Apa yang dimaksud dengan Al-Malik atau Maha Merajai ?

al-Malik

Nilai yang terkandung di dalam al-Malik:

Barangsiapa yang memperbanyak membaca “Ya Malik” pada setiap pagi dan sore atau selesai shalat Subuh dan Maghrib, Insya Allah segala urusan akan dimudahkan oleh Allah SWT, sehingga apa pun yang dilakukannya akan mendatangkan berkah dan keberuntungan.

Apa yang dimaksud dengan Al-Malik atau Maha Merajai ?

Al-Malik maknanya adalah zat yang tidak membutuhkan, dalam Zat dan Sifat-Nya, segala sesuatu yang ada; sebaliknya, semua yang ada butuh kepada-Nya. Dia Maha Raja Mutlak yang sebenarnya. Dia-lah yang mengendalikan segala urusan makhluk-makhluk-Nya dengan seksama tanpa membutuhkan bantuan atau dihalang. Tidaklah terbayangkan oleh seorang hamba, bahwa ia memiliki kerajaan secara mutlak, sebab semua yang dimilikinya itu hakikatnya adalah milik Allah swt.

Kata Al Malik (berasal dari kata dasar mulk, yang berarti merajai atau menguasai. Kata Al Malik (terulang dalam Al-Qur`an sebanyak 11 kali. Lima di antaranya berkaitan dengan nama Allah dan dua darinya dirangkai dengan kata “haq” yang berarti sebenar-benarnya. Kalam Allah, yang artinya,

“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya….” (QS Thâhâ: 114)

dan

“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada tuhan selain Dia….” (QS al-Mu`minûn: 116).

Kerajaan dan kekuasaan Allah ini tentunya berbeda dengan kerajaan dan kekuasaan manusia. Karena Allah menguasai dan memiliki semua makhluk-Nya secara mutlak. Dia-lah yang merajai dan memiliki jagat raya. Tidak ada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki-Nya. Di samping itu, kekuasaan dan kepemilikan Allah tidak membutuhkan siapa pun. Berbeda dari makhluk-Nya, sekalipun ia menjadi penguasa dan memiliki, tapi tetap membutuhkan yang lain.3

Kerajaan dan kepemilikan Allah ini akan semakin jelas dan menonjol besok di hari Kiamat, karena saat itu semua makhluk dapat melihat secara nyata dan jelas bagaimana keagungan kerajaan, kekuasaan, dan kepemilikan Allah.

Berbeda ketika di dunia. Semua orang bisa mengklaim dirinya sebagai penguasa. Namun, kelak di akhirat, semua orang yang di dunia berkuasa, tidak sedikit pun terlihat sisa-sisa kekuasaannya. Sebagaimana firman , yang artinya,

Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka….” (al-Hajj: 56).

Dan kalam-Nya,

“(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berkalam): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Ghâfir: 16)

Orang yang selalu ingat nama Allah (dengan penuh keyakinan, maka rasa optimis dalam mengarungi kehidupan akan lahir dalam dirinya. Ia yakin bahwa semua yang ada di dunia ini, termasuk dirinya, dan nasib hidupnya, di bawah kekuasaan Allah yang memiliki dan merajai seluruh Allah semesta. Maka, ia akan terus berusaha untuk menjadi seorang hamba yang baik bagi Sang Maha Raja, selalu optimis dalam menjalani kehidupan, dan hanya memohon kepada Yang Memiliki segalanya dan tidak membutuhkan selain-Nya. Ketika ia memiliki kekuasaan, ia pun akan tunduk kepada Sang Maha Raja dengan tidak melakukan berbagai kezaliman terhadap sesama.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009