Apa yang dimaksud dengan Al-Mu’iid atau Maha Mengembalikan ?

al-Mu'iid

Nilai yang terkandung di dalam al-Mu’iid:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Mu’iid” sebanyak 100x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah ia akan diberi petunjuk jalan keluar, sehingga dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil.

Apa yang dimaksud dengan Al-Mu’iid atau Maha Mengembalikan ?

Kata Al-Mu’îd berasal dari kata ‘âda – ya’ûdu yang berarti kembali. Nama tersebut tidak terdapat dalam Al-Qur`an. Namun, terdapat kata kerja dari kedua nama tersebut yang pelakunya adalah Allah.

Dengan mengenalkan diri-Nya sebagai, Al-Mu’id, Allah menegaskan bahwa Dia mempunyai otoritas mutlak mengembalikan kejadian makluk-Nya kepada keadaan semula.

Allah Al-Mu’îd, Allah yang Maha Mengembalikan segala sesuatu dari tiada. Seandainya ada orang yang telah mati, dibakar hingga hancur berkeping-keping, dan abunya ditebarkan ke seluruh aliran sungai atau ke ruang angkasa yang luas, lalu tersapu angin topan yang dahsyat sehingga abunya tidak dikenali lagi, maka sungguh Allah Mahakuasa untuk mengembalikan, menghimpun, dan menghidupkannya kembali.

Allah berkalam, yang artinya,

“Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (Yunus: 4).

Ayat lain menegaskan, yang artinya,

“Dan Dialah yang (Mubdi`) menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (ar-Rûm: 27).

Seorang hamba yang meneladani nama Al- Mu’îd, akan menyadari asal-usulnya, sehingga mampu mensyukuri berbagai nikmat yang telah diperoleh, terutama nikmat kehidupan. Rasa syukurnya diwujudkan dengan memperbanyak amal ibadah sebagai bekal hari Kiamat. Hari yang pasti akan dilalui semua manusia untuk menuju ke tempat yang abadi.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009