Kata Al-Karim terambil dari akar kata karama, yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra’ dan mim, yang mengandung makna “kemuliaan”, “kedermawanan”, “keistimewaan sesuai objeknya”.
Nama Al-Karim untuk mensifati Allah, diulang dalam Al-Quran sebanyak 3 kali, yaitu dalam surat al- Mu
minûn: 116, an-Naml: 40, dan al-Infithâr: 6.
Allah Al-Karîm, Allah yang Mahamulia, Maha Pemurah dengan pemberian-Nya. Tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi. Selalu mencurahkan karunia-Nya, tidak mengenal lelah dan bosan. Kemurahan-Nya tidak terhitung dan tidak dapat dihitung. Dengan kemurahan-Nya, Dia tidak pernah marah dan bosan mendengar permohonan hamba-hamba-Nya. Dan Allah akan menambah karunia-Nya kepada yang mau bersyukur kepada-Nya.
Dengan kemurahan-Nya, Allah tidak segera memberi sangsi kepada hamba-Nya yang durhaka atau tidak mau bersyukur. Padahal Allah Mahakuasa. Dengan kemuliaan dan kemurahan-Nya, Allah malu menolak doa seseorang yang telah menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya (HR. Abu Daud).
Dengan kemurahan-Nya pula, Allah tidak membiarkan orang yang beriman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya, kecuali pasti masuk surga (HR. al-Baihaqi).
Allah swt berkalam, yang artinya,
“Katakanlah: “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba`: 39).
Seorang hamba yang meneladani nama Al-Karîm, akan selalu hidup optimis dengan mengharap kemurahan karunia Allah dan diimbangi dengan rasa takut kepada-Nya. Karenanya, dia tidak mudah menyerah atau putus asa untuk mencapai tujuan hidupnya.
Meneladani nama Al-Karîm, mengharuskan seorang hamba untuk dermawan dan ringan tangan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Ia selalu memberi manfaat di mana pun ia berada.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya,
“Sebaik- baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia lainnya.” (HR. ath-Thabarâni, dishahihkan oleh al-Albâni).
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009