Apa yang dimaksud dengan Al-Khabiir atau Maha Teliti ?

al-Khabiir

Nilai yang terkandung di dalam al-Khabiir:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Khabiir” sebanyak 100x setiap hari, Insya Allah hidupnya akan dilimpahi kemaslahatan.

Apa yang dimaksud dengan Al-Khabiir atau Maha Teliti ?

Nama Allah Al-Khabir terambil dari akar kata khabara. Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha, ba, dan ra, berkisar maknanya pada dua hal: pengetahuan dan kelemah-lembutan. Namun, merujuk pemakaian kata ini dalam Al- Qur’an terulang sebanyak 55 kali lebih tepat diterjemahkan dengan “Yang Maha Mengetahui” atau “Yang Maha Mengenal”.

Allah Al-Khabîr artinya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak ada yang luput dari pengetahuan-Nya. Sehingga, tidak ada sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik yang telah, sedang, dan akan terjadi, kecuali ada beritanya secara mendalam dan terperinci di sisi-Nya.

Menurut Quraisy Syihab, perbedaan antara Al-‘Alîm dengan Al-Khabîr adalah Al-‘Alîm mencakup pengetahuan Allah terhadap sesuatu dari sisi-Nya. Sedangkan Al-Khabîr, Allah yang pengetahuan-Nya menjangkau sesuatu yang diketahui. Sisi penekanannya adalah bukan pada pengetahuan, tetapi sesuatu yang diketahui.

Dalam Al-Qur`an, terdapat empat ayat yang menggabungkan antara nama Al-‘Alîm dan Al-Khabîr. Keempatnya berkaitan dengan sesuatu yang sangat sulit atau mustahil untuk diketahui atau dijangkau oleh manusia secara pasti. Keempat ayat tersebut adalah:

  • Pertama, an-Nisâ`: 35. “…Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

  • Kedua, Luqmân: 34. “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi- Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat. Dan Dia-lah Yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

  • Ketiga, al-Hujurât: 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

  • Keempat at-Tahrîm: 3. “Dan ingatlah ketika Nabi mem- bicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad, lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya, “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Khabîr, dituntut untuk mampu mengenali diri, perilaku, karakter, dan kebiasaannya. Kemudian, selalu berusaha berubah menuju kebaikan dan mengendalikan gejolak bisikan nafsu dan karakter buruk.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009

Kata al-khabir terdapat dalam al-qur’an sebanyak 45 kali, semuanya merupakan nama bagi Allah swt., dan terkadang kata ini bersandingan dengan kata al-hakim, al-basir, al-’alim, dan al-latif .

Ibnu Faris mengatakan khabara mempunyai dua asal makna yaitu al-’ilm (mengetahui) dan sesuatu yang menunjukkan kelembutan, lunak dan sesuatu yang melimpah. Al-khubru atau al-khibrah adalah al-’ilm bil al-sya‘i (pengetahuan tentang sesuatu). Kemudian al-khabra’ yaitu tanah yang lunak, dan al-khabir juga berarti pembajak dan pencangkul yang membuat tanah jadi lunak dan lembek.

Menurut imam al-Ghazali, al-khabir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan. Al-Khabir secara bahasa diambil dari masdar al-khibru , al-khubru, al-khibrah, al-khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap sesuatu. Sedangkan al-khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu.

Definisi yang disebutkan oleh para ulama adalah dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala sesuatu, dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara-perkara yang tampak.