lain, kapan pun dan di mana pun ia berada. Rasulullah saw bersabda, yang artinya,

“Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah, tidaklah beriman.” Para sahabat bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang tidak memberikan rasa aman terhadap tetangganya dari gangguannya.”
(HR. Bukhari Muslim).

Selain itu, berdasarkan makna yang pertama bahwa Allah yang memberikan keamanan, mengimani nama ini membuat seseorang tidak putus asa dari rahmat Allah. Ia sadar, begitu pemurahnya Allah dan begitu sayang-Nya terhadap hamba-Nya. Jiwa pun menjadi tenteram saat dekat dengan-Nya. Ia yakin bahwa Allah akan melindunginya dari kedahysatan azab-Nya, mengamankan dirinya darinya, dan menenteramkannya. Semua itu dengan mudah didapatkan oleh seorang hamba dari-Nya, hanya dengan beriman secara benar dia akan memperoleh pengamanan itu.

Berdasarkan makna kedua bahwa Allah membenarkan hamba-Nya, baik hamba-Nya yang berkedudukan tinggi—yaitu para rasul dan nabi—dengan memberikan mukjizat atau bukti yang lain sebagai bukti kebenaran, maupun hamba-Nya yang kedudukannya lebih rendah dengan Allah menerima pernyataan iman mereka lantas membalasi mereka atas pernyataan iman mereka tersebut.

Jadi, mengimani nama tersebut membuahkan suatu keyakinan bahwa Allah ‘azza wa jalla tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya atau menelantarkan mereka. Allah ‘azza wa jalla pasti membantu dan mendukung mereka serta memberikan bukti kebenaran mereka yang beriman.

Adapun menurut makna yang ketiga bahwa Allah akan membuktikan kebenaran janji-janji-Nya, mengimani hal ini akan memberi kita harapan yang besar kepada janji-janji Allah. Kita juga yakin bahwa Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Mahabenar Allah ‘azza wa jalla atas apa yang Dia janjikan dan Mahapemurah Allah dengan karunia yang Dia berikan.

Hanya saja, harapan berbeda dengan angan-angan. Harapan harus disertai oleh usaha untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Kalau sekadar mengharap tanpa berbuat, itu hanyalah angan-angan.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman , Semarang, Pustaka Nuun, 2009
  • http://asysyariah.com/al-mukmin/

Al-mu’min adalah isim fa’il dari kata amana, yang artinya pemberi keamanan. Allah memiliki sifat al-mu’min artinya Allah adalah zat yang maha memberikan keamanan kepada makhlukNya. Merupakan sebuah naluri dan sifat fitrah manusia baik secara pribadi maupun sosial cenderung untuk mendapatkan rasa aman. Karena kecenderungan inilah, manusia sebagai khalifah harus memberikan rasa aman tersebut kepada alam semesta.

Rasulullah bersabda,

“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mendengar demikian para sahabat bertanya, “Siapakah yang engkau maksudkan ya Rasulullah?” Jawab rasulullah, “Yang tidak memberikan rasa aman tetangganya dari gangguannya.” (HR Bukhori).

Indahnya kehidupan ini jika setiap manusia memiliki sifat al-Mu’min. Ia akan saling memberikan rasa aman kepada sesamanya dan kepada makhluk Allah yang lain.

Memberikan rasa aman kepada orang lain dapat dilakukan dengan bersikap jujur, amanah dan dapat dipercaya. Sikap tidak jujur dan khianat serta mencari kesalahan orang lain dapat memicu ketidaknyamanan kehidupan orang lain. Prilaku mencuri, korupsi, tawuran adalah beberapa perilaku yang bertolak belakang dengan Asmaul Husna al-mu’min. Jika kita percaya bahwa Allah memiliki sifat al-mu’min, maka jadilah khalifah yang dapat mewujudkan sifat tersebut dalam kehidupan kita. Jadilah pemberi keamanan kepada makhluk Allah yang lain.